Pengertian Active Learning dan Latar Belakangnya
1. Pengertian Active learning
Active learning adalah berasal dari bahasa asing, yaitu “active” dan “learning”. Active berarti “aktif, sedangkan learning bermakna belajar.” Jadi yang dimaksud dengan active learning adalah “suatu konsep belajar yang memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa itu sendiri dalam proses pembelajaran.” Pendidikan secara umum dapat dimengerti sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak dan budi mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada intinya pendidikan adalah suatu proses yang disadari untuk mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan pikir, emosional, berwatak dan berketerampilan untuk siap hidup ditengah-tengah masyarakat.
Sedangkan Pendidikan Berbasis Kompetensi menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi adalah kemampuan yang secara umum harus dapat dikuasai siswa baik secara pengetahuan maupun kemampuan yang dapat diamati dan diukur.
Oleh karena itu pendidikan yang berbasis kompetensi uji mutunya terletak pada kemampuan minimal yang harus dimiliki siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran atau bidang studi tertentu. Pembelajaran berbasis kompetensi berarti suatu program pembelajaran dimana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, sistem penyampaian, dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai.
Dalam pembelajaran berbasis kompetensi yang perlu adalah ”adanya rumusan kompetensi yang ingin dicapai secara spesifik, jelas dan terukur; strategi penyampaian yang menekankan keaktifan siswa, dengan penggunaan metode yang kolaboratif dan manajemen waktu yang tepat; serta sistem evaluasi yang tidak hanya mengukur daya ingat saja tetapi lebih-lebih pada daya nalar dan keterampilan.”
Pokok bahasan yang harus dikuasai dalam pembelajaran aktif adalah ”penguasaan kompetensi dasar.” Oleh karena itu materi yang tidak menunjang pencapaian kompetensi dapat dihilangkan. Dasar proses pembelajaran adalah kompetensi, sehingga kegiatannyapun harus menurut pada kompetensi yang telah dirumuskan, bukan berdasarkan pada banyaknya dan urutan materi yang ada. Dengan demikian dibutuhkan keterampilan bagi para pendidik untuk merumuskan kompetensi dasar dan sekaligus menyeleksi materi yang ada, serta strategi pengalaman belajar yang membuat siswa dengan "gampang" mencapai kompetensi dasar.
Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa untuk mengalami sendiri, untuk berlatih, untuk berkegiatan sehingga baik dengan daya pikir, emosional dan keterampilannya mereka belajar dan berlatih. Pendidik adalah fasilitator, suasana kelas demokratis, kedudukan pendidik adalah pembimbing dan pemberi arah, peserta didik merupakan obyek sekaligus subyek dan mereka bersama-sama saling mengisi kegiatan, belajar aktif dan kreatif.
Di sini dibutuhkan partisipasi aktif di kelas, bekerja keras dan mampu menghargainya, suasana demokratis, saling menghargai dengan kedudukan yang sama antar teman, serta kemandirian akademis.
2. Latar Belakang Diterapkan Active learning
Dengan lahirnya konsep belajar active learning diharapkan oleh pemerintah mampu mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam GBHN. Dengan demikian KBK diharapkan dapat menyelesaikan berbagai masalah- masalah yang sedang dihadapi bangsa khususnya dalam dunia pendidikan dewasa ini, terutama dalam memasuki era globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan.
Hal ini sesuai dengan UU nomor 20 tahun 2003 pasal 36 dan 38, maka dikembangkan kurikulum dengan mengacu pada standar nasional pendidikan “untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Akan tetapi kerangka dasar dan struktur ditetapkan oleh pemerintah.”
Oleh karena itu guru dalam setiap proses belajar mengajar dituntut untuk dapat menerapakn konsep belajar aktif, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan sempurna. Di samping itu juga guru harus mampu membuat siswa menggunakan otaknya sendiri untuk mengkaji gagasan, menyelesaikan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
Di tengah berbagai gugatan terhadap dunia pendidikan nasional, peran sentral guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan sulit diabaikan. Guru, secara khusus, sering diibaratkan sebagai jiwa bagi tubuh pendidikan. Pendidikan tidak akan berarti apa- apa tanpa kehadiran guru. Apapun pola dan paradigma pendidikan yang berlaku, gurulah pada akhirnya yang menentukan tercapai- tidaknya program yang telah dirumuskan dalam strategi pembelajaran. Dalam pencapaian sasaran dan tujuan penerapan konsep belajar active learning tersebut guru harus mengetahui strategi dasar dalam pembelajaran, antara lain:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Dalam proses pembelajaran sering kali guru hanya mentranfer ilmu saja tanpa memperhatikan anak didik, sehingga setiap pembelajaran apabila dilakukan eveluasi jarang mencapai target yang dinginkan. Oleh sebab itu hal yang perlu pertama sekali dilakukan oleh guru dalam pembelajaran adalah menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan yang dinginkan. Sehingga pada akhirnya proses pembelajaran serta tujuannya mudah dicapai.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan tuntutan zaman.
Dalam proses pembelajaran pendekatan yang dilakukan guru sering kali menjadikan proses belajar mengajar terarah. Oleh sebab itu sistem pembelajaran dengan pendekatan yang tepat menjadikan proses belajar mengajar menjadi lancar.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang efektif.
Memilih metode yang sesuai, prosedur yang pembelajaran yang benar dan tepat, serta teknik pembelajaran yang baik akan menjadikan proses pembelajaran menjadi lancar dan pencapaian target pembelajaran mudah terealisasi.
4. Menetapkan norma dan batas minimal keberhasilan yang menjadi acuan evaluasi.”
Penerapan evaluasi yang benar dan objektif akan menjadikan proses belajar mengajar memiliki standar serta kompetensi yang diinginkan. Sehingga apa yang dilakukan akan bermakna serta tidak sia – sia.
No comments:
Post a Comment