09 June 2015

Aktivitas Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa


Aktivitas Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam kegiatan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang sebenarnya merupakan gejala belajar, ini menunjukkan bahwa mustahil kita melakukan kegiatan itu, kalau kita tidak belajar terlebih dahulu, misalnya mengenakan pakaian, berkomunikasi satu sama lain dan sebagainya. Gejala-gejala belajar semacam itu terlalu banyak, semuanya mengisi kehidupan manusia sehari-hari.

Apa yang menjadikan semua kegiatan itu suatu gejala belajar ?, mungkin jawabannya adalah semua kemampuan untuk melakukan itu adalah hasil perolehan dari belajar, misalnya dari belum mampu menjadi sudah mampu. Pola perubahan perilaku inilah yang menandakan telah terjadinya belajar. Makin banyak kemampuan yang diperoleh makin banyak pula perubahan yang telah dialami.
Kemampuan-kemampuan tersebut biasanya digolongkan kepada tiga golongan, yaitu kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan dan pemahaman, kemampuan psikomotorik yang meliputi ketrampilan melakukan gerakan-gerakan dalam urusan tertentu, dan kemampuan dinamik afektif yang meliputi sikap dan nilai yang meresapi prilaku dan tindakan.
A. Cara Belajar Yang Efisien
            1. Tujuan Belajar.
Tujuan belajar merupakan suatu pendorong untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Tanpa tujuan tertentu, semangat belajar seseorang siswa akan mudah lenyap dan tidak mengarah. Tujuan belajar pada setiap saat, hendaknya dirumuskan dan disimpulkan dibuku-buku catatan untuk setiap unit masalah dalam satu jam atau lebih jam belajar.
Dengan jelasnya tujuan belajar akan berarti mendekatkan jarak antara aktifitas belajar dengan tujuan belajar itu sendiri. Dan dekatnya tujuan belajar akan lebih merangsang aktifitas belajar untuk lebih aktif.
2. Minat Terhadap Pelajaran.
            Minat merupakan salah satu factor yang menimbulkan konsentrasi. Oleh sebab itu pada saat mulai belajar, hendaknya seseorang siswa benar-benar menimbulkan minat terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Suatu pelajaran dapat dipelajari apabila ada pemusatan (konsentrasi) perhatian terhadap pelajaran itu.
            Selain untuk pemusatan pikiran, minat juga dapat menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar dan tidak menjadi bosan dan tidak mudah lupa.
3.   Kepercayaan Pada Diri Sendiri
Setiap siswa harus yakin, bahwa ia memiliki kemampuan untuk berhasil dalam studinya. Ia harus yakin pula bahwa ia pasti dapat mengikuti semua pelajaran dengan baik. Di dalam ujian nanti hendaknya ditempuh dengan baik dan penuh kepercayaan. Janganlah merasa ragu-ragu dan gemetar dalam menghadapinya, walaupun kadang-kadang ujian itu sulit atau memang sukar akan tetapi bila disertai dengan persiapan belajar yang cukup akan dapat diselesaikan dengan baik juga.
  1. Keuletan.
Banyak orang yang memulai dengan suatu pekerjaan tetapi yang dapat diselesaikan hanyalah sedikit. Demikian pula halnya dalam masalah belajar, kalau memang benar-benar tidak yakin dalam menyelesaikan pelajarannya maka dia tidaklah sempurna dalam usahanya mengikuti ujian nanti, akhirnya menjadi tidak lulus dan kecewa karena ia tidak ulet dalam usahanya.
Dengan demikian jelaslah bahwa, minat terhadap pelajaran, kepercayaan pada diri sendiri dan keuletan harus dimiliki oleh setiap siswa. Dengan mental yang demikian itu seorang siswa telah mempunyai persiapan yang sangat kuat untuk memperoleh pengetahuan semaksimal mungkin.
Untuk membangun pribadi siswa yang dimaksud di atas, sangat perlu dukungan dari pihak orang tua di rumah sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi anak-anak, guru disekolah sebagai kepanjangan tangan orang tuanya dan masyarakat disekeliling tempat tinggal anak. Adanya kerja sama yang baik dari ketiga pusat pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap jiwa anak.
  1. Penggunaan waktu belajar.
Sebagaimana diketahui, bahwa setiap siswa perlu menyediakan waktu untuk belajar, oleh karena itu seorang siswa harus perlu memperhatikan saat mana yang paling baik untuk belajar. Meskipun setiap siswa mempunyai kesempatan belajar yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, untuk itu penulis menguraikan waktu-waktu yang mungkin dipergunakan oleh siswa antara lain :
a. Menjelang ujian semester.
Belajar di sekolah merupakan keharusan bagi setiap siswa, belajar semata-mata mempersiapkan diri secara khusus menjelang ujian semester, agar pada waktu itu siswa dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh gurunya dalam ujian. Jawaban yang benar akan memperoleh nilai yang baik pula, dan itu baru dapat dilakukan oleh siswa yang benar-benar telah mempersiapkan diri jauh hari sebelum ujian dilangsungkan.
Tidak jarang dijumpai dari sebagian siswa yang mengira belajar dirumah semata-mata menjelang ujian saja, dengan demikian kita sering melihat adanya siswa yang hanya belajar menjelang ujian saja. Siswa itu tidak menyadari hal ini merupakan suatu kebiasaan yang kurang baik, karena belajar menjelang ujian sudah jelas memaksa otak untuk menguasai bahan pelajaran yang sudah menumpuk, apalagi bila hal ini dilakukan sampai larut malam akan membawa dampak kesakitan fisik karena terlambat tidur. Dengan kata lain belajar yang tidak berkesunambungan sejak dar awal sampai menghadapi ujian tidak akan membawa hasil yang memuaskan bagi siswa. Sehubungan dengan hal ini Soemadi Soeryabrata mengatakan bahwa :
Jangan menunda mempelajari bahan-bahan ujian itu sampai menjelang waktu ujian. Kalau kebiasaan belajar yang baik telah terbentuk, maka belajar untuk menghadapi ujian itu sedikit demi sedikit telah dipelajari sejak awal semester yang bersangkutan. Bagaimanapun juga belajar menghadapi ujian, yaitu mempelajari kembali yang telah pernah dipelajari itu tetap merupakan hal yang penting.[1]

