Strategi Pembelajaran
Melalui Active Learning
Strategi
pembelajaran adalah “suatu pola umum tindakan yang dilakukan oleh seorang guru
terhadap anak didiknya dalam proses belajar mengajar agar dapat memanifestasikan
aktivitas pembelajaran tersebut.”[1]
Dalam konteks global strategi diartikan sebagai suatu garis- garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha pencapaian sasaran yang telah ditentukan.
Sebahagian
orang mengartikan strategi pembelajaran adalah “sebagai pola- pola umum dalam
kegiatan antara guru dengan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.”[2]
Pola belajar siswa adalah suatu cara
atau tindakan yang dilakukan dalam proses belajar antara pendidik dengan
peserta didik agar dapat tercapai kepada target pendidikan yang telah di
tetapkan bersama secara nasional.
Dalam penerapan strategi pembelajaran dituntut
kepada kita selaku pendidik (guru) agar menentukan standarisasi kompetensi
pembelajaran itu. Standarisasi kompetensi masing- masing tenaga kependidikan
tersebut menjadi penting dilakukan. Standarisasi ini dimaksud memberi gambaran
tentang kompetensi dasar yang perlu dimiliki oleh setiap tenaga kependidikan.
Meskipun merupakan standar akan tetapi tidak bersifat tertutup dan kaku, namun
bersifat progesif- terbuka, dalam artian rentan terhadap perkembangan-
perkembangan baru yang bersifat positif (al- jadid al- aslah).
Keahlian yang perlu dimiliki oleh tenaga
kependidikan oleh guru pendidikan Agama Islam setidaknya meliputi dua
kompetensi utama, yaitu akademik dan praktis, dan tiga kompetensi pendukung,
yaitu menjalin hubungan / komunikasi, kepemimpinan (kecuali bagi kepala
Madrasah, dimana kompetensi kepemimpinan termasuk kompetensi utama), dan
pengembangan diri (self- development). Untuk itu dalam penerapan active learning (belajar aktif) maka
dapat diterapkan melalui strategi pembelajaran dengan cara sebagai berikut ini,
antara lain:
1. Mulailah pelajaran
dengan menanyakan ringkasan atau apa yang penting dari pelajaran yang lalu.
Mintalah peserta didik untuk membagikan apa yang mereka tulis atau ketahui
kepada teman sekelas.
2. Mintalah peserta
didik untuk mengajukan pertanyaan apa yang belum mereka pahami atau minta
keterangan lebih lanjut mengenai pelajaran yang lalu atau pelajaran yang akan
diberikan.
3. Mintalah peserta
didik untuk menerka materi apa yang akan diberikan pada hari ini.d. Meminta
peserta didik untuk menuliskan komentar/mengomentari secara lisan topik atau
tema yang akan dibahas.
4. Gunakanlah teknik
permainan "jigsaw" untuk sarana permainan dalam kelompok kecil.
Masing-masing kelompok memiliki tugas yang sama, tetapi sedikit informasi,
sehingga mereka harus bekerjasama.
5. Mempersiapkan diskusi
dengan menanyakan sesuatu, menyebutkan angka satu untuk yagn setuju atau
menunjukkan kertas warna hijau, angka dua atau warna merah untuk yang tidak
setuju, dan angka tiga atau warna kuning untuk yang ragu-ragu. Kemudian
berdasarkan jawaban itu peserta didik diminta untuk mengajukan alasan atau
argumentasinya.
6. Kerja kelompok,
dimana setiap kelompok melakukan aktivitas tertentu sesuai dengan topik atau
tema yang sedang dibahas/disampaikan.
7. Pada akhir proses
pembelajaran, peserta didik diminta untuk menuliskan ringkasan menurut
bahasanya sendiri. Atau diminta untuk membuat suatu tanggapan sesuai dengan
kemampuannya entah dengan menggambar, membuat puisi, mengekspresikan dengan
gerakan, menyanyi dan atau menari.
8. Peserta didik diminta
untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan pokok atau tema bahasan,
setelah ditukarkan dengan teman yang lain (misalnya sebangku), kemudian diminta
untuk mengerjakannya sebagai pekerjaan rumah.
9. Siswa diminta untuk
memberikan contoh dari pengalamannya yang berkaitan dengan pokok/tema yang baru
saja dibahas.” [3]
Dalam penerapan strategi pembelajaran melaui
konsep active learning perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-
prinsip, antara lain: “keimanan, nilai, budi pekerti luhur, penguatan
integritas nasional, keseimbangan etika, logika, estetika, kinestika, kesamaan
memperoleh kesempatan, abad pengetahuan dan teknologi, pengembangan
keterampilan untuk hidup, belajar sepanjang hayat, berpusat pada anak dengan
penilaian yang berkelanjutan dan komperhensif, serta pendekatan menyeluruh dan
kemitraan”[4].
- Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti.
Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur yang
dianut dan dijunjung tinggi masyarakat sangat berpengaruh terhadap sikap dan
arti kehidupannya. Oleh karena itu, hal tersebut perlu digali, dipahami, dan
diamalkan oleh peserta didik melalui pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi.
- Penguatan Integritas Nasional.
Pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi harus memperhaatikan penguatan integritas
nasional melalui pendidikan yang memberikan pemahaman tentang masyarakat Indonesia
yang majemuk dan kemajuan peradaban dalam tatanan kehidupan dunia yang
multikultur dan multibahasa.
- Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestika.
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi perlu
memperhatikan keseimbangan pengalaman belajar peserta didik antara etika,
logika, estetika, dan kinestika.
- Kesamaan Memperoleh Kesempatan.
Pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi harus menyediakan tempat yang memberdayakan semua
peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap perlu
diutamakan dalam pengembangan kurikulum. Seluruh peserta didik dari berbagai
kelompok seperti kelompok ekonomi lemah yang memerlukan bantuan khusus,
berbakat, dan unggul berhak menerima pendidikan yang sesuai dengan kemampuan
dan kecepatannya.
- Abad Pengetahuan dan Teknologi Informasi.
Kurikulum
dalam pengembangannya, khususnya
kurikulum berbasis kompetensi perlu mengembangkan kemampuan berpikir dan
belajar dengan mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi
situasi yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian, yang merupakan kompetensi
penting dalam menghadapi abad ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
- Pengembangan Keterampilan Hidup.
Pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi perlu memasukkan unssur keterampilan untuk hidup
agar peserta didik memiliki keterampilan, sikap, dan perilaku adaptif,
kooperatif, dan kompetitif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan
sehari- hari secara efektif yang dapat menunjang kemampuan untuk bertahan
hidup.
- Belajar Sepanjang Hayat.
Pendidikan
berlangsung sepanjang hidup manusia untuk mengembangkan, menambahkan kesadaran,
dan selalu belajar memahami dunia yang selalu berubah- ubah dalam berbagai
bidang. Oleh karena itu pengembangan kurikulum berbasis kompetensi perlu
memperhatikan kemampuan belajar sepanjang hayat, yang dapat dilakkan melalui
pendidikan formal dan non formal, serta pendidikan alternatif yang
diselenggarakan baik pemerintah maupun masyarakat.
- Berpusat pada Anak dengan Penilaian yang Berkelanjutan dan Komperhensif.
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi harus
berupaya memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama, dan menilai
diri sendiri agar mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya. Penilaian
berkelanjutan dan komperhensif menjadi sangat penting dalam rangka upaya
pencapaian mutu pendidikan.
- Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan
Pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi harus mempertimbangkan semua pengalaman belajar
yang dirancang secara berkesinambungan mulai dari RA sampai SMA. Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar harus berfokus pada kebutuhan peserta didik.
Pendekatan seseorang terhadap kurikulum akan
merefleksikan pandangannya tentang dunia, termasuk didalamnya pandangan tentang
kenyataan, nilai, dan pengetahuan yang dianutnya. Pendekatan dalam pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi merefleksikan pandangan seseorang terhadap
sekolah dan masyarakat. Para pendidik pada umumnya tidak berpegang pada salah
satu pendekatan secara murni, tetapi menganut beberapa pendekatan yang sesuai.
Hal ini disebabkan pendekatan dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
mempunyai arti yang sangat luas. Adapun pendekatan dalam pengembangan kurikulum
berbasis kompetensi tersebut adalah “pendekatan berdasarkan sistem pengelolaan,
pendekatan fokus sasaran, pendekatan kompetensi, pendekatan keterkaitan dengan
yang lain, dan pendekatan keunggulan”[5].
1)
Pendekatan sistem pengelolaan.
Pendekatan
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi dilihat dari sistem pengelolaannya
lebih bersifat desentralisasi yang berarti pengembangan kurikulum lebih banyak
melibatkan guru- guru di daerah.
2)
Pendekatan berdasarkan fokus
sasaran.
Berdasarkan
fokus sasarannya, pendekatan dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
lebih kepada pendekatan kompetensi yang merupakan model pengembangan kurikulum
menekankan pada pemahaman, kemampuan, atau kompetensi tertentu di sekolah, yang
berkaitan dengan pekerjaan yang ada di masyarakat.
3)
Pendekatan kompetensi.
Pendekatan kompetensi merupakan pendekatan
pengembangan kurikulum yang memfokuskan pada penguasaan kompetensi tertentu
berdasarkan tahap- tahap perkemabangan peserta didik.
4) Pendekatan
keterkaitan dengan kurikulum lain.
Keterkaitan pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi dengan kemampuan standar, adalah bahwa membuktikan kurikulum berbasis
kompetensi mempunyai kerkaitan dengan kurikulum lain yang menekankan pada
kemampuan, hanya saja antara kurikulum berbasis kompetensi dan kurikulum
lainnya berbeda jenis kemampuannya.
5)
Pendekatan keunggulan.
Pendekatan
keunggulan dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi antara lain:
“pendekatan bersifat ilmiah, mendasari pengembangan kemampuan – kemampuan lain,
dan ada bidang studi yang tepat dengan pendekatan kompetensi ”[6].
[1] Ahmad
Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rhineka Cipta, 1995),
hal. 31
[2] Ibid,
hal. 32
[3] Shakuntala Devi, Bangunkan Kejeniusan Anak
Anda: Teknik Mencerdaskan Anak Sejak Dini, (Bandung: Nuasa Media,
2002), hal. 69
[4] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis
Kompetensi….., hal 70
[5] Ibid,
hal 66
[6] ibid,
hal 69
No comments:
Post a Comment