Aktivitas Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam kegiatan
sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang sebenarnya merupakan gejala
belajar, ini menunjukkan bahwa mustahil kita melakukan kegiatan itu, kalau kita
tidak belajar terlebih dahulu, misalnya mengenakan pakaian, berkomunikasi satu
sama lain dan sebagainya. Gejala-gejala belajar semacam itu terlalu banyak,
semuanya mengisi kehidupan manusia sehari-hari.
Apa yang
menjadikan semua kegiatan itu suatu gejala belajar ?, mungkin jawabannya adalah
semua kemampuan untuk melakukan itu adalah hasil perolehan dari belajar,
misalnya dari belum mampu menjadi sudah mampu. Pola perubahan perilaku inilah
yang menandakan telah terjadinya belajar. Makin banyak kemampuan yang diperoleh
makin banyak pula perubahan yang telah dialami.
Kemampuan-kemampuan
tersebut biasanya digolongkan kepada tiga golongan, yaitu kemampuan kognitif
yang meliputi pengetahuan dan pemahaman, kemampuan psikomotorik yang meliputi
ketrampilan melakukan gerakan-gerakan dalam urusan tertentu, dan kemampuan
dinamik afektif yang meliputi sikap dan nilai yang meresapi prilaku dan
tindakan.
A. Cara Belajar Yang Efisien
1.
Tujuan Belajar.
Tujuan belajar
merupakan suatu pendorong untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Tanpa tujuan
tertentu, semangat belajar seseorang siswa akan mudah lenyap dan tidak
mengarah. Tujuan belajar pada setiap saat, hendaknya dirumuskan dan disimpulkan
dibuku-buku catatan untuk setiap unit masalah dalam satu jam atau lebih jam
belajar.
Dengan
jelasnya tujuan belajar akan berarti mendekatkan jarak antara aktifitas belajar
dengan tujuan belajar itu sendiri. Dan dekatnya tujuan belajar akan lebih
merangsang aktifitas belajar untuk lebih aktif.
2. Minat Terhadap
Pelajaran.
Minat
merupakan salah satu factor yang menimbulkan konsentrasi. Oleh sebab itu pada
saat mulai belajar, hendaknya seseorang siswa benar-benar menimbulkan minat
terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Suatu pelajaran dapat dipelajari
apabila ada pemusatan (konsentrasi) perhatian terhadap pelajaran itu.
Selain
untuk pemusatan pikiran, minat juga dapat menimbulkan kegembiraan dalam usaha
belajar dan tidak menjadi bosan dan tidak mudah lupa.
3. Kepercayaan Pada Diri Sendiri
Setiap siswa
harus yakin, bahwa ia memiliki kemampuan untuk berhasil dalam studinya. Ia
harus yakin pula bahwa ia pasti dapat mengikuti semua pelajaran dengan baik. Di
dalam ujian nanti hendaknya ditempuh dengan baik dan penuh kepercayaan.
Janganlah merasa ragu-ragu dan gemetar dalam menghadapinya, walaupun
kadang-kadang ujian itu sulit atau memang sukar akan tetapi bila disertai
dengan persiapan belajar yang cukup akan dapat diselesaikan dengan baik juga.
- Keuletan.
Banyak orang
yang memulai dengan suatu pekerjaan tetapi yang dapat diselesaikan hanyalah
sedikit. Demikian pula halnya dalam masalah belajar, kalau memang benar-benar
tidak yakin dalam menyelesaikan pelajarannya maka dia tidaklah sempurna dalam
usahanya mengikuti ujian nanti, akhirnya menjadi tidak lulus dan kecewa karena
ia tidak ulet dalam usahanya.
Dengan
demikian jelaslah bahwa, minat terhadap pelajaran, kepercayaan pada diri
sendiri dan keuletan harus dimiliki oleh setiap siswa. Dengan mental yang
demikian itu seorang siswa telah mempunyai persiapan yang sangat kuat untuk
memperoleh pengetahuan semaksimal mungkin.
Untuk
membangun pribadi siswa yang dimaksud di atas, sangat perlu dukungan dari pihak
orang tua di rumah sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi anak-anak, guru
disekolah sebagai kepanjangan tangan orang tuanya dan masyarakat disekeliling
tempat tinggal anak. Adanya kerja sama yang baik dari ketiga pusat pendidikan
akan sangat berpengaruh terhadap jiwa anak.
- Penggunaan waktu belajar.
Sebagaimana
diketahui, bahwa setiap siswa perlu menyediakan waktu untuk belajar, oleh
karena itu seorang siswa harus perlu memperhatikan saat mana yang paling baik
untuk belajar. Meskipun setiap siswa mempunyai kesempatan belajar yang
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, untuk itu penulis
menguraikan waktu-waktu yang mungkin dipergunakan oleh siswa antara lain :
a. Menjelang
ujian semester.
Belajar di
sekolah merupakan keharusan bagi setiap siswa, belajar semata-mata
mempersiapkan diri secara khusus menjelang ujian semester, agar pada waktu itu
siswa dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh gurunya dalam ujian.
Jawaban yang benar akan memperoleh nilai yang baik pula, dan itu baru dapat
dilakukan oleh siswa yang benar-benar telah mempersiapkan diri jauh hari
sebelum ujian dilangsungkan.
Tidak jarang dijumpai dari
sebagian siswa yang mengira belajar dirumah semata-mata menjelang ujian saja,
dengan demikian kita sering melihat adanya siswa yang hanya belajar menjelang
ujian saja. Siswa itu tidak menyadari hal ini merupakan suatu kebiasaan yang
kurang baik, karena belajar menjelang ujian sudah jelas memaksa otak untuk
menguasai bahan pelajaran yang sudah menumpuk, apalagi bila hal ini dilakukan
sampai larut malam akan membawa dampak kesakitan fisik karena terlambat tidur.
Dengan kata lain belajar yang tidak berkesunambungan sejak dar awal sampai
menghadapi ujian tidak akan membawa hasil yang memuaskan bagi siswa. Sehubungan
dengan hal ini Soemadi Soeryabrata mengatakan bahwa :
Jangan menunda
mempelajari bahan-bahan ujian itu sampai menjelang waktu ujian. Kalau kebiasaan
belajar yang baik telah terbentuk, maka belajar untuk menghadapi ujian itu
sedikit demi sedikit telah dipelajari sejak awal semester yang bersangkutan.
Bagaimanapun juga belajar menghadapi ujian, yaitu mempelajari kembali yang
telah pernah dipelajari itu tetap merupakan hal yang penting.[1]
Dari kutipan
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa menggunakan waktu belajar pada saat
menjelang ujian semester adalah merupakan suatu hal yang kurang baik terhadap
keberhasilan siswa di sekolah, tetapi waktu untuk mempelajari materi ulangan itu
pada masa jauh sebelum ujian atau mulai awal semester.
b. Pada waktu
libur.
Sebagaimana
diketahui pada waktu libur, siswa tidak melaksanakan kegiatan di ruang kelas.
Waktu tersebut biasanya direncanakan hari-hari libur oleh pengajaran pada
setiap sekolah, yang diadakan pada saat siswa akan menghadapi ujian semester
dan setelah habis masa ujian. Hal ini perlu diadakan agar siswa pada saat
tersebut dapat menenangkan pikiran kembali dan untuk sementara siswa dapat
beristirahat karena sebelumnya siswa telah banyak menghadapi bahan-bahan
pelajaran yang harus dipelajari pada jam sekolah. Sehubungan dengan masalah ini
Fran Bonna Sihombing mengemukakan “karena keperluan istirahat tiap-tiap sekolah
mengadakan libur. Pada masa libur ini siswa boleh mencari kerja atau
beristirahat saja. Tetapi pada akhir libur mereka sepatutnya mengulang
pelajaran-pelajaran mereka”[2]
Jadi
jelaslah bahwa libur itu akan membawa siswa menjadi ingat terhadap pelajaran
yang telah dipelajarinya selama ini, dan diharapkan pula kepada setiap siswa
agar pada akhir masa libur untuk dapat membahas atau mempelajari sepintas
bahan-bahan pelajaran yang pernah dipelajari sejak awal semester.
c.
Pada waktu luang.
Kebanyakan
siswa menggunakan waktu luang untuk bersenang-senang, membantu orang tua, dan
melakukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan keperluan
masing-masing siswa. Namun ada pula siswa yang menggunakan waktu senggang
tersebut untuk belajar. Hal ini mungkin saja terjadi karena waktu yang
seharusnya digunakan untuk belajar telah digunakan untuk ngobrol bersama-sama
teman, asyik bermain, tidur atau terpaksa membantu orang tuanya, sebenarnya ini
merupakan suatu kebiasaan yang salah, tanpa disadari telah dilakukan sebagian
siswa sekolah, sebagaimana dikemukakan oleh Omar Hamalik sebagai berikut :
….Kegiatan
rekreasi dan penggunaan waktu senggang yang baik, sangat diperlukan bagi
sebagian siswa guna menghilangkan rasa penat. Bersenang-senang berbagai variasi
dan menenangkan pikiran. Akan tetapi menggunakan waktu belajar untuk berekreasi
dan bersenang-senang akan mengakibatkan gangguan dalam kemajuan belajar,
hindari gangguan yang demikian secara aktif.[3]
Disamping
semua yang telah diuraikan di atas, pernah juga dijumpai para siswa yang
menggunakan waktu senggang ini untuk kegiatan-kegiatan siswa, misalnya mengikuti
organisasi pemuda lainnya, dimana hal ini akan berpengaruh terhadap
keberhasilan di sekolah.
d.
Penggunaan waktu belajar dalam satu hari.
Kepandaian
menggunakan waktu pada tempatnya adalah cermin dari pribadi siswa yang rajin,
meskipun siswa itu mempunyai berbagai kesibukan, demikian juga halnya siswa
yang sedang berkecimpung dalam dunia pendidikan yang harus dijalaninya setiap
hari.
Penggunaan
waktu belajar dalam satu hari, sudah barang tentu tidak sama semuanya. Namun
demikian penulis mencoba menjelaskan waktu-waktu yang baik untuk digunakan oleh
siswa untuk belajar dalam satu hari, yaitu :
1).
Pada waktu pagi hari.
Pada
waktu pagi hari siswa dapat menggunakan waktu dengan tenang, dimana pada saat
ini udara masih terasa nyaman, keadaan badan masih terasa segar karena baru
bangun dari tidur. Untuk mempelajari bahan-bahan pelajaran yang agak sukar
lebih sesuai dengan waktu ini karena lebih cepat dimengerti, sebagaimana
dikatakan oleh Agoes Soejanto sebagai berikut :
Untuk
membantu mahasiswa ia dapat segera memusatkan perhatian dalam belajar. Latihlah
diri untuk dapat bangun pagi-pagi bersama tabuh subuh berbunyi sediakanlah
waktu ini untuk mempelajari bahan-bahan yang dianggap berat. Saat ini adalah
saat yang baik diantara saaat yang lain untuk belajar, sebabnya ialah karena
suasana di luar dan di dalam diri masih tenang. Udara terasa sejuk, pikiran
segar, suasana sunyi yang diisi azan sayup-sayup menambah kesyahduan suasana.
Pada saat ini, bila jiwa dan raga telah benar-benar disiapkan untuk belajar,
maka seakan-akan apa yang lewat dimata kita akan terus menembus jiwa dan
bersemanyam disana.[4]
Dari
kutipan di atas dapat dimengerti bahwa pada saat pagi hari atau waktu subuh
adalah saat-saat yang paling sesuai digunakan untuk belajar, terutama untuk mempelajari
kembali bahan-bahan pelajaran yang dirasakan agak berat atau dalam bentuk
memecahkan masalah-masalah sesuai materi pelajaran yang dipelajari atau
materi-materi baru yang belum pernah diberi oleh guru yang bersangkutan. Mata
pelajaran-mata pelajaran yang sering dirasakan berat oleh para siswa adalah
matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan sebagainya itu sangat baik bila
dipelajari ulang pada saat-saat pagi hari atau subuh menjelang pergi ke
sekolah.
2).
Waktu sore.
Setelah
bangun dari tidur siang, para siswa dapat menggunakan waktu untuk belajar,
yaitu pada waktu sore hari lebih kurang antara jam 16.00 s.d. 17.30 wib. Pada
saat ini waktu belajar lebih baik digunakan untuk mempelajari bahan-bahan
pelajaran yang agak mudah serta menyelesaikan tugas-tugas rumah yang baru saja
diberikan. Sehubungan dengan masalah ini Fran Bonna Sihombing mengemukakan
pendapatnya sebagai berikut “manakala kita membuat karangan atau
laporan-laporan lain sebaiknya dibuat pada petang hari, bila otak telah terasa
letih dan hawa panas kerap kali membawa orang-orang membaca menjadi tertidur,
tetapi kalau ia menulis, ia tidak akan tertidur”.[5]
Disamping
semua uraian di atas, pada saat-saat sore hari tersebut dapat pula digunakan
untuk membuat kesimpulan dari isi pelajaran yang baru diberi oleh guru di
sekolah, hal ini lebih mudah untuk dilaksanakan, karena para siswa masih hangat
terhadap semua penjelasan-penjelasan materi yang baru diberikan tersebut. Dalam
hal ini berarti para siswa harus lebih banyak memperdalam atau memantapkan diri
terhadap hasil belajar dan sekaligus mempersiapkan diri untuk belajar.
3).
Pada waktu malam hari.
Pada
malam hari juga dianggap menggunakan sedikit waktu untuk belajar disamping
belajar pada pagi hari dan sore hari. Pada saat tersebut para siswa diharapkan
agar dapat mempelajari bahan-bahan yang akan dipelajari pada besok harinya di
dalam kelas, dan disamping menyiapkan semua buku-buku untuk keperluan sekolah
yang akan dibawa besok pagi. Dalam urutan di atas berarti pada saat malam hari
siswa harus lebih belajar untuk mempersiapkan diri daripada memantapkan hasil
belajar.
Satu
hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan waktu belajar pada malam hari
adalah jangan ada para siswa yang belajar sampai jauh malam, karena hal ini
akan berpengaruh kurang baik terhadap kondisi kesehatan badan siswa, seperti
yang dikemukakan oleh Fran Bonna Sihombing sebagai berikut :
Para siswa seharusnya jangan belajar sampai waktu subuh,
misalnya jam 04.00 pagi baru tidur. Sungguhpun beberapa siswa berkata mereka
lebih senang belajar secara demikian, tetapi mereka tidak akan memperoleh otak
yang cerdas dan mereka secara terpaksa pergi ke sekolah dan tentu belajar
dengan tidak akan ada beberapa yang akan masuk ke kepala mereka.[6]
Dari
kutipan di atas jelaslah bahwa menggunakan waktu untuk belajar sampai jauh
malam adalah merupakan suatu kebiasaan yang kurang baik. Siswa tidak dapat
bangun lebih awal untuk belajar di pagi harinya dan tidak bias menerima dengan
baik setiap penjelasan-penjelasan guru karena rasa ngantuk. Untuk ini para
siswa harus menghilangkan setiap kebanggaan bisa belajar sampai jauh malam /
subuh.
Ketika
penjadwalan waktu belajar dalam sehari telah diuraikan di atas akan berpengaruh
terhadap pencapaian hasil belajar siswa di sekolah. Hal ini dapat dipahami
karena baik bagi siswa yang cerdas maupun siswa yang kurang cerdas tidak
mungkin berhasil jika mereka tidak pernah menggunakan waktu untuk belajar
dengan sebaik-baiknya.
[2]
Fran Bonna Sihombing, Tehnik Belajar
Mahasiswa, Restu Agung, Jakarta,
1986, hal, 27
[3] Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, Tarsito, Bandung, 1982, hal. 149
[4]
Agoes Suoejanto, Bimbingan Kearah
Belajar Yang Sukses, Aksara Baru, 1990, hal. 76-77
[5] Fran
Bonna Sihombing, Op-Cit, hal. 24
[6] Ibid,
hal. 26
No comments:
Post a Comment