08 June 2015

TANGGUNG JAWAB GURU DALAM PEMBELAJARAN


  Pemamfaatan Strategi Belajar Mengajar dan Metode Belajar
1.    Pemamfaatan Strategi Belajar Mengajar
Pengertian strategi secara umum yaitu garis-garis ikhtisar haluan untuk bertindak dalam usaha pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan.  Sedangkan strategi pembelajaran secara khusus yaitu pola-pola umum kegiatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk pencapaian sasaran atau tujuan.
Strategi pembelajaran “adalah komponen-komponen dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya.”[1] Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Selanjutnya menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, “strategi mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan”[2]  Dari kutipan di atas jelas bahwa strategi adalah pola kegiatan guru dan siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar demi mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam pembelajaran tersebut. Ramly maha dalam bukunya Perancangan Pembelajaran Sistem Pendidikan Agama, memberi makna strategi “bagaimana menata potensi dan sumber daya agar memperoleh hasil pembelajaran secara efesien  sesuai dengan rancangan”.[3]
Keterangan di atas bahwa strategi pembelajaran adalah teknik atau taktik yang digunakan guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, untuk memperoleh hasil dari pembelajaran tersebut penggunaan strategi pembelajaran sesuai sangat diharapkan demi mencapai tujuan pembelajaran.
Strategi mengajar bertujuan : “Agar guru mampu mengairahkan siswanya dalam belajar”[4]. Jika guru mampu menggunakan strategi pembelajaran dengan tepat, tentu saja pelaksanaan proses belajar mengajar PAI akan berjalan sebgaimana yang diharapkan, begitu juga sebaliknya jika guru kurang mampu menggunakan strategi belajarnya dengan baik maka pelaksanaan proses belajar mengajar akan terhambat dan tidak mencapai sasaran yang diharapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran agama yang digunakan guru memegang peranan penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar, sehingga  pelaksanaan pembelajaran agama dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Ada empat strategi  dasar dalam penerapan proses pengajaran agama yang meliputi hal-hal:
1.      Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kwalifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2.      Memilih sistim pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat
3.      Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan dalam mengajarnya.
4.      Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria atau standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan unpan balik buat penyempurnaan sistim intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.[5]

Berdasarkan uraian di atas strategi pembelajaran agama merupakan cara, atau pedoman yang dijadikan buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
2.      Metode Belajar
Metode pembelajaran juga merupakan salah satu komponen dalam proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam kelas maupun di luar kelas, tanpa adanya metode pembelajaran tidak akan mungkin berhasil dengan efektif.
            Pemakaian metode mengajar dalam suatu bidang studi tertentu perlu mempertimbangkan beberapa komponen yang terlibat dalam proses tersebut, di antaranya adalah tujuan, materi, siswa situasi dan kondisi kelas dan juga guru sebagai operator dalam pemakaian metode pembelajaran. Atas pertimbangan ini maka penggunaan metode yang tepat akan dapat membuat siswa belajar aktif dan bergairah karena metode yang digunakan dalam proses pembelajaran lebih efektif.
Suasana belajar yang diciptakan oleh guru harus melibatkan siswa secara aktif, misalnya mengamati, bertanya dan mempertanyakan menjelaskan dan sebagainya. “Belajar aktif tidak dapat berjalan secara baik apabila tanpa keterlibatan siswa di dalamnya. Dalam hal ini, pemakaian metode sangat menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran”[6] Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran metode sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
Pada dasarnya, ada beberapa metode pengajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a.       Metode ceramah
Metode ceramah sebuah teknik informasi   melalui penerapan   dan penuturan secara lisan oleh seorang guru kepada siswanya.”[7] Guru yang aktif dalam mengajar sedangkan siswa hanya mendengarkan saja. Guru yang berbicara mengartikan dan menjelaskan pokok-pokok bahasan yang telah ditentukan dalam kurikulum.
            Dengan demikian metode ceramah ini, siswa mendengar serta percaya kepada apa yang telah disampaikan kepada gurunya. Siswa mengutip inti sari dari apa yang disampaikan oleh gurunya menurut kemampuan siswa itu sendiri dan menghapalkannya tanpa adanya penyelidikan lebih lanjut dari guru yang bersangkutan. Metode ceramah efektif dilakukan karena mengingat banyakya siswa dan bahan yang akan dipalajari.


