08 June 2015

Macam-Macam Motivasi Siswa


Macam-Macam Motivasi Siswa
Pada dasarnya, setiap tindakan selalu dipengaruhi oleh motivasi, maka dia bawah ini penulis menguraikan berbagai macam motivasi yang dapat mengerakkan seseorang untuk berbuat atau bertingkah laku, termasuk keinginan orang tua menyekolahkan anaknya ke suatu lembaga pendidikan, tentu punya motivasi tersendiri. 

            Berdasarkan atas terbentuknya motif, maka dapat digolongkan ke dalam beberapa macam, di antaranya: motif biogenetis, motif sosiogenetis dan motif tiogenetif.
1.      Motif biogenetis
Menurut W.A. Gerungan motif biogenetis adalah sebagai berikut:
Motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan oraganisme orang demi selanjutan kehidupannya secara biologis. Motif ini bercorak universal dan kurang terikat pada lingkngan tempat manusia itu kebetulan berada dan berkembang. Motif biogenetis adalah asli di dalam diri orang dan berkembang dengan sendirinya. [1]   

Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk istirahat dan dorongan seksual. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa motif biogenetis ini merupakan motif yang berasal dari dalam diri manusia atau motif bawaan dan bukan karena pengaruh lingkuangan. Sumadi Suryabarata mengemukakan bahwa motif biogenetis yaitu “motif yang dibawa semenjak lahir. Jadi, motif ini timbul karena dipelajari.”[2]  
Motif biogenetis ini bersifat alamiah yang muncul dengan sendirinya sesuai dengan perkembangan dan penyesuaian diri sesorang dengan alam sekitarnya. Motif biogenetis seperti dorongan untuk makan, minum, dorongan seksuial, bergerak, istirahat dan sebagainya.
2.      Motif sosiogenetis
            Mengenai motif sosiogenetis, W.A. Gerungan mengatakan bahwa:
Motif-motif  sosiogenetis adalah motif-motif yang dipelajari orang yang berasal dari lingkungan di mana ia berkembang. Motif sosiogenetis tidak berkembang dengan sendirinya, mau tak mau, tetapi berdasarkan interaksi sosial dengan orang-orang atau hasil kebudayaan orang. Macam motif sosiogenetis itu banyak sekali dan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan-perbedaan yang terdapat corak kebudayaan dunia.[3]  

Sebagai contoh motif sosiogenetis adalah dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu didalam masyarakat. Dari kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa motif biogenetis ini merupakan akibat adanya hubungan interaksi dengan sesama manusia dengan lingkungannya di mana individu itu dilahirkan hidup dan berkembang.  Motif sosiogenetis ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan masyarakat. Misalnya, keingainan untuk mengikuti sesuatu. Sumadi Suryabrata “mengatakan seseorang mau mengikuti sesuatu disebakan karena pada sesuatu itu dapt memnuhi kebutuhannya terhadap apa-apa yang diinginkannya.”[4]
Kaitanya dengan keinginan orang tua menyekolahkan ananya ke suatu lembaga pendidikan tentu punya kaitan, sebab orang tua menyekolahkan anaknya ke suatu lembaga pendidikan sesuai dengan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Kalau dianggap sesuatu itu lagi berkembang biasanya orang tua ikut menyekolahkan anaknya ke lembaga tersebut. Artinya, adanya pengaruh dari lingkungan terhadap keinginan orang tua.
3.      Motif  teogenetis
            Motif teogentis merupakan suatu kebutuhan yang ada pada diri manusia yang mengarah kepada penyembahan terhadap sesuatu hal yang diangap gaib. Manusia adalah sebagai makhluk Allah SWT yang paling sempurna.
            Motif yang menggerakkan manusia yang berhubungan dengan orang yang menciptakannnya dinamakan motif  teogenetis. Mengenai motif teogenetis ini  W.A. Gerungan mengatakan bahwa:
Motif tersebut berasal dari interaksi antara manusia dengan Tuhan seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari di mana ia berusaha merealisasikan norma-norma agama dlam kehiddupannya. Dalam pada itu, manusia memerlukan interaksi dengan Tuhannya untuk dapat menyadari akan tugasnya sebagai manusia yang berketuhanan di dalam masyarakat yang serba ragam ini.[5]

Contoh sebagai motif teogenetis ialah dorongan untuk mengabdi kepada masyarakat dan dorongan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian jelas bahwa motif tiogenetis ini timbul dari keinsafan manusia karena manusia adalah ciptakaan Tuhan, maka dengan keinsafan ini maka timbullah yang namanya dorongan untuk mengabdi dan berserah diri kepada-Nya. Motif ini terdapat pada orang-orang yang mengakui adanya Tuhan, beruapa keinginan untuk mengabdi dan keinginan untuk melaksanakan norma-norma agama sesuai dengan petunjuk kitab sucinya.
Ucu Ali Basyah dalam bukunya “Ilmu Jiwa Sosial” mengelompokan motivasi secara umum dalam tiga kategori, yaitu:
1.      Motivasi yang timbul karena badaiah atau kebutuhan organis, seperti: lapar, haus, bernafas, motif seksuil.
2.      Emergensi motif, yang merupakan motif darurat untuk menjaga kebutuhan organisme tubuh, seperti melepaskan diri dari bahaya, motif melawan, mengatasi rintangan, dan  motif mengajar.
3.      Objektif motif dan minat yaitu motif yang ditujukkan untuk berhubungan secara efektif dengan orang lain dalam lingkungannya, seperti motif memeriksa dan menyelidiki, manipulasi dan minat. [6]
  
4.      Motif yang berhubungan dengan oragan tubuh

Kebutuhan organisme tubuh ini merupakan suatu bentuk dorongan yang berpusat pada manusia, baik secara biologis atau kebutuhan vital yang menentukan hidup atau matinya manusia. Dorongan-dorongan yang termasuk dalam kelompok ini, yaitu:
a)      Lapar dan haus

Lapar dan haus berhubungan dengan kebutuhan biologis yang memyebabkan manusia berusaha untuk memenuhinya. Manusia tidak akan berdiam diri apabila merasa lapar, ia akan berusaha untuk mendapatkan makanan yang akan menyenangkan, kegiatan ini tidak hanya timbul pada diri manusia, tetapi juga pada makhluk lain yang disebabkan adanya dorongan untuk makan dan minum. S. Soestio mengatakan bahwa “Yang termasuk dalam kebutuhan ini adalah kebutuhan makanan, air dan oksigen. Kebutuhan ini sangat vital untuk dapat melangsungkan hidup, artinya bila kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka individu tidak dapat melangsungkan kehidupannya”.[7] 
b)      Kebutuhan pernapasan
Oksigen hanya terdapat dalam udara yang hanya dapat dapat dicapai dengan bernafas. Bernafas berarti menghirup udara ke dalam tubuh setelah digunakan menurut kebutuhannya, setelah zat-zat yang dipakai lagi dikeluarkan. “Dalam kebutuhan  sehari-hari kebutuhan bernafas tidak begitu terasa karena pernafasan berlangsung secara otomatis. Bila seseorang tidak dapat bernnafas, seperti tenggelam dalam air maka kebutuhan ini akan sangat dirasakan perlunya, maka timbulah kegiuatan untuk mencari udara.”[8]



[1]W.A. Garungan, Psikologi Sosial, terj. (Jakarta: Eresco, 1998), hal. 24.

[2]Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Rake Perss, 1989),     hal. 58.

[3]W.A. Garungan, Psikologi  hal. 87.

[4]Sumadi Suryabrata, Psikologi  hal. 135.

[5]W.A. Garungan, Psikologi  hal. 143.

[6]Ucu Ali Basyah, dkk., Ilmu Jiwa Sosial, (Banda Aceh: Unsiyah, t.t), hal. 159.

[7]S. Soestio, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Gununga Agung, 1999), hal. 159.

[8]Ibid., hal. 159.