09 June 2015

Aspek-aspek Prestasi Belajar


Aspek-aspek Prestasi Belajar.
1. Aspek Kognitif
Aspek kognitif adalah aspek yang lebih banyak berkenaan dengan perilaku dalam aspek berpikir / intelektual. Contoh : Siswa dapat memecahkan persamaan kuadrat.
Aspek kognitif ini mempunyai 6 (enam) tingkatan kemampuan, yaitu :

a.       Pengetahuan/ingatan.
Aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal / mengingat materi yang mudah dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar. Yang penting disi adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar. Pada umumnya unsur pengetahuan ini menyangkut hal-hal yang perlu diingat, seperti : batasan pasal, hokum, dalil dan lain-lain. Penguasaan tersebut memerlukan hafalan dan ingatan. Tujuan dalam tingkatan pengetahuan ini termasuk katagori paling rendah dalam ranah (domain) kognitif.


b.      Pemahaman.
Aspek pemahaman mengacu pada kemampuan memahami makna materi yang dipelajari. Pada umumnya unsur pemahaman ini menyangkut kemampuan menangkap makna suatu konsep, yang ditandai dengan kata-kata sendiri. Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga katagori, yakni penerjemahan (misalnya dari lambing ke arti, penafsiran dan ekstrapolasi (menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui). Aspek ini satu tingkat diatas pengetahuan, sehingga untuk mencapai tujuan dalam tingkatan pemahaman ini dituntut keaktifan belajar murid yang lebih banyak.
c.       Penerapan / Aplikasi.
Aspek ini mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki pada situasi yang baru, yang menyangkut penggunaan aturan, prinsip dan sebagainya, dalam memecahkan persoalan tertentu. Jadi dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hokum, rumus, kemudian diterapkan atau digunakan dalam memecahkan suatu persoalan. Tujuan dalam aspek ini setingkat lebih tinggi daripada tujuan dalam aspek pemahaman, sehingga kegiatan belajar mengajar yang dituntut lebih tinggi.
d.      Analisis.
Aspek ini mengacu pada kemampuan mengkaji atau menguraikan sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dipahami. Kemampuan ini merupakan akumulasi atau kumpulan pengetahuan, pemahaman dan aplikasi. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam belajar lebih tinggi dari pada keaktifan belajar yang dituntut aspek aplikasi.
e.       Sintetis.
Aspek ini mengacu pada kemampuan memadukan berbagai aspek atau komponen, sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis adalah lawan dari analisis. Kemampuan sintesis (membentuk) relative lebih tinggi dari kemampuan analisis (menguraikan), sehingga untuk menguasainya diperlukan kegiatan belajar yang lebih komplek.
f.       Evaluasi.
Aspek ini mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap gejala, peristiwa berdasarkan norma-norma atau patokan-patokan tertentu. Hasil belajar dalam tingkatan ini merupakan hasil belajar yang tertinggi dalam ranah (domain) kognitif, sehingga memerlukan tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari tingkatan sebelumnya (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sentesis). Dengan demikian, kegiatan belajar yang dituntut untuk mencapai tujuan pada tingkatan ini jelas lebih tinggi.[1]
2. Aspek Afektif.
Aspek afektif merupakan aspek yang banyak berkenaan dengan perasaan, nilai, sikap dan minat perilaku peserta didik/siswa. Contoh, siswa-siswa menghargai hasil karya kerajinan tangan dari tanah liat.
Menurut Krathwohl, B.S. Bloom dan Mansia, domain afektif ini terdiri dari 5 (lima) katagori aspek, yaitu :
a.       Penerimaan.
Aspek ini mengacu pada kesediaan siswa menerima dan menaruh perhatian terhadap nilai tertentu, seperti kesediaan menerima norma-norma disiplin yang berlaku di sekolah. Aspek penerimaan ini merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam ranah (domain) afektif.
b.      Pemberian Respons.
Aspek ini mengacu pada kecenderungan memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu, menunjukkan kesediaan dan kerelaan untuk merespon, serta merakanan kepuasan dalam merespon, misalnyamulai berbuat sesuai dengan tata tertib disiplin yang diterimanya. Aspek ini satu tingkat di atas aspek penerimaan.
c.       Penghargaan
Aspek ini mengacu pada kecenderungan menerima suatu norma tertentu, menghargai suatu norma, serta mengikat diri pada suatu norma, misalnya, siswa telah memperlihatkanperilaku disiplin yang menetap dari waktu ke waktu. Tujuan dalam aspek ini diklasifikasikan sebagai ‘sikap’ dan ‘apresiasi’ yang berada satu tingkat di atas pemberian respons.
d.      Pengorganisasian / Pengaturan Sikap.
Aspek ini mengacu proses membentuk konsep tentang suatu nilai serta menyusun suatu system nilai-nilai dalam dirinya. Pada tahapan ini seseorang mulai memiliki nilai-nilai yang dia sukai, misalnya nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan sekolah.. Aspek ini setingkat lebih tinggi dari aspek penghargaan.
e.       Karakteristik / Ketekunan.
Aspek ini mengacu pada proses mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga menjadi suatu watak, dimana norma itu tercermin dalam pribadinya. Dalam tahapan ini perilaku disiplin sangat dituntut, misalnya seseorang betul-betul telah menyatu di dalam dirinya. Aspek ini merupakan tingkat paling tinggi dari ranah (domain) afektif.
  1. Aspek Psikomotor.
Aspek Psikomotor adalah aspek yang banyak berkenaan dengan ketrampilan motorik atau gerak dari peserta didik/siswa.
Contoh : siswa dapat menampilkan berbagai gerakan senam kesegaran jasmani(SKJ) dengan baik.
Menurut Elizabeth Simson, ranah psikomotor terbagi atas 7 katagori, yaitu:
a.       Persepsi/Pengamatan
Aspek ini mengacu pada penggunaan alat dria untuk memperoleh kesadaran akan suatu objek/gerakan dan mengalihkannya ke dalam kegiatan/perbuatan dirinya. Dalam bermain bulu tangkis misalnya, siswa menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan sentuhan untuk dapat menyadari unsure prinsip phisik dari permainan tersebut. Aspek ini merupakan tingkatan yang paling rendah dalam ranah (domain) psikomotor.