b.      Metode tanya jawab
            “Metode tanya jawab adalah suatu bentuk atau teknik yang dapat membantu kekurangan yang terdapat dalam metode ceramah, hal ini disebabkan karena guru memperoleh gambaran sejauh mana siswa dapat mengerti dan mengungkapkannya.”[8]
            Dalam pelaksanaannya, metode tanya jawab, di mana pertanyaan dapat diajukan oleh guru dan siswa. Dengan demikian guru bertanya siswa menjawab dan sebaliknya siswa bertanya guru menjawab atau siswa bertanya dan siswa pula yang menjawab atau saran guru yang bersangkutan. Metode tanya jawab ini dapat dipakai apabila pelaksanaannya ditujukkan untuk meninjau pelajaran yang lalu agar siswa memusatkan perhatiannya untuk menjelaskan materi yang telah dipelajari sebelumnya.
c.       Metode diskusi
            “Metode diskusi adalah salah satu teknik penyampaian materi pelajaran di mana siswa dihadapkan pada suatu masalah, adakalanya bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis yang dapat dipecahkan secara bersama-sama.”[9]
            Metode diskusi dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk mengemukakan pendapat atau musyawarah yang bertujuan untuk dapatkan keputusan tertentu secara bersama-sama. Dengan metode ini, guru dan siswa sama-sama dituntut keaktifannya di mana semua berperan untuk mencari suatu jalan ke luar dari suatu permasalahan yang ada. Metode ini cocok digunakan untuk semua materi yang diajarkan di sekolah.
d.      Metode demontrasi
            “Metode demontrasi adalah suatu metode mengajar yang menggunakan peragaan yang bertujuan untuk memperjelas suatu pengertian atau memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada siswa.”[10]
            Dengan metode demontrasi ini proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih jelas dan berkesan secara lebih mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Di samping itu, siswa juga dapat mengamati dan diperhatikan apa yang diperlukan selama pembelajaran berlangsung. Misalnya, untuk bidang studi Al-Qur'an hadits tertentu yang lebih banyak menggunakan keterampilan seperti membaca, mengartikan dan menghapal ayat atau hadits tertentu. Metode demontrasi ini sesuai digunakan materinya apabila  materi tersebut bersifat kecakapan dan keterampilan lebih tepat menggunakan metode ini.
e.       Metode resitasi (penugasan)
            Metode resitasi adalah metode di mana siswa diberikan tugas di luar jam pelajaran. Metode ini dapat dilakssiswaan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di rumah atau di mana saja agar tugas dapat dikerjakan  Metode ini dapat merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok, karena tugas itu dapat diberikan secara individual maupun secara kelompok.[11] Dalam pembelajaran, metode resitasi dapat diterapkan terutama pada materi pelajaran yang bersifat praktis, misalnya membuat paper, kliping, dan tugas lainnya yang ada hubungannya dengan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan.
f.       Metode pemecahan masalah (problem solving)
              Metode pemecahan masalah (problem solving) merupakan salah satu teknik penyampaian materi pelajaran kepada siswa  dengan cara menyajikan bahan pelajaran di mana siswa dihadapakan pada berbagai masalah untuk dapat dipecahkan. Dari masalah yang sifatnya sedehana tersebut  menuju pada masalah yang lebih sulit atau rumit.
            Sebenarnya metode pemecahan masalah (problem solving) sangat berdekatan dengan metode diskusi, di mana siswa dan guru bersama-sama aktif  memberikan dan mengeluarkan pendapat serta memperdebatkannya untuk memperoleh suatu kesimpulan.[12] Misalnya, materi pelajaran pendidikan agama Islam yang sesuai dipergunakan metode ini adalah materi yang bersifat problem, misalnya mengapa Allah SWT menciptakan manusia hanya  untuk mengabdi kepada-Nya dengan cara melakssiswaan apa yang disuruh dan meniggalkan apa yang dilarang-Nya dan materi lainnya.




[1] Wina Sanjaya, , Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, (Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2007), hal. 127.

[2] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 5

[3] Ramly Maha, Perancangan Sistem Pembelajaran PAI/Desain Intruksional, (Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry, 2000), hal. 156.

[4] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar . . . ,  hal. 7

[5] Ibid, hal. 6

[6]Departemen Agama R.I., Pengelolaan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam mata pelajaran, (Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam, 2003), hal. 4.  

[7]Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hal. 21.  
[8]Ibid., hal. 22.  

[9]Saiful Bahri Djamarah, dan Azwan Zain, Startegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 99.  

[10]Ibid., hal. 100.
  

[11]Zuhairini, dkk., Metode Khusus Pengajaran Agama, (Suarabaya: Usaha Nasional, 1983), hal. 94.  

[12]Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1980-1981), hal. 237-238.