Minat memiliki
fungsi yang sangat signifikan bagi siswa dalam belajar. Demikian pentingnya
minat, maka seyogyanyalah bila minat belajar siswa harus ditumbuhkembangkan
secara maksimal. Usaha menumbuhkembangkan minat ini sangat ditentukan oleh
pendukungnya. Secara umum ada dua aspek besar yang turut mendukung minat ini,
yaitu aspek diri siswa (faktor internal) dan aspek luar siswa (faktor eksternal).
Selanjutnya dua aspek ini akan saling mempengaruhi. Ada kemungkinan minat siswa
yang memang sudah ada dalam dirinya akan berkurang manakala faktor eksternal
tidak mendukungnya, apalagi merintanginya.
1. Faktor internal
a.
Inteligensi yang tinggi
Inteligensi
merupakan “kemampuan psiko-fisik untuk mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan
diri dengan lingkungan”.[1]
Jadi inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga
kualitas organ tubuh lainnya, meskipun harus diakui peran otak dalam
hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol dari peran organ tubuh
lain.
J.P.
Chaplin sebagai mana dikutip oleh Slameto mendefenisikan inteligensi sebagai : “(1)
The ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively, (2)
The ability to utilize abstract concepts effectively, (3) The ability to grasp
relationships and to learn quickly”. [2]
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan
efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif, dan
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Tingkat
kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi sangat
mempengaruhi belajarnya. Ini berarti, semakin tinggi kemampuan inteligensi
seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin
kecil peluangnya untuk memperoleh sukses dalam belajar.
b.
Materi yang dipelajari sesuai dengan bakat (aptitude)
Menurut
Hilgard sebagaimana dikutip oleh Slameto, bakat (aptitude) adalah “the
capacity to learn”.[3]
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terwujud jika
sudah belajar atau berlatih.
Bakat sangat
mempengaruhi seseorang dalam belajar. Bisa dibayangkan jika bahan pelajaran
yang dipelajarai siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik
karena ia senang belajar.
c. Motivasi yang kuat
Motivasi
merupakan “daya penggerak dari dalam atau luar subjek untuk melakukan aktivitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan”.[4]
Sementara Gleitman dan Reber sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah memberikan
arti motivasi sebagai “pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku
secara terarah”. [5]
Dari dua
kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan daya (kekuatan) yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang didasarkan pada tujuan.
Motivasi ini memegang peranan yang sangat penting dalam belajar, terutama dalam
memberikan dorongan kepada yang belajar.
Motivasi
dibedakan dalam dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah “motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu”. [6]
Dengan kata lain motivasi intrinsik merupakan suatu kekuatan yang berasal dari
dalam diri individu yang melahirkan dorongan untuk melakukan sesuatu. Adapun
motivasi ekstrinsik adalah “motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
karena disebabkan oleh suatu dorongan dari luar individu”.[7]
Dorongan dari luar tersebut dapat berbentuk ajakan, himbauan, suruhan, paksaan,
atau pengalaman orang lain. Motivasi ekstrinsik ini lahir setelah adanya
rangsangan (stimulus) yang berasal dari luar.
Kedua jenis
motivasi di atas memegang peranan penting dalam aktivitas belajar seseorang.
Dengan adanya motivasi ini akan melahirkan suatu kekuatan pendorong bagi
seseorang serta komitmen dalam menjalaninya.
Pentingnya
motivasi dalam belajar dapat disimak dari fungsi motivasi itu sendiri, yaitu
untuk :
1. Mendorong manusia untuk
berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi
dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
2. Menentukan arah
perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan,
yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut. [8]
Berdasarkan kutipan di
atas dapat dipahami bahwa motivasi sangat berguna dalam mendorong seseorang
untuk berusaha sesuai dengan tuntutan dari motivasi itu sendiri. Motivasi akan
memberikan arah dalam bertindak dan berusaha, sehingga hal-hal yang kurang
serasi dengan keinginannya akan dikesampingkan. Hal ini berarti motivasi
memberikan suatu kekuatan untuk menumbuhkan minat seseorang untuk melakukan
usaha belajar yang sungguh-sungguh.
2. Faktor eksternal siswa
a. Faktor guru
Faktor
guru berpengaruh pada minat belajar siswa berkaitan dengan pembelajaran yang
dilaksanakan. Guru perlu menyadari bahwa pembelajaran perlu melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran. Siswa harus diposisikan sebagai subjek yang
belajar. Mereka juga diajak terlibat secara lebih aktif dalam membangun
pengetahuannya sendiri dengan mengalami. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Margaret
E Bell Blieder seperti dikutip oleh Abdul Rachman Shaleh menyatakan, pada
hakikatnya pembelajaran diartikan sebagai “acara dari peristiwa eksternal yang
dirancang oleh guru guna mendukung terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan
siswa”.[9]
Demikian halnya dengan Sudjatmiko dan Lili Nurlaili yang mengemukakan bahwa
“siswa akan mencapai hasil belajar 10 % dari apa yang dibaca, 20 % dari apa
yang didengar, 30 % dari apa yang dilihat, 50 % dari apa yang dilihat dan
didengar, 70 % dari apa yang dikatakan, dan 90 % dari apa yang dikatakan dan dilakukan”.[10]
Selain
itu, Dave Meier juga menerangkan :
Penting sekali pembelajar diajak
terlibat sepenuhnya. Belajar bukanlah aktivitas yang hanya bisa ditonton,
melainkan sangat membutuhkan peran serta semua pihak. Belajar bukan hanya
menyerap informasi secara pasif, melainkan aktif menciptakan pengetahuan dan
keterampilan. Upaya belajar benar-benar tergantung pada pembelajar...ucapan dan
perbuatan pembelajarlah yang lebih penting bagi pembelajaran dari pada ucapan
dan perbuatan fasilitator. [11]
Berdasarkan
kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran memerlukan keterlibatan
setiap siswa. Implikasi dari kesadaran guru akan pentingnya keterlibatan siswa
adalah siswa akan lebih berminat dalam belajar. Ini disebabkan oleh aktivitas-aktivitas
siswa yang secara cepat atau pelan akan mengarahkannya pada suatu ketertarikan belajar.
Agar guru dapat
melaksanakan pembelajaran yang mampu membangkitkan minat siswa, maka guru harus
menjalankan fungsinya dalam pembelajaran sebaik-baiknya. Menurut Gagne sebagaimana
dikutip Muhibbin Syah, guru dalam proses pembelajaran berfungsi sebagai “designer
of instruction (perancang pembelajaran), manager of instruction (pengelola
pembelajaran), dan evaluator of student learning (penilai belajar
siswa)”.[12]
Dari kutipan di atas
dapat disimpulkan bahwa fungsi guru dalam pembelajaran secara umum adalah
sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, dan penilai belajar
siswa. Sebagai perancang guru harus mampu dan siap merancang suatu
skenario pembelajaran yang berhasil guna dan berdaya guna. Peran guru sebagai pengelola
menuntutnya untuk mampu mengelola (meyelenggarakan dan mengendalikan)
seluruh tahapan proses pembelajaran seefektif dan seefesien mungkin.
Hubungan antara peran
guru sebagai pengelola pembelajaran terhadap minat belajar siswa adalah “guru
harus memahami perbedaan peserta didik, memahami dan menggunakan metode yang
bervariasi dalam pembelajaran, menghubungkan pengalaman yang lalu dengan
kompetensi yang akan dikembangkan.”[13]
Dari kutipan tersebut dapat
dipahami bahwa agar pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dapat
membangkitkan minat belajar siswa, maka ia harus memberlakukan siswa menurut
kemampuan mereka masing-masing. Ini artinya siswa tidak boleh disamaratakan.
Penyamarataan siswa akan menimbulkan kerugian terhadap kelompok-kelompok
tertentu dari siswa. Misalnya menganggap semua siswa lemah akan menyebabkan
siswa pintar terabaikan, sebab pembelajaran akan cenderung diorientasikan pada
siswa lemah tadi.
b. Faktor lingkungan
1) Lingkungan sekolah
Lingkungan
yang secara langsung berpengaruh pada aktivitas belajar siswa di sekolah adalah
kondisi kelas. Kondisi kelas turut mempengaruhi minat belajar siswa. Di antara
kondisi kelas yang turut menjadi penentu minat belajar siswa adalah jumlah
siswa yang terlalu banyak. Oleh sebab itu jumlah siswa dalam kelas tidak boleh
terlalu banyak. Tentang jumlah siswa ideal dalam sebuah kelas, Suprayekti
menjelaskan bahwa “jumlah siswa yang ideal 15 sampai 20 orang, karena jumlah
siswa besar akan berpengaruh pada partisipasi siswa”. [14]
Berdasarkan
kutipan tersebut dapat dipahami bahwa jumlah siswa yang terlalu banyak akan
berdampak pada kurangnya partisipasi siswa. Kondisi seperti ini memungkinkan setiap
siswa dapat diperhatikan oleh guru. Adanya perhatian guru ini memungkinkan
siswa semakin menaruh minat dalam belajar. Selain itu jumlah siswa ideal
tersebut juga meminimalkan terjadinya dominasi beberapa siswa saja, apalagi
guru kurang mampu mengelola kelas. Dan memang harus dimaklumi bahwa jumlah
siswa yang sangat besar akan menyulitkan guru dalam mengelola kelas sehingga
berpengaruh pada belajar siswa.
Selain
jumlah siswa dalam kelas, ada banyak aspek lain di sekolah yang mempengaruhi
minat belajar siswa, seperti kedisiplinan sekolah. Dapat dipahami jika dalam suatu
kelas sedang berlangsung pembelajaran sementara siswa kelas lain di luar kelas
tersebut, maka konsentrasi siswa yang sedang belajar akan terganggu. Kondisi
ini lambat laun akan berpengaruh pada minat belajar.
2) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan
lingkungan pertama yang turut mewarnai anak dalam segala aktivitasnya. Anak
yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan kondisi
ekonomi keluarga.
Cara orang tua mendidik
anak amat berpengaruh dalam aktivitas belajar anak-anaknya. Acuh tak acuh
terhadap pendidikan anak terutama dalam belajar akan menimbulkan masalah
sendiri kepada anak. Untuk itu orang tua harus membiasakan anak untuk disiplin
dalam belajar. Pendisiplinan ini akan menjadi modal untuk menumbuhkan
kesadarannya kebutuhan untuk belajar.
Hal yang juga mampu
meningkatkan minat siswa dalam belajar adalah kondisi ekonomi keluarga yang
mendukung pendidikannya. Meskipun ada juga anak yang berasal dari keluarga
mampu tetapi kurang memiliki minat dalam belajar. Tetapi kondisi ekonomi berhubungan
dengan pemenuhan fasilitas belajar untuk si anak.
3) Lingkungan masyarakat
Tidak selamanya anak
berada di rumah atau sekolah, tetapi mereka juga bergaul dengan masyarakat
terutama teman sebayanya. Oleh sebab itu masyarakat juga mempengaruhi belajar
seorang anak. Jika seorang anak bergaul dengan kawan-kawanya yang memiliki
kesadaran belajar yang tinggi, maka sedikit banyak hal tersebut juga akan
berimbas padanya. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan masyarakat
di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa.
Dari
uraian panjang lebar di atas dapat dipahami bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi minat sangat banyak, baik faktor internal siswa maupun faktor
eksternal. Setiap faktor memainkan perannya masing-masing, namun antara
keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena saling mendukung.
Integensi tinggi yang dimiliki seorang siswa belum mampu menjamin akan
meningkatkan minat belajar siswa manakala yang dipelajarinya tidak sesuai
dengan bakatnya. Demikian juga intelegensi tinggi dan materi yang dipelajari
sesuai dengan bakatnya, namun bila guru yang mengajar tidak mampu mengelola
pembelajaran dengan baik juga belum tentu meningkatkan minat siswa. Demikian
pula bila semua faktor internal siswa optimal sedangkan faktor lingkungan
sekolah dan masyarakat kurang mendukung, maka minat siswa juga akan dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan ini. Singkatnya semua faktor yang mempengaruhi minat
harus berperan optimal bagi siswa agar minat belajarnya meningkat. Karena
setiap faktor memainkan perannya masing-masing. Oleh seban itu agar minat
belajar siswa meningkat, maka segala bentuk faktor yang mempengaruhinya harus
dioptimalkan untuk memberi pengaruh positif.
A.
Faktor-Faktor Penghambat
Minat Belajar Ssiwa
Di depan
telah dikemukakan berbagai faktor yang dapat meningkatkan minat siswa dalam
belajar. Selanjutnya penulis akan memaparkan faktor-faktor yang menghambat
minat siswa dalam belajar. Pada dasarnya pembahasan tentang hal ini adalah
pembahasan tentang tidak optimalnya faktor di atas.
Karena
faktor yang dapat meningkatkan minat belajar siswa dapat dikelompokkan dalam
dua kelompok besar, faktor intern dan faktor ekstern, maka faktor yang dapat menghambat
minat belajar siswa juga dapat dikelompokkan dalam kelompok yang sama. Namun
pembahasan tentang faktor penghambat ini adalah pembahasan dengan menegatifkan
pendukung yang telah dikemukakan di atas.
1.
Faktor internal
a.
Inteligensi yang rendah
Inteligensi
merupakan kecakapan kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam
situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan
konsep-konsep abstrak secara efektif, dan mengetahui relasi dan mempelajarinya
dengan cepat. Muhibbin Syah menjelaskan bahwa “intelegensi seseorang
berpengaruh pada keingintahuannya (curiosity).” [15]
Berdasarkan
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa integensi sangat penting perannya
bagi siswa dalam belajar. Dengan demikian bila intelegensi yang tinggi dapat
meningkatkan minat, demikian juga sebaliknya bila integensi siswa rendah maka
akan menghambat minat belajar siswa.
b.
Materi yang dipelajari tidak sesuai dengan bakat (aptitude)
Setiap
orang pada dasarny pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai
prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Bakat diartikan sebagai “kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa banyak tergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Bakat berpengaruh
pada mudah tidaknya siswa menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan
yang pada akhirnya berpengaruh pada ketertarikan seorang siswa terhadap
pelajaran.”[16]
Berdasarkan
kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa bila materi pelajaran yang dipelajari
siswa sama sekali tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki siswa. Dengan
sendirinya siswa akan mengalami permasalahan-permasalahan yang pada akhirnya
akan berimbas pada minat siswa untuk belajar. Dengan kata lain siswa kurang
senang belajar apa yang tidak cocok dengan bakatnya.
c. Motivasi yang lemah
Motivasi adalah
daya dorong untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi inilah yang memasok energi bagi siswa dalam belajar. Lemahnya motivasi
maka lemah pula semangatnya untuk belajar. Demikian sebaliknya.
Lemahnya
motivasi tersebut tidak hanya motivasi instrinsik saja melainkan juga motivasi
ekstrinsik. Sebagai contoh orang tua tidak pernah memberikan motivasi anaknya,
atau dalam bentuk motivasi instrinsik, anak tidak memiliki cit-cita tertentu.
2.
Faktor eksternal siswa
a. Faktor guru
Pada pembahasan
sebelumnya telah dikemukakan hal apa saja dari guru yang dapat meningkatkan
minat siswa dalam belajar. Di antaranya telah disebutkan penggunaan metode yang
bervariasi, penguasaan materi, keterampilan mengelola kelas, pemahaman terhadap
perbedaan peserta didik, kemampuan melibatkan siswa dalam pembelajaran, dan
kemampuan melakukan evaluasi.
Apabila metode
pembelajaran yang digunakan guru hanya satu atau dua saja, maka tentu saja
siswa akan menjadi jenuh dalam belajar. Demikian juga bila guru tidak menguasai
materi pelajaran, kurang melibatkan siswa, kurang mampu mengelola kelas, kurang
memahami peserta didik dan kurang kurang mampu melaksanakan evaluasi, siswa
juga akan berkurang minatnya untuk belajar.
c. Faktor lingkungan
1) Lingkungan sekolah
Lingkungan
sekolah juga dapat menghambat minat belajar siswa. Di antara kondisi kelas yang
terlalu banyak siswanya serta melampaui jumlah ideal akan membuat guru susah
mengelolanya dan perhatian guru juga sukar dibagi merata. Hal ini akan
menyebabkan siswa yang kurang diperhatikan menjadi tidak tertarik untuk
belajar.
Selain
jumlah siswa dalam kelas, ada kedisiplinan sekolah yang lemah juga akan
menghambat minat siswa untuk belajar. Dapat dipahami jika dalam suatu kelas
sedang berlangsung pembelajaran sementara siswa kelas lain di luar kelas
tersebut, maka konsentrasi siswa yang sedang belajar akan terganggu. Kondisi
ini lambat laun akan menghambat minat belajar siswa.
2) Lingkungan keluarga
Cara orang tua mendidik
anak amat berpengaruh dalam aktivitas belajar anak-anaknya. Acuh tak acuh
terhadap pendidikan anak terutama dalam belajar akan menimbulkan masalah
sendiri kepada anak. Apalagi keluarga kurang membiasakan anak untuk disiplin
dalam belajar. Hal ini tentunya akan berdampak pada minat si anak. Selain itu
bila kebutuhan belajar siswa yang tidak terpenuhi juga akan mengakibatkan
menurunnya minat belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi orang
tua yang kurang mampu atau kondisi ekonomi keluarganya mampu tetapi tidak mau
menfasilitasi anak untuk belajar.
Selain itu relasi
(hubungan) antara anggota keluarga dan suasana rumah tangga juga mempengaruhi
aktivitas belajar anak. Hubungan disharmonis akan berefek negatif terhadap anak
dalam belajarnya, apalagi sering adanya suara bentakan. Sering ditemukan anak dari
rumah yang brokenhome mengalami masalah dalam belajarnya karena tertekan
batinnya.
3) Lingkungan masyarakat
Dapat dipahami bahwa jika
seorang anak bergaul dengan kawan-kawanya yang tidak memiliki kesadaran
belajar, maka sedikit banyak hal tersebut juga akan berimbas padanya. Apalagi
kondisi kehidupan masyarakat yang sama sekali tidak mendukung siswa untuk
belajar maka anak-anak yang hidup bersama masyarakat demikian sukar diharapkan
untuk memiliki keinginan untuk belajar. Misalnya masyarakat yang terdiri dari
orang-orang yang tidak memiliki kesadaran terhadap pendidikan, penjudi,
pemabuk, dan lain sebagainya memberi pengaruh negatif terhadap anak (siswa)
yang berada di situ. Kondisi masyarakat seperti ini dapat menyeret seorang anak
sedikit demi sedikit untuk hanyut ke dalamnya. Akibatnya mereka tidak lagi
berkeinginan untuk belajar.
[1]W.S. Winkel, Psikologi
Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Edisi Revisi, (Jakarta : Gramedia, 1984),
hal. 144.
[2]Slameto, Belajar ...,
hal. 55.
[4]Sardiman A.M., Interaksi
..., hal. 73.
[5]Muhibbin Syah, Psikologi...,
hal. 136.
[6]Sardiman A.M., Interaksi
..., hal. 89.
[9]Abdul Rachman Shaleh, Madrasah
dan Pendidikan Anak Bangsa : Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2004), hal. 11.
[10]Sudjatmiko dan Lili
Nurlaili, Kurikulum Berbasis Kompetensi Dalam Menunjang Kecakapan Hidup
Siswa, (Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003), hal. 15.
[11]Dave Meier, The
Accelerated Learning Handbook : Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program
Pendidikan dan Pelatihan, Terjemahan : Rahmani Astuti, Edisi Khusus,
(Bandung : Kaifa, 2002), hal. 119.
[12]Muhibbin Syah, Psikologi
..., hal. 250.
[13]E. Mulyasa, Implementasi
Kurikulum 2004 : Panduan Pembelajaran KBK, Cet. III, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 27 – 28.
[14]Suprayekti, Interaksi
Belajar Mengajar, Soewondo, dkk. (ed.), (Jakarta : Depdiknas, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003), hal. 20.
[15]Muhibbin Syah, Psikologi
..., hal. 134.