Dari kutipan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa menggunakan waktu belajar pada saat menjelang ujian semester adalah merupakan suatu hal yang kurang baik terhadap keberhasilan siswa di sekolah, tetapi waktu untuk mempelajari materi ulangan itu pada masa jauh sebelum ujian atau mulai awal semester.
b. Pada waktu libur.
Sebagaimana diketahui pada waktu libur, siswa tidak melaksanakan kegiatan di ruang kelas. Waktu tersebut biasanya direncanakan hari-hari libur oleh pengajaran pada setiap sekolah, yang diadakan pada saat siswa akan menghadapi ujian semester dan setelah habis masa ujian. Hal ini perlu diadakan agar siswa pada saat tersebut dapat menenangkan pikiran kembali dan untuk sementara siswa dapat beristirahat karena sebelumnya siswa telah banyak menghadapi bahan-bahan pelajaran yang harus dipelajari pada jam sekolah. Sehubungan dengan masalah ini Fran Bonna Sihombing mengemukakan “karena keperluan istirahat tiap-tiap sekolah mengadakan libur. Pada masa libur ini siswa boleh mencari kerja atau beristirahat saja. Tetapi pada akhir libur mereka sepatutnya mengulang pelajaran-pelajaran mereka”[2]
Jadi jelaslah bahwa libur itu akan membawa siswa menjadi ingat terhadap pelajaran yang telah dipelajarinya selama ini, dan diharapkan pula kepada setiap siswa agar pada akhir masa libur untuk dapat membahas atau mempelajari sepintas bahan-bahan pelajaran yang pernah dipelajari sejak awal semester.
c. Pada waktu luang.
Kebanyakan siswa menggunakan waktu luang untuk bersenang-senang, membantu orang tua, dan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan keperluan masing-masing siswa. Namun ada pula siswa yang menggunakan waktu senggang tersebut untuk belajar. Hal ini mungkin saja terjadi karena waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar telah digunakan untuk ngobrol bersama-sama teman, asyik bermain, tidur atau terpaksa membantu orang tuanya, sebenarnya ini merupakan suatu kebiasaan yang salah, tanpa disadari telah dilakukan sebagian siswa sekolah, sebagaimana dikemukakan oleh Omar Hamalik sebagai berikut :
….Kegiatan rekreasi dan penggunaan waktu senggang yang baik, sangat diperlukan bagi sebagian siswa guna menghilangkan rasa penat. Bersenang-senang berbagai variasi dan menenangkan pikiran. Akan tetapi menggunakan waktu belajar untuk berekreasi dan bersenang-senang akan mengakibatkan gangguan dalam kemajuan belajar, hindari gangguan yang demikian secara aktif.[3]

