Aspek-aspek yang Dinilai dalam
Pendidikan Al-Quran Hadist
Penilaian
merupakan suatu proses di mana informasi dan pertimbangannya diolah untuk
membuat suatu keputusan kebijaksanaan yang akan datang. Tindakan penilaian
merupakan suatu proses untuk menentukan kualitas yang dicapai dalam kegiatan
pembelajaran. Penilaian berperan sebagai
alat untuk menentukan apa yang telah dikuasai.
Pembahasan
yang menyangkut dengan aspek-aspek yang dinilai tentu saja tidak dapat
dipisahkan dengan apa yang telah dikemukakan oleh Bloom yaitu menyangkut dengan
tiga ranah yang ingin dicapai. Ketiga ranah tersebut yaitu ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotorik.[1]
1.
Ranah Kognitif
Ranah kognitif
adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Dalam hal ini Dimyati
menjelaskan bahwa: “Ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan
terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan ketrampilan intelektual”[2]
Penilaian
aspek kognitif dilakukan setelah peserta didik mempelajari satu kompetensi
dasar yang harus dicapai pula pada setiap akhir semester dan jenjang satuan
pendidikan.[3]
Dalam bidang
studi Al-Quran Hadits penilai aspek kognitif dilakukan untuk mengukur
kemampuan-kemampuan intelektual yang menekankan pada proses mental untuk
mengorganisasikan dan mereorganisasikan
bahan yang telah diajarkan. Misalnya kemampuan siswa melafalkan dan
menterjemahkan ayat dan hadits yang telah diajarkan oleh guru.
Dengan
demikian ranah kognitif ini berkaitan dengan pengembangan terhadap kemampuan
mental atau daya pikir dari seseorang, apabila daya pikir yang ada pada orang
tersebut sudah teruji maka tujuan dalam ranah ini telah tercapai.
Namun demikian
karena ranah ini merupakan ranah yang sangat luas, maka ranah ini dibedakan
menjadi enam tingkatan, yaitu sebagai berikut :
a.
Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan tindakan terendah ranah kognitif, berupa pengenalan atau pengingat
kembali tentang fakta, istilah dan prinsip-prinsip dalam bentuk mempelajari[4]
b.
Pemahaman
“Pemahaman
merupakan kemampuan untuk menyimpulkan bahan yang telah diajarkan. Untuk
mencapai hasil belajar demikian diperlukan pemahaman atau daya menangkap dan
mencernakan bahan, sehingga siswa mampu
memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat mempergunakannya[5]”.
Tujuan ranah
kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang
dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran yang lain.
c.
Penggunaan (Aplikasi)
Penggunaan
atau aplikasi merupakan kemampuan untuk menerapkan fakta-fakta dan
konsep-konsep yang dipelajari sebelumnya terhadap situasi baru menyelasaikan
masalah dan menyusun grafik dan gambar. “Kemampuan atau ketrampilan menggunakan
abstraksi-abstraksi, kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam
ajaran Islam dalam situasi-situasi khusus dan konkret yang dihadapinya
sehari-hari[6].
d.
Analisis
Analisis
merupakan kemampuan untuk membedakan antara fakta dan kesimpulan, mengenal
asumsi-asumsi yang keliru pada sebuah argumen dan mengindentifikasikan struktur
oraganisasi dari sesuatu. Jadi dalam hal ini siswa harus mampu menjabarkan isi
pelajaran kebagian yang menjadi unsur pokok.[7]
e.
Sintesis
Sistesis
merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang
baru. Dalam hal ini Lukman Ibrahim menjelaskan bahwa: “Kemampuan untuk
menciptakan sesuatu seperti essay yang ditulis dengan seni yang indah,
mengajukan suatu rancangan aksi, memformulasikan suatu cara baru untuk mengklasifikasikan
objek-objek dan menggabungkan berbagai ide-ide ke dalam suatu solusi”[8] .
Dengan
demikian siswa dalam hal ini dituntut untuk dapat menyususn dan menggabungkan
kembali hal-hal yang khusus untuk dapat melahirkan struktur yang baru. Jadi di
sini siswa dituntut untuk dapat melakukan generalisasi
f.
Evaluasi
Evaluasi merupakan
kemampuan untuk menilai isi pelajaran tertentu dan mencapai tujuan tertentu.
Dalam evaluasi siswa diminta untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang
telah dimiliki seseorang tersebut untuk menilai suatu kasus tertentu.
Dengan demikian
maka evaluasi dimaksud untuk menilai dan mempertimbangkan kualitas sesuatu yang
didasarkan kepada kecakapan, nilai, logika dan penggunaannya. Jadi dalam
evaluasi ini dituntut adalah kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki untuk
diterapkan pada kasus yang konkrit.
Berdasarkan
uraian di atas dapatlah diketahui bahwa ranah kognitif merupakan kegiatan
mental, di mana proses belajar sebagai tangga menanjak dari anak-anak tangga
belajar. Sehingga seorang siswa baru
bisa mencapai tingkat puncak belajar apabila telah melalui tingkat-tingkat yang
lebih rendah dengan sukses.
