09 June 2015

Aspek-aspek yang Dinilai dalam Pendidikan Al-Quran Hadist

Aspek-aspek yang Dinilai dalam Pendidikan Al-Quran Hadist
Penilaian merupakan suatu proses di mana informasi dan pertimbangannya diolah untuk membuat suatu keputusan kebijaksanaan yang akan datang. Tindakan penilaian merupakan suatu proses untuk menentukan kualitas yang dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian berperan sebagai  alat untuk menentukan apa yang telah dikuasai.

Pembahasan yang menyangkut dengan aspek-aspek yang dinilai tentu saja tidak dapat dipisahkan dengan apa yang telah dikemukakan oleh Bloom yaitu menyangkut dengan tiga ranah yang ingin dicapai. Ketiga ranah tersebut yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.[1]
1.      Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Dalam hal ini Dimyati menjelaskan bahwa: “Ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan ketrampilan intelektual”[2]
Penilaian aspek kognitif dilakukan setelah peserta didik mempelajari satu kompetensi dasar yang harus dicapai pula pada setiap akhir semester dan jenjang satuan pendidikan.[3]
Dalam bidang studi Al-Quran Hadits penilai aspek kognitif dilakukan untuk mengukur kemampuan-kemampuan intelektual yang menekankan pada proses mental untuk mengorganisasikan dan mereorganisasikan  bahan yang telah diajarkan. Misalnya kemampuan siswa melafalkan dan menterjemahkan ayat dan hadits yang telah diajarkan oleh guru.
Dengan demikian ranah kognitif ini berkaitan dengan pengembangan terhadap kemampuan mental atau daya pikir dari seseorang, apabila daya pikir yang ada pada orang tersebut sudah teruji maka tujuan dalam ranah ini telah tercapai.
Namun demikian karena ranah ini merupakan ranah yang sangat luas, maka ranah ini dibedakan menjadi enam tingkatan, yaitu sebagai berikut :
a.       Pengetahuan
Pengetahuan merupakan tindakan terendah ranah kognitif, berupa pengenalan atau pengingat kembali tentang fakta, istilah dan prinsip-prinsip dalam bentuk mempelajari[4]
b.      Pemahaman
“Pemahaman merupakan kemampuan untuk menyimpulkan bahan yang telah diajarkan. Untuk mencapai hasil belajar demikian diperlukan pemahaman atau daya menangkap dan mencernakan bahan, sehingga siswa  mampu memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat mempergunakannya[5]”.
Tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran yang lain.
c.       Penggunaan (Aplikasi)
Penggunaan atau aplikasi merupakan kemampuan untuk menerapkan fakta-fakta dan konsep-konsep yang dipelajari sebelumnya terhadap situasi baru menyelasaikan masalah dan menyusun grafik dan gambar. “Kemampuan atau ketrampilan menggunakan abstraksi-abstraksi, kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam ajaran Islam dalam situasi-situasi khusus dan konkret yang dihadapinya sehari-hari[6].
d.      Analisis
Analisis merupakan kemampuan untuk membedakan antara fakta dan kesimpulan, mengenal asumsi-asumsi yang keliru pada sebuah argumen dan mengindentifikasikan struktur oraganisasi dari sesuatu. Jadi dalam hal ini siswa harus mampu menjabarkan isi pelajaran kebagian yang menjadi unsur pokok.[7]
e.       Sintesis
Sistesis merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru. Dalam hal ini Lukman Ibrahim menjelaskan bahwa: “Kemampuan untuk menciptakan sesuatu seperti essay yang ditulis dengan seni yang indah, mengajukan suatu rancangan aksi, memformulasikan suatu cara baru untuk mengklasifikasikan objek-objek dan menggabungkan berbagai ide-ide ke dalam suatu solusi”[8] .
Dengan demikian siswa dalam hal ini dituntut untuk dapat menyususn dan menggabungkan kembali hal-hal yang khusus untuk dapat melahirkan struktur yang baru. Jadi di sini siswa dituntut untuk dapat melakukan generalisasi


f.       Evaluasi
Evaluasi merupakan kemampuan untuk menilai isi pelajaran tertentu dan mencapai tujuan tertentu. Dalam evaluasi siswa diminta untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki seseorang tersebut untuk menilai suatu kasus tertentu.
Dengan demikian maka evaluasi dimaksud untuk menilai dan mempertimbangkan kualitas sesuatu yang didasarkan kepada kecakapan, nilai, logika dan penggunaannya. Jadi dalam evaluasi ini dituntut adalah kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki untuk diterapkan pada kasus yang konkrit.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah diketahui bahwa ranah kognitif merupakan kegiatan mental, di mana proses belajar sebagai tangga menanjak dari anak-anak tangga belajar. Sehingga  seorang siswa baru bisa mencapai tingkat puncak belajar apabila telah melalui tingkat-tingkat yang lebih rendah dengan sukses.
Taksonomi Bloom dapat digunakan untuk mengkatagorikan tujuan-tujuan instruksional ke dalam suatu hirarki dari enam tingkatan belajar, dimulai dengan tingkat yang lebih kompleks, dari komprehensif, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Hirarki ini bersifat progresif, dimana pencapaian tujuan-tujuan komprehensif  tergantung kepada keberhasilan dari tujuan-tujuan level pengetahuan, pencapaian pada level aplikasi hanya mungkin setelah sukses pada tujuan-tujuan level pengetahuan dan komprhensif. Jadi rasional untuk hirarki ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap tingkatan merupakan dasar untuk tingkatan berikutnya.