Disamping semua yang telah diuraikan di atas, pernah juga dijumpai para siswa yang menggunakan waktu senggang ini untuk kegiatan-kegiatan siswa, misalnya mengikuti organisasi pemuda lainnya, dimana hal ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan di sekolah.


d. Penggunaan waktu belajar dalam satu hari.
Kepandaian menggunakan waktu pada tempatnya adalah cermin dari pribadi siswa yang rajin, meskipun siswa itu mempunyai berbagai kesibukan, demikian juga halnya siswa yang sedang berkecimpung dalam dunia pendidikan yang harus dijalaninya setiap hari.
Penggunaan waktu belajar dalam satu hari, sudah barang tentu tidak sama semuanya. Namun demikian penulis mencoba menjelaskan waktu-waktu yang baik untuk digunakan oleh siswa untuk belajar dalam satu hari, yaitu :
1). Pada waktu pagi hari.
Pada waktu pagi hari siswa dapat menggunakan waktu dengan tenang, dimana pada saat ini udara masih terasa nyaman, keadaan badan masih terasa segar karena baru bangun dari tidur. Untuk mempelajari bahan-bahan pelajaran yang agak sukar lebih sesuai dengan waktu ini karena lebih cepat dimengerti, sebagaimana dikatakan oleh Agoes Soejanto sebagai berikut :
Untuk membantu mahasiswa ia dapat segera memusatkan perhatian dalam belajar. Latihlah diri untuk dapat bangun pagi-pagi bersama tabuh subuh berbunyi sediakanlah waktu ini untuk mempelajari bahan-bahan yang dianggap berat. Saat ini adalah saat yang baik diantara saaat yang lain untuk belajar, sebabnya ialah karena suasana di luar dan di dalam diri masih tenang. Udara terasa sejuk, pikiran segar, suasana sunyi yang diisi azan sayup-sayup menambah kesyahduan suasana. Pada saat ini, bila jiwa dan raga telah benar-benar disiapkan untuk belajar, maka seakan-akan apa yang lewat dimata kita akan terus menembus jiwa dan bersemanyam disana.[4]

Dari kutipan di atas dapat dimengerti bahwa pada saat pagi hari atau waktu subuh adalah saat-saat yang paling sesuai digunakan untuk belajar, terutama untuk mempelajari kembali bahan-bahan pelajaran yang dirasakan agak berat atau dalam bentuk memecahkan masalah-masalah sesuai materi pelajaran yang dipelajari atau materi-materi baru yang belum pernah diberi oleh guru yang bersangkutan. Mata pelajaran-mata pelajaran yang sering dirasakan berat oleh para siswa adalah matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan sebagainya itu sangat baik bila dipelajari ulang pada saat-saat pagi hari atau subuh menjelang pergi ke sekolah.
2). Waktu sore.
Setelah bangun dari tidur siang, para siswa dapat menggunakan waktu untuk belajar, yaitu pada waktu sore hari lebih kurang antara jam 16.00 s.d. 17.30 wib. Pada saat ini waktu belajar lebih baik digunakan untuk mempelajari bahan-bahan pelajaran yang agak mudah serta menyelesaikan tugas-tugas rumah yang baru saja diberikan. Sehubungan dengan masalah ini Fran Bonna Sihombing mengemukakan pendapatnya sebagai berikut “manakala kita membuat karangan atau laporan-laporan lain sebaiknya dibuat pada petang hari, bila otak telah terasa letih dan hawa panas kerap kali membawa orang-orang membaca menjadi tertidur, tetapi kalau ia menulis, ia tidak akan tertidur”.[5]
Disamping semua uraian di atas, pada saat-saat sore hari tersebut dapat pula digunakan untuk membuat kesimpulan dari isi pelajaran yang baru diberi oleh guru di sekolah, hal ini lebih mudah untuk dilaksanakan, karena para siswa masih hangat terhadap semua penjelasan-penjelasan materi yang baru diberikan tersebut. Dalam hal ini berarti para siswa harus lebih banyak memperdalam atau memantapkan diri terhadap hasil belajar dan sekaligus mempersiapkan diri untuk belajar.
3). Pada waktu malam hari.
Pada malam hari juga dianggap menggunakan sedikit waktu untuk belajar disamping belajar pada pagi hari dan sore hari. Pada saat tersebut para siswa diharapkan agar dapat mempelajari bahan-bahan yang akan dipelajari pada besok harinya di dalam kelas, dan disamping menyiapkan semua buku-buku untuk keperluan sekolah yang akan dibawa besok pagi. Dalam urutan di atas berarti pada saat malam hari siswa harus lebih belajar untuk mempersiapkan diri daripada memantapkan hasil belajar.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan waktu belajar pada malam hari adalah jangan ada para siswa yang belajar sampai jauh malam, karena hal ini akan berpengaruh kurang baik terhadap kondisi kesehatan badan siswa, seperti yang dikemukakan oleh Fran Bonna Sihombing sebagai berikut :
Para siswa seharusnya jangan belajar sampai waktu subuh, misalnya jam 04.00 pagi baru tidur. Sungguhpun beberapa siswa berkata mereka lebih senang belajar secara demikian, tetapi mereka tidak akan memperoleh otak yang cerdas dan mereka secara terpaksa pergi ke sekolah dan tentu belajar dengan tidak akan ada beberapa yang akan masuk ke kepala mereka.[6]

Dari kutipan di atas jelaslah bahwa menggunakan waktu untuk belajar sampai jauh malam adalah merupakan suatu kebiasaan yang kurang baik. Siswa tidak dapat bangun lebih awal untuk belajar di pagi harinya dan tidak bias menerima dengan baik setiap penjelasan-penjelasan guru karena rasa ngantuk. Untuk ini para siswa harus menghilangkan setiap kebanggaan bisa belajar sampai jauh malam / subuh.
Ketika penjadwalan waktu belajar dalam sehari telah diuraikan di atas akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa di sekolah. Hal ini dapat dipahami karena baik bagi siswa yang cerdas maupun siswa yang kurang cerdas tidak mungkin berhasil jika mereka tidak pernah menggunakan waktu untuk belajar dengan sebaik-baiknya.


[1] Soemadi Soeryabrata, Proses Mengajar di Perguruan Tinggi, Yokyakarta, 1983, hal. 66
[2] Fran Bonna Sihombing, Tehnik Belajar Mahasiswa, Restu Agung, Jakarta, 1986, hal, 27


[3] Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, Tarsito, Bandung, 1982, hal. 149
[4] Agoes Suoejanto, Bimbingan Kearah Belajar Yang Sukses, Aksara Baru, 1990, hal. 76-77

[5] Fran Bonna Sihombing, Op-Cit, hal. 24

[6] Ibid, hal. 26

No comments: