Faktor- faktor Pendukung
dan Penghambat Active Learning
Untuk mengatasi
berbagai kesulitan yang di hadapi siswa dalam mempelajari pelajaran, maka
seorang guru haruslah terlebih dahulu mengdiagnosis faktor apa kiranya yang
menyebabkan kesulitan belajar tersebut muncul. Salah satu jalan misalnya dengan
menjelaskan kecerdasan Gardner.”[1]
Akan tetapi pada dasarnya faktor- faktor kesulitan belajar Pendidikan Agama
terbagi kepada dua faktor, secara umum sama dengan faktor kesulitan belajar
pada umumnya, yaitu :
a.
Faktor Intern, yang meliputi
faktor fsiologis dan psikologis.
1.
Faktor Intern
Faktor intern
adalah “faktor yang bersumber pada dari individu itu sendiri.”[3]
Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan studi seorang siswa,
tetapi sering tidak disadari oleh ( individu ) siswa tersebut,walaupun disadari
dianggap sebagai suatu keadaan biasa saja dan tidak menunjukkan usaha untuk
menghilangkannya dan memperbaikinya. Faktor intern ini dibagi ke dalam dua
bagian, yaitu fisiologis dan psikologis.
a)
faktor fisiologis.
Faktor
fisiologis ini berasal dari “individu siswa dan erat hubungannya dengan keadaan
jasmani seseorang.”[4] Keadaan
jasmani adalah salah satu hal sangat berpengaruh dalam pembelajaran seseorang. Dalam hal ini R. C. Poespoprojdo
menyatakan : “Kesehatan badan harus diperhatikan dan dibina serta dipertinggi. Demikian
untuk memungkinkan konsentrasi yang baik, harus diusahakan perimbangan yang
baik antara bekerja, berjalan, dan istirahat. Gerak badan dan rekreasi yang
benar- benar menyegarkan besar sekali sahamnya untuk dipertahankan kondisi yang
baik dari badan seseorang “[5]. Menjaga kondisi fisik dan mental dalam
keadaan baik merupakan salah satu usaha untuk dapat memungkinkan konsentrasi
belajar yang baik dan tearah. Dengan demikian faktor kesehatan memegang peran
penting dalam pendidikan, karena dengan kondisi yang baik dengan sendirinya
siswa dapat memusatkan pikiran sepenuhnya kepada pelajaran.
Di samping itu kesempurnaan alat indera merupakan
hal yang pokok dalam mendukung kelancaran belajar seseorang. Hal ini disebabkan
bahwa panca indra adalah merupakan pintu gerbang masuknya pengaruh dan mengenal
lingkungan serta merasakan pendidikan, apabila sebahagian besar informasi yang
diberikan oleh guru kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran serta percobaan.
Dan cacat anggota tubuh lainnya juga akan menimbulkan sikap minder dalam
belajar.
b)
faktor psikologis
Faktor
psikologis adalah faktor dalam segala bentuk kemampuan yang berpusat pada otak
dan akal[6]. Adapun faktor yang termasuk kedalam faktor
psikologis adalah : intelegensi ( kecerdasan ), bakat, minat, konsentrasi, dan
motivasi.
( 1 ). Intelegensi
( kecerdasan )
Intelegensi adalah kecerdasan atau ketajaman
pikiran dimana orang dapat mempergunakan dengan mudah, cepat dan tepat untuk
menguasai sesuatu atau memecahkan sesuatu masalah[7]. Hal ini seperti dikemukakan oleh Abu
Ahmadi bahwa “faktor intelegensi adalah faktor indogin yang sangat besar
pengaruhnya terhadap kemajuan anak. Bilamana pembawaan intelegensi anak memang
rendah, maka anak tersebut akan sukar mencapai hasil belajar yang baik”[8].
Untuk meningkatkan kecerdasan atau intelegensi
harus diperhatikan faktor gizi dan kesehatan , karena gizi yang baik sangat
membantu dalam meningkatkan kesehatan. Dengan kesehatan selalu terjaga, maka
dipastikan anak akan berhasil dalam belajarnya.
( 2 ). Bakat.
Bakat merupakan salah satu aspek potensi yang ada
pada diri anak yang dibawa sejak lahir, bakat menentukan prestasi belajar
sianak[9]. Oleh karena itu untuk meningkatkan
kemampuan belajar individu harus diusahakan yang sesuai dengan bakat yang
dimilikinya.
( 3 ). Minat.
Minat merupakan suatu keinginan untuk melakukan
sesuatu kegiatan seperti belajar, berorganisasi, bermain menyalurkan hobbi, dan
lain- lain. Dalam hal ini Slameto mengemukakan bahwa “minat adalah kecendrungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang
diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang”[10]. Dari pendapat tersebut maka jelaslah
bahwa minat merupakan faktor penggerak yang utama dalam pencapaian hasil
belajar yang baik.
( 4 ). Konsentrasi.
Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap
sesuatu hal yang ingin kita lakukan dengan mengesampingkan hal- hal yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan tersebut. Dalam konteks belajar, konsentrasi
berarti pemusatan pikiran terhadap mata pelajaran yang disampaikan oleh guru
dengan cermat dan teliti.
Kemampuan konsentrasi dalam belajar mutlak
diperlukan siswa, karena adanya konsentrasi akan sangat membantu dalam
mengingat dan memahami materi yang telah disampaikan oleh guru.
( 5 ). Motivasi.
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan
yang datang dari dalam diri individu atau karena dirangsang oleh faktor luar[11]. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan
oleh Herman Hudoyo bahwa “ kekuatan pendorong yang ada pada diri seseorang
untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan
disebut motif, segala sesuatu yang berkaitan dengan timbulnya dan
berlangsungnya motif itu disebut motivasi“[12].
2. Faktor ekstern
Di samping faktor
intern tersebut, maka ada juga faktor ekstren. Faktor ekstren adalah faktor
yang datang dari luar individu itu sendiri[13].
Faktor ini dapat timbul dari lingkungan- lingkungan sosial antara lain
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
1.
Lingkungan keluarga
Dalam
lingkungan keluarga, khususnya orang tua bersifat merangsang, mendorong, dan
membimbing anaknya terhadap aktifitas belajar, maka faktor ini sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan si anak tersebut dalam belajar. Hal ini
sesuai apa yang dikemukakan oleh Siti Rahayu bahwa :” Suasana rumah tangga yang
selalu tegang dan ramai selalu cekcok dan sebagainya akan menghambat cara
belajar si anak”[14].
Keadaan
ekonomi keluarga juga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar sianak, walau
tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan
dan selalu mmenderita akibat ekonomi keluarga yang lemah; justru keadaannya
yang begitu menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya
berhasil dalam belajarnya[15].
2.
Faktor lingkungan
Masalah
lingkungan adalah salah satu aspek yang sangat urgen dan tidak dapat dipisahkan
dari suatu permasalahan yang di hadapi seseorang dalam proses pembelajaran, hal
ini dikarenakan belajar adalah suatu proses mental dan fisik, sehingga dengan
adanya lingkungan tersebut maka proses mental dan fisik itu dapat dikembangkan
serta menjadi pemikiran pada diri seseorang. Faktor lingkungan ini sangat kuat
mempengaruhi terhadap sikap dan kemampuan seseorang yang dapat melahirkan
tanggapan dan daya pemahaman terhadap lingkungan yang ada disekitarnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat pakar lingkungan, yaitu Koentjaraningrat yang mengatakan
bahwa “ suatu sikap adalah suatu keadaan mental didalam jiwa dan diri seseorang
individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (baik lingkungan alamiah maupun
lingkungan fisiknya)”.[16]
Berdasarkan
hal diatas dapatlah dilihat bahwa sikap yang menimbulkan semangat atau gairah
siswa ( anak didik ) dalam belajar adalah akibat dari adanya reaksi seseorang
terhadap lingkungan disekitarnya, baik itu lingkungan yang banyak (masyarakat )
maupun Lingkungan yang kecil ( Keluarga ). Dengan demikian faktor lingkungan
menjadi faktor yang paling utama yang dapat mempengaruhi terbentuknya
kepribadian, kematangan dalam melakukan aktivitasnya sebagai siswa ( anak didik
).
2.
Faktor pendidikan
Tinggi
rendahnya pendidikan seseorang sangat mempengaruhi dan menentukan dalam
berbagai proses usaha seseorang. Oleh
karena itu pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Hal di atas
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Harsya W. Bachtiar, yaitu pendidikan itu
penting karena :
a.
Pendidikan adalah suatu cara yang
mapan untuk memperkenalkan si pelajar pada keputusan sosial yang timbul. .
b.
Pendidikan telah memperlihatkan
kemampuan yang meningkat untuk menerima alternatif- alternatif baru.
c.
Pendidikan merupakan cara terbaik
yang dapat ditempuh masyarakat untuk
membimbing perkembangan manusia itu sendiri.[17] .
Berdasarkan
kepada hal diatas dapatlah dilihat bahwa dengan adanya pendidikan, daya memehami
atau menanggapi manusia terhadap sekelilingnya akan lebih kuat. Semangat atau
gairah seseorang akan mengalami perkembangan dalam pendidikannya, karena
semangat adalah sebagai bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah manusia
mengembangkan dirinya dalam pendidikan.
Oleh karena
itu untuk menghilangkan perbedaan, terlebih- lebih yang negatif terhadap segala
sesuatu hal diperlukan penanganan oleh orang- orang yang profesional menurut
bidangnya masing- masing, dalam hal ini guru sebagai pendidik.
Selain dari
faktor yang mempengruhi belajar dari sisi positif, maka kita juga perlu
menyadari adanya faktor yang bersifat negatif (faktor penghambat). Menurut M.
