08 June 2015

Efektifitas Penerapan PAKEM Dalam Pembelajaran



 Efektifitas Penerapan PAKEM Dalam Pembelajaran Agama
Tinggi rendahnya pendidikan seseorang sangat mempengaruhi dan menentukan dalam berbagai proses usaha seseorang. Oleh karena itu pendidikan tidak dapat dipisahkan dan kehidupan manusia. Jadi dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, semakin tinggi pula daya pemahaman/pemikiran orang tersebut. Hal di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Harsya W. Bachtiar, yaitu pendidikan itu penting karena:

a.    Pendidikan adalah suatu cara yang mapan untuk memperkenalkan si pelajar pada keputusan sosial yang timbul.
b.    Pendidikan telah memperlihatkan kemampuan yang meningkat untuk menerima alternatif-alternatif baru.
c.    Pendidikan merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh masyarakat untuk membimbing perkembangan manusia itu sendiri.[1]

Berdasarkan hal di atas dapatlah dilihat bahwa dengan adanya pendidikan, daya memahami atau menanggapi manusia terhadap sekelilingnya akan lebih kuat. Semangat atau gairah seseorang akan mengalami perkembangan dalam pendidikannya, karena semangat adalah sebagai bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah manusia mengembangkan dirinya dalam pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah dilihat bahwa masalah pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan manusia dalam hal mi peserta didik, karena dengan adanya pendidikan, maka anak didik akan dapat mengikuti perkembangan dan yang kurang berkembang ke arah yang lebih baik atau meningkat.
Oleh karena itu untuk menghilangkan perbedaan, terlebih-lebih yang negatif terhadap segala sesuatu hal diperlukan penanganan oleh orang-orang yang profesional menurut bidang masing-masing.
Begitu juga halnya setiap proses pelaksanaan sistem PAKEM selalu mempunyai kendala dalam pembelajarannya serta penerapannya. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi belajar dan sisi positif, maka kita juga perlu menyadari adanya faktor yang bersifat negatif (faktor penghambat). Menurut M. Alisuf Sabri: “perbedaan yang terjadi path manusia bisa disebabkan banyak faktor atau lebih dikenal dengan istilah multi faktor.”[2]
Dan pengertian pakar di atas, maka kesulitan belajar yaitu suatu kendala atau kesukaran yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, di mana kesukaran tersebut dapat muncul ketika siswa sedang mengikuti proses belajar mengajar atau ketika adanya penugasan oleh guru terhadap dirinya. Kesulitan atau kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam mengikuti suatu pelajaran tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, karena apabila dibiarkan berlarut-larut path akhirnya dalam diri siswa tersebut akan muncul rasa benci terhadap pendidikan di mana nantinya siswa tersebut mengalami penyakit fobia terhadap dunia pendidikan. Untuk mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari pelajaran terlebih pelajaran Agama Islam, maka seorang guru haruslah terlebih dahulu mengdiagnosis faktor apa kiranya yang menyebabkan kesulitan belajar tersebut muncul. Salah satu jalan misalnya dengan menjelaskan kecerdasan Gardner.[3] Sehingga mampu meningkatkan kompetensi belajar siswa kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus diirnliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekeajaan tertentu. Sifat inteligen harus ditunjukkan sebagai kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak. Sifat penuh tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan, baik dipandang dan sudut pandang ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika.
Oleh karena itu peserta didik diharapkan memiliki beberapa kompetensi yakni: Pertama, kompetensi tamatan yaitu kompetensi tamatan yang harus dicapai ketika siswa tamat dan suatu jenjang pendidikan. Kedua, kompetensi umum mata pelajaran yaitu kompetensi yang harus dicapai siswa ketika ukuran minimal atau memadai yang ditetapkan dengan kemampuan, ketrampilan, sikap dan prilaku dasar dalam menguasai materi pokok dan pencapaian hasil belajar.
Untuk itu diharapkan kepada guru dalam melaksanakan penerapan PAKEM menjelaskan tujuannya. Adapun tujuan pembelajaran dengan model PAKEM adalah sebagai berikut:
1. Memulai kemampuan individual melalui tugas tertentu
2. Menentukan kebutuhan pembeiajaran
3. Membantu dan mendorong siswa
4. Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik
5. Menentukan strategi pembelajaran
6. Akuntabilitas lembaga
7. Meningkatkan kualitas pendidikan.[4]

Berdasarkan gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas penerapan PAKEM dalam proses belajar mengajar sangat tergantung kepada kompetensi yang dimiliki guru itu sendiri. Sehingga dengan kompetensi dapat meningkatkan proses penerapan PAKEM sesuai dengan yang diharapkan. Di samping itu juga sangat tergantung kepada prinsip dalam penerapan PAKEM itu sendiri.



[1] Harsya W. Bachtiar, Arti Pendidikan Bagi Masa Depan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1984), hal. 42.

[2] M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 88.

[3] John Morgan, Tujuh Kecerdasan Gardner, Di Bacakan path pelatihan Dayah Development Project, Australia Indonesia Patnership For Recontruction And Development, path tanggal 23 Oktober 2006 Dayah Jeumala Amal Lueng Poetoe.

[4] H. Engkoswara, Pembinaan dan Pengembangan..., hal. 46.