Taksonomi
Bloom dapat digunakan untuk mengkatagorikan tujuan-tujuan instruksional ke dalam
suatu hirarki dari enam tingkatan belajar, dimulai dengan tingkat yang lebih
kompleks, dari komprehensif, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Hirarki
ini bersifat progresif, dimana pencapaian tujuan-tujuan komprehensif tergantung kepada keberhasilan dari
tujuan-tujuan level pengetahuan, pencapaian pada level aplikasi hanya mungkin
setelah sukses pada tujuan-tujuan level pengetahuan dan komprhensif. Jadi
rasional untuk hirarki ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap tingkatan
merupakan dasar untuk tingkatan berikutnya.
2.
Ranah Afektif
Ranah Afektif
meliputi tujuan-tujuan yang menekankan minat, sikap dan nilai serta
pengembangan dari apresiasi. Menurut Noehi Nasution. Ranah afektif merupakan
hal yang berkenaan dengan pengembangan kepribadian[9]
Apabila guru
mau mengukur aspek afektif yang berhubungan dengan pandangan siswa maka
pertanyaan yang disusun menghendaki respon yang melibatkan ekspresi, perasaan
atau pendapat pribadi penilaian aspek afektif dilakukan selama berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, yang
berorientasi pada perilaku murid sehari-hari sebagai pengamalan nilai-nilai
agama (Al-Quran Hadits). Aspek afektif inilah yang menjadi perhatian utama
dalam penilaian mata pelajaran Al-Quran Hadits.
Aspek afektif
yang perlu dinilai meliputi : sopan santun, peserta didik kepada guru,
karyawan, dan teman di sekolah, serta sopan santun peserta didik kepada orang
tua, keluarga, teman, dan orang yang lebih tua di rumah dan di masyarakat[10]
Dengan
demikian ranah afektif berkaitan dengan pengembangan kepribadian pada diri siswa,
melalui ranah siswa diharapkan mampu mengembangkan kepribadiannya secara nyata.
Sehingga apabila materi yang diberikan sudah selesai, secara langsung siswa
bersangkutan dapat menunjukkan kepribadian yang diharapkan.
3.
Ranah Psikomotor
Perkataan
psikomotor berhubungan dengan motor, jadi ranah psikomotor berhubungan erat dengan
kerja otak sehingga menyebabkan geraknya tubuh dan bagian-bagiannya[11].
Anas Sudijono
menjelaskan bahwa ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan
ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu[12]
Dengan
demikian ranah psikomotor yaitu yang menyangkut dengan ketrampilan-ketrampilan
fisik, motor atau ketrampilan manipulatif. Tulisan dan tujuan pendidikan
tentang fisik adalah contoh ketrampilan dalam ranah psikomotorik. Jadi yang
dituntut di sini adalah kemampuan fisik dari siswa dalam melaksanakan
psikomotorik.
Penilaian
aspek psikomotorik dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan belajar
mengajar yang berorientasi pada ketrampilan motorik dalam menjalankan ajaran
agama, seperti shalat dan baca tulis Al-Quran[13]
Berdasarkan
uraian yang telah dikemukakan di atas dapatlah dipahami adalah bahwa materi
pelajaran Al-Quran Hadits yang akan dilaksanakan evaluasi di sekolah mencakup
tiga kemampuan yaitu, menyangkut dengan pengembangan kemampuan proses berfikir
(kognitif) dan kemampuan yang berkenaan dengan pengembangan kepribadian
(afektif). Oleh karena itu dalam mengembangkan penilaian haruslah mencakup
semua ranah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Dalam hubungannya
dengan hal tersebut, Noehi Nasution menyatakan bahwa:
“Perlu diingat
di sini bahwa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, setiap mata pelajaran
tersebut memiliki kesempatan untuk mengembangkan ketiga ranah tersebut. Dengan
kata lain, setiap guru, apakah guru dibidang studi terlebih-lebih guru kelas
mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan ketiga ranah di atas”[14]
Melalui
pengembangan ketiga ranah tersebut maka guru mempunyai kesempatan dalam
mengevaluasi terhadap kemampuan siswa dalam memahami setiap pelajaran yang
diberikan.
[1]
Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hal. 117
[2] Ibid,
hal. 202
[3]
Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi Penilaian Berbasis Kelas,
Op. Cit, hal. 38
[4]
Ibid, hal. 203
[5]
Zakiah Daradjat, Op. Cit, hal. 199
[6] Ibid,
hal. 200
[7]
Suharsimi Arikonto, Op. Cit, hal. 204
[8]
Lukman Ibrahim, Op. Cit, hal.60
[9]
Noehi Nasution, Didaktik Azas-azas Mengajar, Jemmars, Bandung, 1986, hal. 47
[10]
Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi Penilaian Berbasis Kelas,
Op. Cit, 38
[11]
Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hal 122
[12]Anas
Sudijono, Op. Cit, hal. 57
[13]
Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi Penilaian Berbasis Kelas,
Loc.Cit, hal. 38
[14] Noehi
Nasution, Op. Cit hal. 47
No comments:
Post a Comment