Alisuf Sabri : “ Perbedaan yang terjadi pada manusia bisa di sebabkan banyak
faktor atau lebih dikenal dengan istilah Multi faktor.”[18]
Dari
pengertian pakar di atas, maka kesulitan belajar yaitu suatu kendala atau
kesukaran yang di hadapi oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar,
dimana kesukaran tersebut dapat muncul ketika siswa sedang mengikuti proses
belajar mengajar atau ketika adanya penugasan oleh guru terhadap dirinya.
Kesulitan atau kesukaran yang di hadapi oleh peserta didik dalam mengikuti
suatu pelajaran tidak bisa di biarkan berlarut- larut, karena apabila dibiarkan
berlarut- larut pada akhirnya dalam diri siswa tersebut akan muncul rasa benci
terhadap pendidikan dimana nantinya siswa tersebut mengalami penyakit fobia
terhadap dunia pendidikan.
Begitu juga
halnya lingkungan sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar
siswa, karena sekolah tempat berlangsung proses belajar mengajar secara formal.
Sekolah yang disertai fasilitas yang memadai dapat mempercepat proses belajar
mengajar yang meliputi : keadaan gedung sekolah, perlengkapan sekolah, guru,
dan buku- buku bacaan.
Hal di atas sesuai seperti yang dikemukakan
Darwis. A. Soelaiman bahwa “hubungan yang baik, serasi, erat saling
mempercayai, saling menghormati dan menghargai serta bersahabat antara guru dan
siswa serta dilengkapi fasilitas yang memadai maka dapat menjadi motor penggerak
dalam belajar.”[19]
3. Lingkungan Masyarakat
Begitu juga halnya peran masyarakat bagi
pendidikan siswa, karena pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah dan
orang tua, tetapi juga tanggung jawab masyarakat. Masyarakat adalah kesatuan
hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang
bersifat kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.[20]
Lingkungan
masyarakat yang maju sangat mempengaruhi proses berfikir anak, dimana anak juga
akan berfikir maju. Hal ini sesuai seperti yang dikemukakan oleh B. Simanjuntak
bahwa
“lingkungan
tempat anak berpijak sebagai makhluk sosial adalah masyarakat. Manusia sebagai
makhluk sosial tidak dapat melepaskan diri dari masyarakat, anak dibentuk oleh
masyarakat, membutuhkan masyarakat. Jadi pendidikan anak sangat dipengaruhi pula oleh lingkungan masyarakat”[21].
Jadi jelas bahwa kepribadian anak tergantung pada
kondisi lingkungan masyarakat, jika masyarakat teratur dan baik maka efeknya
juga akan baik terhadap kepribadian anak, jika masyarakatnya mencintai
pendidikan maka anakpun akan terarah kearah pendidikan, dan begitu juga
sebaliknya.
[1] John
Morgan, Tujuh Kecerdasan Gardner, di bacakan pada pelatihan Dayah
Development Project, Ausaid, pada tanggal 23 Oktober 2006.
[2] Ahmad Muzakir, Joko Sutrisno, Psikologi
Pendidikan, (Bandung, Pustaka Setia, 1996), hal 154
[3] Ibid, hal 154
[4] Wirda Hayati, Pendidikan dalam Kesehatan,
( Jakarta, UI Press, 2000), hal 76.
[5] R. C.
Poespoprodjo, Metodologi Studi di Universitas, (Bandung, Bina Cipta, 1969),
hal 10
[6] Abu
Ahmadi, Tehnik Belajar Yang Efektif, ( Jakarta, PT. Rhineka Cipta, 1991), hal 94
[7] Ibid,
hal 97
[8] Ibid,
hal 99
[9]
Slameto, Belajar dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta, Bina
Aksara, 1996), hal 58
[10] Ibid,
hal 59
[11]
Herman Hudoyo, Strategi Belajar Matematika, (Malang, IKIP, 1990), hal 97
[12] Ibid,
hal 100
[13] W. S.
Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta, Gramedia, 1984), hal 27
[14] Siti
Rahayu, Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta ,UGM, 1985), hal 62
[15] Kartini Kartono ( ed ), Bimbingan
Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi,
(Jakarta, CV. Rajawali, 1997), hal 6.
[16] Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan
Pembangunan, (Jakarta, Gramedia,
1987), hal 32.
[17] Harsya W. Bachtiar, Arti Pendidikan Bagi Masa Depan,
(Jakarta, Rajawali Perss, 1984), hal 42.
[18] M. Ali Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta,
Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal 88.
[19] Darwis. A. Soelaiman, Pengantar
kepada Teori dan Praktek Pengajaran, (Semarang, Semarang Press, 1979),
hal 137
[20] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi,
(Jakarta, Aksara Baru, 1985), hal 146
[21] B. Simanjuntak, Latar Belakang Kenakalan Remaja,
Bandung ,Tarsito, 1989 , hal 142
No comments:
Post a Comment