2.      Ranah Afektif
Ranah Afektif meliputi tujuan-tujuan yang menekankan minat, sikap dan nilai serta pengembangan dari apresiasi. Menurut Noehi Nasution. Ranah afektif merupakan hal yang berkenaan dengan pengembangan kepribadian[9]
Apabila guru mau mengukur aspek afektif yang berhubungan dengan pandangan siswa maka pertanyaan yang disusun menghendaki respon yang melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat pribadi penilaian aspek afektif dilakukan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, yang berorientasi pada perilaku murid sehari-hari sebagai pengamalan nilai-nilai agama (Al-Quran Hadits). Aspek afektif inilah yang menjadi perhatian utama dalam penilaian mata pelajaran Al-Quran Hadits.
Aspek afektif yang perlu dinilai meliputi : sopan santun, peserta didik kepada guru, karyawan, dan teman di sekolah, serta sopan santun peserta didik kepada orang tua, keluarga, teman, dan orang yang lebih tua di rumah dan di masyarakat[10]
Dengan demikian ranah afektif berkaitan dengan pengembangan kepribadian pada diri siswa, melalui ranah siswa diharapkan mampu mengembangkan kepribadiannya secara nyata. Sehingga apabila materi yang diberikan sudah selesai, secara langsung siswa bersangkutan dapat menunjukkan kepribadian yang diharapkan.

3.      Ranah Psikomotor
Perkataan psikomotor berhubungan dengan motor, jadi ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otak sehingga menyebabkan geraknya tubuh dan bagian-bagiannya[11].
Anas Sudijono menjelaskan bahwa ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu[12] 
Dengan demikian ranah psikomotor yaitu yang menyangkut dengan ketrampilan-ketrampilan fisik, motor atau ketrampilan manipulatif. Tulisan dan tujuan pendidikan tentang fisik adalah contoh ketrampilan dalam ranah psikomotorik. Jadi yang dituntut di sini adalah kemampuan fisik dari siswa dalam melaksanakan psikomotorik.
Penilaian aspek psikomotorik dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada ketrampilan motorik dalam menjalankan ajaran agama, seperti shalat dan baca tulis Al-Quran[13] 
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapatlah dipahami adalah bahwa materi pelajaran Al-Quran Hadits yang akan dilaksanakan evaluasi di sekolah mencakup tiga kemampuan yaitu, menyangkut dengan pengembangan kemampuan proses berfikir (kognitif) dan kemampuan yang berkenaan dengan pengembangan kepribadian (afektif). Oleh karena itu dalam mengembangkan penilaian haruslah mencakup semua ranah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Dalam hubungannya dengan hal tersebut, Noehi Nasution menyatakan bahwa:
“Perlu diingat di sini bahwa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, setiap mata pelajaran tersebut memiliki kesempatan untuk mengembangkan ketiga ranah tersebut. Dengan kata lain, setiap guru, apakah guru dibidang studi terlebih-lebih guru kelas mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan ketiga ranah di atas”[14]
Melalui pengembangan ketiga ranah tersebut maka guru mempunyai kesempatan dalam mengevaluasi terhadap kemampuan siswa dalam memahami setiap pelajaran yang diberikan.


[1] Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hal. 117

[2] Ibid, hal. 202

[3] Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi Penilaian Berbasis Kelas, Op. Cit, hal. 38
[4] Ibid, hal. 203

[5] Zakiah Daradjat, Op. Cit, hal. 199
[6] Ibid, hal. 200

[7] Suharsimi Arikonto, Op. Cit, hal. 204

[8] Lukman Ibrahim, Op. Cit, hal.60
[9] Noehi Nasution, Didaktik Azas-azas Mengajar, Jemmars, Bandung, 1986, hal. 47

[10] Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi Penilaian Berbasis Kelas, Op. Cit, 38
[11] Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hal 122

[12]Anas Sudijono, Op. Cit, hal. 57 

[13] Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi Penilaian Berbasis Kelas, Loc.Cit, hal. 38
[14] Noehi Nasution, Op. Cit hal. 47

No comments: