08 June 2015

Keharmonisan Orang Tua dan Pengaruhnya terhadap Pendidikan

Keharmonisan Orang Tua dan Pengaruhnya terhadap Pendidikan Anak
Pendidikan anak tidak akan berhasil sebagaimana yang diharapkan, jika orang tuanya tidak mendukung. Keluarga dapat memberikan kondisi-kondisi tertentu untuk mencapai keberhasilan kedisiplinan anak dalam belajar. Keadaan keluarga yang tidak harmonis, sering cekcok, sering terjadi ketegangan akibat tidak saling mengerti antara ayah dan ibu  akan memberikan pengaruh negatif atau kurang menguntungkan terhadap proses pendidikan anaknya. Dalam hal ini sesuai dengan dikemukakan oleh Winarno Surachman yaitu :

Ciri-Ciri Orang Tua yang Harmonis



Ciri-Ciri Orang Tua yang Harmonis
Keluarga adalah sebagai sebuah insitusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Di dalamnya hidup bersama pasangan suami istri secara sah karena pernikahan, mereka hidup bersama-sama dalam rukun dan damai dengan suatu tekat dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin. Keluarga harmonis adalah dambaan setiap insan, karena terciptanya keluarga yang harmonis akan terbentuknya keluarga yang sakinah mawaddah warahmah yang terdiri dari sifat saling percaya, tidak menyalahkan, saling menghargai dan lain sebagainya.

Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Pendidikan Anak



Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Pendidikan Anak
Orang tua adalah orang dewasa yang pertama memikul tanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah ibu dan ayahnya. Orang tua berperan memelihara dan membesarkan anak, ini adalah bentuk yang paling sederahana dari tanggung jawab setiap orang tua yang merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Pola Pendidikan Anak dalam Keluarga




Pola Pendidikan Anak dalam Keluarga
Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama yang menyediakan kebutuhan biologis anak dan sekaligus memberikan pendidikannya, sehingga menghasilkan pribadi-pribadi yang dapat hidup dalam masyarakatnya, sambil menerima dan mengelola serta mewariskan kebudayaannya.

Efektifitas Penerapan PAKEM Dalam Pembelajaran



 Efektifitas Penerapan PAKEM Dalam Pembelajaran Agama
Tinggi rendahnya pendidikan seseorang sangat mempengaruhi dan menentukan dalam berbagai proses usaha seseorang. Oleh karena itu pendidikan tidak dapat dipisahkan dan kehidupan manusia. Jadi dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, semakin tinggi pula daya pemahaman/pemikiran orang tersebut. Hal di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Harsya W. Bachtiar, yaitu pendidikan itu penting karena:

Pengaruh PAKEM Terhadap Pembelajaran



Pengaruh PAKEM Terhadap Pembelajaran Anak
Belajar merupakan “suatu proses perubahan yaitu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan perubahan-perubahan itu akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.”[1] Pendapat di atas juga dipertegas oleh         Sardiman “belajar berarti usaha merubah tingkah laku”[2]. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk percakapan, ketrampilan, pengertian, harga diri minat, watak dan penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang.

Prinsip Penerapan PAKEM


Prinsip Penerapan PAKEM pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Dalam pembelajaran PAKEM peran serta guru dalam menerapkan pola belajar aktif siswa mutlak diperlukan, karena dengan pola tersebut akan menjadikan proses belajar mengajar menjadi lancar serta pencapaian tujuan pembelajaran akan mudah terealisasi. Pola belajar siswa adalah teknik pembelajaran yang diterapkan yang menjadikan siswa agar mampu menerima materi pelajaran sebagaimana yang diberikan. Pola belajar siswa aktif menitik beratkan pada kompetensi siswa serta pengalaman siswa dalam belajar.

Pengertian Pakem


Pengertian PAKEM
Dalam proses pembelajaran seorang guru di tuntut mempunyai kompetensi dalam pembelajarannya, sehingga dengan demikian maka guru tersebut akan mampu menjalankan fungsi dan peran mereka sebagai pendidik, pengajar, pelatih, serta pengayom bagi anak didiknya. Untuk dapat melaksanakan tugas profesionalnya dengan baik, calon guru harus memiliki empat standar kompetensi guru, yaitu: “kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.”[1]

Hubungan Motivasi Dengan Hasil Belajar Siswa


Hubungan Motivasi Dengan Hasil Belajar Siswa
Motivasi yang dilakukan guru merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar dan juga terhadap hasil belajar seorang siswa, atau suatu yang dapat diterima oleh akal atau berfikir secara logis, jika seorang siswa belajar dengan tekun, dengan motivasi dan minat yang tinggi sehingga kepeduliannya terhadap pelajaran akan meningkat rasional ini menunjukkan bahwa motivasi belajar yang tinggi akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi.[1]

Peran Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa


Peran Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Setiap siswa mempunyai latar belakang dan pengalaman yang berbeda seperti latar belakang keluarga, sosial kultural, ekonomi, bakat, minat dan kemampuan. Dalam proses mengajar pada umumnya guru menggunakan pendekatan yang sama, hal ini dapat mengakibatkan siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar karena keunikan siswa tersebut kurang mendapat pelayanan, sehingga siswa akan memungkinan dalam mengikuti pembelajaran merasa akan kurang puas.

Macam-Macam Motivasi Siswa


Macam-Macam Motivasi Siswa
Pada dasarnya, setiap tindakan selalu dipengaruhi oleh motivasi, maka dia bawah ini penulis menguraikan berbagai macam motivasi yang dapat mengerakkan seseorang untuk berbuat atau bertingkah laku, termasuk keinginan orang tua menyekolahkan anaknya ke suatu lembaga pendidikan, tentu punya motivasi tersendiri. 

Motivasi Guru Dalam Pembelajaran


Upaya Guru Memotivasi Siswa Belajar
Guru sebagai tenaga profesional di bidang kependidikan, disamping memahani hal-hal yang bersifat filosofi dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bessifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan melaksankan interaksi belajar mengajar.

TANGGUNG JAWAB GURU DALAM PEMBELAJARAN


  Pemamfaatan Strategi Belajar Mengajar dan Metode Belajar
1.    Pemamfaatan Strategi Belajar Mengajar
Pengertian strategi secara umum yaitu garis-garis ikhtisar haluan untuk bertindak dalam usaha pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan.  Sedangkan strategi pembelajaran secara khusus yaitu pola-pola umum kegiatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk pencapaian sasaran atau tujuan.

Faktor-Faktor Pendukung Minat Belajar



Minat memiliki fungsi yang sangat signifikan bagi siswa dalam belajar. Demikian pentingnya minat, maka seyogyanyalah bila minat belajar siswa harus ditumbuhkembangkan secara maksimal. Usaha menumbuhkembangkan minat ini sangat ditentukan oleh pendukungnya. Secara umum ada dua aspek besar yang turut mendukung minat ini, yaitu aspek diri siswa (faktor internal) dan aspek luar siswa (faktor eksternal). Selanjutnya dua aspek ini akan saling mempengaruhi. Ada kemungkinan minat siswa yang memang sudah ada dalam dirinya akan berkurang manakala faktor eksternal tidak mendukungnya, apalagi merintanginya.

Macam -Macam Minat Belajar

Minat seseorang juga dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu minat dari dalam (intrinsik) dan minat karena pengaruh luar (ekstrinsik).
1.      Minat dari dalam (intrinsik)
Yang dimaksud dengan minat intrinsik adalah “minat-minat yang adanya tidak perlu dirangsang dari luar, karena sudah ada dalam diri individu”.[1] Sebagai contoh, seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya pun ia akan menaruh minat yang besar untuk membaca. Dengan demikian minat intrinsik merupakan minat yang adanya tanpa perlu dirangsang oleh sesuatu dari luar diri siswa.

Pengertian Minat dan Belajar



1.      Pengertian minat (interest)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, minat atau keinginan adalah “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.[1] Berdasarkan arti kata tersebut dapat dipahami bahwa minat merupakan suatu kecenderungan yang sangat tinggi. Minat dapat dipahami sebagai rasa ingin memiliki, maka rasa ingin memiliki tersebut sangat tinggi dalam arti bersedia mengorbankan apapun demi memperolehnya. Jika dihubungkan dengan rasa ingin tahu, maka rasa ingin tahu tersebut juga sangat tinggi. Sehingga untuk mengetahui yang diminati tersebut seseorang dengan rela melakukan apapun, seperti belajar sampai larut malam.