08 June 2015

Faktor-Faktor Pendukung Minat Belajar



Minat memiliki fungsi yang sangat signifikan bagi siswa dalam belajar. Demikian pentingnya minat, maka seyogyanyalah bila minat belajar siswa harus ditumbuhkembangkan secara maksimal. Usaha menumbuhkembangkan minat ini sangat ditentukan oleh pendukungnya. Secara umum ada dua aspek besar yang turut mendukung minat ini, yaitu aspek diri siswa (faktor internal) dan aspek luar siswa (faktor eksternal). Selanjutnya dua aspek ini akan saling mempengaruhi. Ada kemungkinan minat siswa yang memang sudah ada dalam dirinya akan berkurang manakala faktor eksternal tidak mendukungnya, apalagi merintanginya.

1.      Faktor internal
a.           Inteligensi yang tinggi
Inteligensi merupakan “kemampuan psiko-fisik untuk mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan”.[1] Jadi inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ tubuh lainnya, meskipun harus diakui peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol dari peran organ tubuh lain.
J.P. Chaplin sebagai mana dikutip oleh Slameto mendefenisikan inteligensi sebagai : “(1) The ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively, (2) The ability to utilize abstract concepts effectively, (3) The ability to grasp relationships and to learn quickly”. [2] Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif, dan mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi sangat mempengaruhi belajarnya. Ini berarti, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses dalam belajar.
b.         Materi yang dipelajari sesuai dengan bakat (aptitude)
Menurut Hilgard sebagaimana dikutip oleh Slameto, bakat (aptitude) adalah “the capacity to learn”.[3] Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terwujud jika sudah belajar atau berlatih.
Bakat sangat mempengaruhi seseorang dalam belajar. Bisa dibayangkan jika bahan pelajaran yang dipelajarai siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar.
c.     Motivasi yang kuat
Motivasi merupakan “daya penggerak dari dalam atau luar subjek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan”.[4] Sementara Gleitman dan Reber sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah memberikan arti motivasi sebagai “pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah”. [5]
Dari dua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan daya (kekuatan) yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang didasarkan pada tujuan. Motivasi ini memegang peranan yang sangat penting dalam belajar, terutama dalam memberikan dorongan kepada yang belajar.
Motivasi dibedakan dalam dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah “motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”. [6] Dengan kata lain motivasi intrinsik merupakan suatu kekuatan yang berasal dari dalam diri individu yang melahirkan dorongan untuk melakukan sesuatu. Adapun motivasi ekstrinsik adalah “motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya karena disebabkan oleh suatu dorongan dari luar individu”.[7] Dorongan dari luar tersebut dapat berbentuk ajakan, himbauan, suruhan, paksaan, atau pengalaman orang lain. Motivasi ekstrinsik ini lahir setelah adanya rangsangan (stimulus) yang berasal dari luar.
Kedua jenis motivasi di atas memegang peranan penting dalam aktivitas belajar seseorang. Dengan adanya motivasi ini akan melahirkan suatu kekuatan pendorong bagi seseorang serta komitmen dalam menjalaninya.
Pentingnya motivasi dalam belajar dapat disimak dari fungsi motivasi itu sendiri, yaitu untuk :
1.      Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.      Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.      Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. [8]

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa motivasi sangat berguna dalam mendorong seseorang untuk berusaha sesuai dengan tuntutan dari motivasi itu sendiri. Motivasi akan memberikan arah dalam bertindak dan berusaha, sehingga hal-hal yang kurang serasi dengan keinginannya akan dikesampingkan. Hal ini berarti motivasi memberikan suatu kekuatan untuk menumbuhkan minat seseorang untuk melakukan usaha belajar yang sungguh-sungguh.
2.      Faktor eksternal siswa
a.      Faktor guru
Faktor guru berpengaruh pada minat belajar siswa berkaitan dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Guru perlu menyadari bahwa pembelajaran perlu melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Siswa harus diposisikan sebagai subjek yang belajar. Mereka juga diajak terlibat secara lebih aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri dengan mengalami. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Margaret E Bell Blieder seperti dikutip oleh Abdul Rachman Shaleh menyatakan, pada hakikatnya pembelajaran diartikan sebagai “acara dari peristiwa eksternal yang dirancang oleh guru guna mendukung terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan siswa”.[9] Demikian halnya dengan Sudjatmiko dan Lili Nurlaili yang mengemukakan bahwa “siswa akan mencapai hasil belajar 10 % dari apa yang dibaca, 20 % dari apa yang didengar, 30 % dari apa yang dilihat, 50 % dari apa yang dilihat dan didengar, 70 % dari apa yang dikatakan, dan 90 % dari apa yang dikatakan dan dilakukan”.[10]
Selain itu, Dave Meier juga menerangkan :
Penting sekali pembelajar diajak terlibat sepenuhnya. Belajar bukanlah aktivitas yang hanya bisa ditonton, melainkan sangat membutuhkan peran serta semua pihak. Belajar bukan hanya menyerap informasi secara pasif, melainkan aktif menciptakan pengetahuan dan keterampilan. Upaya belajar benar-benar tergantung pada pembelajar...ucapan dan perbuatan pembelajarlah yang lebih penting bagi pembelajaran dari pada ucapan dan perbuatan fasilitator. [11]

Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran memerlukan keterlibatan setiap siswa. Implikasi dari kesadaran guru akan pentingnya keterlibatan siswa adalah siswa akan lebih berminat dalam belajar. Ini disebabkan oleh aktivitas-aktivitas siswa yang secara cepat atau pelan akan mengarahkannya pada suatu ketertarikan belajar.
Agar guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mampu membangkitkan minat siswa, maka guru harus menjalankan fungsinya dalam pembelajaran sebaik-baiknya. Menurut Gagne sebagaimana dikutip Muhibbin Syah, guru dalam proses pembelajaran berfungsi sebagai “designer of instruction (perancang pembelajaran), manager of instruction (pengelola pembelajaran), dan evaluator of student learning (penilai belajar siswa)”.[12]
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi guru dalam pembelajaran secara umum adalah sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, dan penilai belajar siswa. Sebagai perancang guru harus mampu dan siap merancang suatu skenario pembelajaran yang berhasil guna dan berdaya guna. Peran guru sebagai pengelola menuntutnya untuk mampu mengelola (meyelenggarakan dan mengendalikan) seluruh tahapan proses pembelajaran seefektif dan seefesien mungkin.
Hubungan antara peran guru sebagai pengelola pembelajaran terhadap minat belajar siswa adalah “guru harus memahami perbedaan peserta didik, memahami dan menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran, menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan dikembangkan.”[13]
Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa agar pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dapat membangkitkan minat belajar siswa, maka ia harus memberlakukan siswa menurut kemampuan mereka masing-masing. Ini artinya siswa tidak boleh disamaratakan. Penyamarataan siswa akan menimbulkan kerugian terhadap kelompok-kelompok tertentu dari siswa. Misalnya menganggap semua siswa lemah akan menyebabkan siswa pintar terabaikan, sebab pembelajaran akan cenderung diorientasikan pada siswa lemah tadi.
b.      Faktor lingkungan
1)     Lingkungan sekolah
Lingkungan yang secara langsung berpengaruh pada aktivitas belajar siswa di sekolah adalah kondisi kelas. Kondisi kelas turut mempengaruhi minat belajar siswa. Di antara kondisi kelas yang turut menjadi penentu minat belajar siswa adalah jumlah siswa yang terlalu banyak. Oleh sebab itu jumlah siswa dalam kelas tidak boleh terlalu banyak. Tentang jumlah siswa ideal dalam sebuah kelas, Suprayekti menjelaskan bahwa “jumlah siswa yang ideal 15 sampai 20 orang, karena jumlah siswa besar akan berpengaruh pada partisipasi siswa”. [14]
Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwa jumlah siswa yang terlalu banyak akan berdampak pada kurangnya partisipasi siswa. Kondisi seperti ini memungkinkan setiap siswa dapat diperhatikan oleh guru. Adanya perhatian guru ini memungkinkan siswa semakin menaruh minat dalam belajar. Selain itu jumlah siswa ideal tersebut juga meminimalkan terjadinya dominasi beberapa siswa saja, apalagi guru kurang mampu mengelola kelas. Dan memang harus dimaklumi bahwa jumlah siswa yang sangat besar akan menyulitkan guru dalam mengelola kelas sehingga berpengaruh pada belajar siswa.
Selain jumlah siswa dalam kelas, ada banyak aspek lain di sekolah yang mempengaruhi minat belajar siswa, seperti kedisiplinan sekolah. Dapat dipahami jika dalam suatu kelas sedang berlangsung pembelajaran sementara siswa kelas lain di luar kelas tersebut, maka konsentrasi siswa yang sedang belajar akan terganggu. Kondisi ini lambat laun akan berpengaruh pada minat belajar.
2)     Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang turut mewarnai anak dalam segala aktivitasnya. Anak yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan kondisi ekonomi keluarga.
Cara orang tua mendidik anak amat berpengaruh dalam aktivitas belajar anak-anaknya. Acuh tak acuh terhadap pendidikan anak terutama dalam belajar akan menimbulkan masalah sendiri kepada anak. Untuk itu orang tua harus membiasakan anak untuk disiplin dalam belajar. Pendisiplinan ini akan menjadi modal untuk menumbuhkan kesadarannya kebutuhan untuk belajar.
Hal yang juga mampu meningkatkan minat siswa dalam belajar adalah kondisi ekonomi keluarga yang mendukung pendidikannya. Meskipun ada juga anak yang berasal dari keluarga mampu tetapi kurang memiliki minat dalam belajar. Tetapi kondisi ekonomi berhubungan dengan pemenuhan fasilitas belajar untuk si anak.
3)     Lingkungan masyarakat
Tidak selamanya anak berada di rumah atau sekolah, tetapi mereka juga bergaul dengan masyarakat terutama teman sebayanya. Oleh sebab itu masyarakat juga mempengaruhi belajar seorang anak. Jika seorang anak bergaul dengan kawan-kawanya yang memiliki kesadaran belajar yang tinggi, maka sedikit banyak hal tersebut juga akan berimbas padanya. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa.
Dari uraian panjang lebar di atas dapat dipahami bahwa faktor yang dapat mempengaruhi minat sangat banyak, baik faktor internal siswa maupun faktor eksternal. Setiap faktor memainkan perannya masing-masing, namun antara keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena saling mendukung. Integensi tinggi yang dimiliki seorang siswa belum mampu menjamin akan meningkatkan minat belajar siswa manakala yang dipelajarinya tidak sesuai dengan bakatnya. Demikian juga intelegensi tinggi dan materi yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, namun bila guru yang mengajar tidak mampu mengelola pembelajaran dengan baik juga belum tentu meningkatkan minat siswa. Demikian pula bila semua faktor internal siswa optimal sedangkan faktor lingkungan sekolah dan masyarakat kurang mendukung, maka minat siswa juga akan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan ini. Singkatnya semua faktor yang mempengaruhi minat harus berperan optimal bagi siswa agar minat belajarnya meningkat. Karena setiap faktor memainkan perannya masing-masing. Oleh seban itu agar minat belajar siswa meningkat, maka segala bentuk faktor yang mempengaruhinya harus dioptimalkan untuk memberi pengaruh positif.

A.    Faktor-Faktor Penghambat Minat Belajar Ssiwa
Di depan telah dikemukakan berbagai faktor yang dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Selanjutnya penulis akan memaparkan faktor-faktor yang menghambat minat siswa dalam belajar. Pada dasarnya pembahasan tentang hal ini adalah pembahasan tentang tidak optimalnya faktor di atas.
Karena faktor yang dapat meningkatkan minat belajar siswa dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar, faktor intern dan faktor ekstern, maka faktor yang dapat menghambat minat belajar siswa juga dapat dikelompokkan dalam kelompok yang sama. Namun pembahasan tentang faktor penghambat ini adalah pembahasan dengan menegatifkan pendukung yang telah dikemukakan di atas.
1.                  Faktor internal
a.       Inteligensi yang rendah
Inteligensi merupakan kecakapan kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif, dan mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Muhibbin Syah menjelaskan bahwa “intelegensi seseorang berpengaruh pada keingintahuannya (curiosity).” [15]
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa integensi sangat penting perannya bagi siswa dalam belajar. Dengan demikian bila intelegensi yang tinggi dapat meningkatkan minat, demikian juga sebaliknya bila integensi siswa rendah maka akan menghambat minat belajar siswa.
b.         Materi yang dipelajari tidak sesuai dengan bakat (aptitude)
Setiap orang pada dasarny pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat diartikan sebagai “kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak tergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Bakat berpengaruh pada mudah tidaknya siswa menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang pada akhirnya berpengaruh pada ketertarikan seorang siswa terhadap pelajaran.”[16]
Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa bila materi pelajaran yang dipelajari siswa sama sekali tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki siswa. Dengan sendirinya siswa akan mengalami permasalahan-permasalahan yang pada akhirnya akan berimbas pada minat siswa untuk belajar. Dengan kata lain siswa kurang senang belajar apa yang tidak cocok dengan bakatnya.
c.     Motivasi yang lemah
Motivasi adalah daya dorong untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Motivasi inilah yang memasok energi bagi siswa dalam belajar. Lemahnya motivasi maka lemah pula semangatnya untuk belajar. Demikian sebaliknya.
Lemahnya motivasi tersebut tidak hanya motivasi instrinsik saja melainkan juga motivasi ekstrinsik. Sebagai contoh orang tua tidak pernah memberikan motivasi anaknya, atau dalam bentuk motivasi instrinsik, anak tidak memiliki cit-cita tertentu.
2.                  Faktor eksternal siswa
a.      Faktor guru
Pada pembahasan sebelumnya telah dikemukakan hal apa saja dari guru yang dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Di antaranya telah disebutkan penggunaan metode yang bervariasi, penguasaan materi, keterampilan mengelola kelas, pemahaman terhadap perbedaan peserta didik, kemampuan melibatkan siswa dalam pembelajaran, dan kemampuan melakukan evaluasi.
Apabila metode pembelajaran yang digunakan guru hanya satu atau dua saja, maka tentu saja siswa akan menjadi jenuh dalam belajar. Demikian juga bila guru tidak menguasai materi pelajaran, kurang melibatkan siswa, kurang mampu mengelola kelas, kurang memahami peserta didik dan kurang kurang mampu melaksanakan evaluasi, siswa juga akan berkurang minatnya untuk belajar.
c.      Faktor lingkungan
1)     Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah juga dapat menghambat minat belajar siswa. Di antara kondisi kelas yang terlalu banyak siswanya serta melampaui jumlah ideal akan membuat guru susah mengelolanya dan perhatian guru juga sukar dibagi merata. Hal ini akan menyebabkan siswa yang kurang diperhatikan menjadi tidak tertarik untuk belajar.
Selain jumlah siswa dalam kelas, ada kedisiplinan sekolah yang lemah juga akan menghambat minat siswa untuk belajar. Dapat dipahami jika dalam suatu kelas sedang berlangsung pembelajaran sementara siswa kelas lain di luar kelas tersebut, maka konsentrasi siswa yang sedang belajar akan terganggu. Kondisi ini lambat laun akan menghambat minat belajar siswa.
2)     Lingkungan keluarga
Cara orang tua mendidik anak amat berpengaruh dalam aktivitas belajar anak-anaknya. Acuh tak acuh terhadap pendidikan anak terutama dalam belajar akan menimbulkan masalah sendiri kepada anak. Apalagi keluarga kurang membiasakan anak untuk disiplin dalam belajar. Hal ini tentunya akan berdampak pada minat si anak. Selain itu bila kebutuhan belajar siswa yang tidak terpenuhi juga akan mengakibatkan menurunnya minat belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi orang tua yang kurang mampu atau kondisi ekonomi keluarganya mampu tetapi tidak mau menfasilitasi anak untuk belajar.
Selain itu relasi (hubungan) antara anggota keluarga dan suasana rumah tangga juga mempengaruhi aktivitas belajar anak. Hubungan disharmonis akan berefek negatif terhadap anak dalam belajarnya, apalagi sering adanya suara bentakan. Sering ditemukan anak dari rumah yang brokenhome mengalami masalah dalam belajarnya karena tertekan batinnya.
3)     Lingkungan masyarakat
Dapat dipahami bahwa jika seorang anak bergaul dengan kawan-kawanya yang tidak memiliki kesadaran belajar, maka sedikit banyak hal tersebut juga akan berimbas padanya. Apalagi kondisi kehidupan masyarakat yang sama sekali tidak mendukung siswa untuk belajar maka anak-anak yang hidup bersama masyarakat demikian sukar diharapkan untuk memiliki keinginan untuk belajar. Misalnya masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak memiliki kesadaran terhadap pendidikan, penjudi, pemabuk, dan lain sebagainya memberi pengaruh negatif terhadap anak (siswa) yang berada di situ. Kondisi masyarakat seperti ini dapat menyeret seorang anak sedikit demi sedikit untuk hanyut ke dalamnya. Akibatnya mereka tidak lagi berkeinginan untuk belajar.


[1]W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Edisi Revisi, (Jakarta : Gramedia, 1984), hal. 144.

[2]Slameto, Belajar ..., hal. 55.
[3]Ibid., hal. 57.

[4]Sardiman A.M., Interaksi ..., hal. 73.

[5]Muhibbin Syah, Psikologi..., hal. 136.
[6]Sardiman A.M., Interaksi ..., hal. 89.

[7]I b i d.,  hal. 91.

[8]I b i d.,  hal. 85.
[9]Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa : Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 11.

[10]Sudjatmiko dan Lili Nurlaili, Kurikulum Berbasis Kompetensi Dalam Menunjang Kecakapan Hidup Siswa,  (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003), hal. 15.
[11]Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook : Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan, Terjemahan : Rahmani Astuti, Edisi Khusus, (Bandung : Kaifa, 2002), hal. 119.

[12]Muhibbin Syah, Psikologi ..., hal. 250.
[13]E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 : Panduan Pembelajaran KBK, Cet. III, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 27 – 28.
[14]Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar, Soewondo, dkk. (ed.), (Jakarta : Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003), hal. 20.
[15]Muhibbin Syah, Psikologi ..., hal. 134.

[16]Ibid., hal. 135.