b.      Kesiapan (Set).
Aspek ini mengacu pada kesiapan memberikan respons secara mental, fisik maupun secara perasaan untuk suatu kegiatan. Kesiapan fisik dan mental pada saat seseorang sedang mengambil ancang-ancang sebelum melakukan servis pada permainan bulutangkis, misalnya. Aspek ini berada satu tingkat di atas persepsi.
c.       Respons Terbimbing.
Aspek ini mengacu pada pemberian respons sesuai dengan contoh perilaku/gerakan yang diperlihatkan atau didemontrasikan sebelumnya. Siswa yang mempraktekkan pukulan-pukulan servise dengan cara tertentu berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diperlihatkan oleh gurunya merupakan salah satu contoh respons terbimbing. Aspek ini berada satu tingkat di atas kesiapan / set.
d.      Mekanisme.
Aspek ini mengacu pada keadaan dimana response fisik yang dipelajari telah menjadi kebiasaan. Siswa yang selalu melakukan pukulan servise dengan cara-cara tertentu sesuai dengan apa yang telah dipelajarinya, merupakan contoh dari aspek mekanisme. Aspek ini berada satu tingkat di atas response terbimbing.
e.       Response yang komplek.
Aspek ini mengacu pada pemberian response atau penampilan preilaku/gerakan yang cukup rumit dengan trampil dan efisien. Siswa yang dapat bermain bulutangkis dengan pukulan-pukulan servise yang akurat, tanpa membuat kesalahan selama permainan merupakan contoh response yang komplek. Aspek ini berada satu tingkat di atas mekanisme.
f.       Adaptasi.
Aspek ini mengacu pada kemampuan menyesuaikan response atau perilaku/gerakan dengan situasi yang baru. Sebagai contoh, setelah menguasaai cara-cara bermain bulutangkis dengan lawan-lawan tertentu, siswa dapat menerapkan/menggunakan ketrampilan yang telah dikuasainya dalam menghadapi lawan-lawan yang lain. Aspek ini berada satu tingkat di atas response yang komplek.
g.      Organisasi.
Aspek ini mengacu pada kemampuan menampilkan tehnik-tehnik baru, dalam arti menciptakan perilaku/gerakan yang baru. Sebagai contoh, setelah cukup lama belajar dan berlatih bulutangkis, siswa dapat menciptakan cara pukulan servise yang unik, berbeda dari yang lain. Aspek ini menduduki tingkatan yang paling tiuggi dalam ranah (domain) psikomotor.







[1] R. Ibrahim Nan Syaodih, Perencanaan Pengajaran, Renika Cipta, Jakarta, 1996, hal 73

No comments: