Pola Pendidikan Anak dalam Keluarga
Keluarga
merupakan tempat pendidikan pertama yang menyediakan kebutuhan biologis anak
dan sekaligus memberikan pendidikannya, sehingga menghasilkan pribadi-pribadi
yang dapat hidup dalam masyarakatnya, sambil menerima dan mengelola serta
mewariskan kebudayaannya.
Adapun pola pendidikan anak dalam keluarga adalah :
- Pendidikan dengan adat kebiasaan
Setelah anak
lahir pertama sekali yang harus dilaksanakan oleh orang tuanya adalah
memperdengarkan azan di telinga kanannya dan iqamah di telinga kirinya, agar
memperdengarkan pada pendengarannya sejak dini kebesaran asma Allah dan kalimah
syahadat yang merupakan pintu gerbang masuknya seseorang ke dalam Islam.
Kata-kata,
sikap, tindakan dan perbuatan
orang tua sangat
mempengaruhi perkembangan agama dan pengenalan akhlak bagi anak. Sebelum
anak dapat bicara, dia telah dapat melihat dan mendengar kata-kata yang barang
kali belum mempunyai arti apa-apa baginya, namun pertumbuhan agama telah mulai
ketika itu.
Setiap yang
dilahirkan dalam keluarga
muslim hendaknya ditanamkan
ketauhidan kepada allah SWT. Agama harus dikenalkan sejak dini kepada
anak, bahwa sejauh ia masih dalam kandungan pengenalan agama dilaksanakan
secara terus menerus melalui pembiasaan-pembiasaan dan perilaku yang
dilaksanakan keluarga.
Dalam hal ini
Zakiah Daradjat, mengatakan :
Setiap
pengalaman yang dilalui dalam hidupnya, baik melalui pengalaman, mendengar,
perlakuan, yang diterimanya dan sebagainya. Maka si anak yang sering mendengar
orang tuanya mengucapkan nama Allah yang kemudian dapat menolong bertumbuhnya
jiwa agama padanya, dan apabila si anak sering melihat orang tuanya atau semua
orang yang dikenalnya menjalankan ibadah, maka hasil penglihatannya itupun
merupakan bibit lainnya dalam Pembinaan jiwa agama padanya. Demikian
selanjutnya dengan perlakuan orang tua sesama mereka. Perlakuan yang diterima
secara pribadi atau bersama-sama dengan saudaranya. Jika mencerminkan kasih
sayang dan ketentraman, akan bertambah pulalah pada jiwanya rasa kasih sayang
dan rasa aman. Hal itu akan menolongnya dalam mencintai tuhan. Tapi sebaliknya
jika pengalaman-pengalaman yang dilalui sianak dalam masa permulaan dari
pembinaan pribadi (dalam keluarga) jauh dari unsur-unsur keagamaan, maka akan
jauh pulalah rasa agama pada sianak dan pribadinya kosong.[1]
Keluarga
sangat besar pengaruhnya bagi anak-anak dalam membina pertumbuhan dan
perkembangan pribadinya ke arah yang baik dan diharapkan oleh agama. Apabila
orang tua mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam rumah tangganya di saat
berhubungan dengan Allah dan sesama mereka. Dapat menjadikan pula bagi
anak-anak suatu pengalaman, serta dapat dijadikan modal dalam kehidupanya baik
untuk melaksanakan ibadah kepada Allah maupun
di kala mengadakan interaksi sesamanya.
- Pendidikan dengan contoh Teladan
Pendidikan
dengan keteladanan, baik berupa tingkah laku sifat, cara berfikir, dan
sebagainya. Banyak para ahli berpendapat bahwa pendidikan dengan contoh teladan
merupakan metode yang paling berhasil guna. Abdullah ’Ulwan, mengatakan “bahwa
orang tua akan merasa mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun anak
akan merasa kesulitan dalam memahami peran itu apabila ia melihat pendidiknya
tidak memberi contoh tentang pesan yang
disampaikannya”.[2]
Oleh karena
itu orang tua dalam melaksanakan pendidikan tidak hanya memberikan petunjuk dan
binbingan, tetapi harus memberikan contoh teladan yang baik terhadap anak
sebagaimana yang dijelaskan oleh Aisyah Dahlan :
Anak-anak lebih
mudah meniru dan mencontoh dari pada mengerti ajaran- ajaran yang abstrak,
mereka akan membuat seperti orang tuanya dan bertingkah laku meniru mereka,
maka oleh karenanya kewajiban ibu bapak adalah memberikan bimbingan, pinpinan
dan suri teladan yang baik kepada anak-anaknya.[3]
Dari kutipan
di atas dapat penulis simpulkan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam kehidupan anak. Karena
semua anggota keluarga harus memberikan contoh teladan yang baik dalam hidupnya,
baik tingkah laku, perkataan, perbuatan dan pergaulan, hal ini memberi pengaruh
langsung dalam kehidupan si anak.
- Pendidikan dengan Kebijaksanaan.
Dalam
melaksanakan pendidikan dirumah, orang tua harus bijaksana, tidak Boleh
menerapkan pola otoriter, tetapi yang bersifat demokratis, yaitu memberikan
kesempatan kepada anak untuk berbuat, mengembangkan dirinya, tetapi di pihak
lain orang tua turut serta berperan aktif dalam mengontrol perilaku anak.
Hal ini sesuai
dengan pendapat Umar Hasyim :
Anak-anak kita
adalah buah hati dan sandaran punggung kita. Kita adalah bagaikan langit yang
memayungi mereka dan bagaikan bumi tempat mereka berpijak, jika mereka jengkel,
usahakan agar mereka berhati penuh kerelaan. Jika mereka meminta sesuatu
usahakanlah engkau memenuhi permintaan mereka. Dan janganlah kita menjadi pintu
penutup atau kayu penghalang bagi mereka, sehingga mereka bosan akan hidup kita
dan berpengharapan agar kita segera mati.[4]
Begitu
juga dalam mendidik anak orang tua tidak boleh pilih kasih atau berat sebelah,
karena sikap orang tua yang dimikian akan mengakibatkan perasaan sedih dan
dendam atau permusuhan antara satu anak dengan anak lainnya, akhirnya antara
sesama saudara timbul cekcok dan tidak rukun, maka orang tua harus
pandai-pandai membawa sikap dalam mendidik anak.
- Pendidikan dengan memberikan hukuman
Hukuman
merupakan suatu metode yang diterapkan dalam keluarga, agar si anak jera dan
berhenti dari hal-hal yang buruk. Dalam memberikan hukuman janganlah memukul
anak sampai ia menjerit-jerit menolong, yang tentu saja amat sakit, tetapi
dalam memberikan hukuman orang tua harus bijaksana, misalnya apabila anak malas
shalat malas mengaji maka hukuman yang diberikan kepadanya yaitu tidak
memberikan uang jajan.
Hukuman baru
dilakukan apabila metode lain, seperti nasehat dan peringatan tidak berhasil
guna memperbaiki anak, sebelum dijatuhi hukuman, anak hendaknya lebih dahulu
diberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Hukuman yang dijatuhkan kepada anak
hendaknya dapat dimengerti olehnya, sehingga ia sadar akan kesalahannya dan
tidak akan mengulanginya.
Sebenar
tanggung jawab mengenai keagamaan bukanlah hanya tanggung jawab negara, akan
tetapi hak dan tugas setiap kepala keluarga, dalam hal ini orang tua. Mereka
mempunyai hak yang lebih utama terhadap pendidikan anak-anaknya. Orang tua
harus mampu memberikan hal-hal yang terbaik kepadanya.
Pada dasarnya
hal-hal yang mempengaruhi pendidikan anak banyak sekali tetapi di sini penulis
hanya menguraikan beberapa saja, di antaranya adalah :
a. Biologis Anak
Dalam
pembentukan dan pendidikan keagamaan anak ikut di pengaruhi oleh faktor
biologisnya karena hal ini berkenaan dengan jasmani atau tubuh yang diturunkan
sifat ke turunan dari orang tua. Sifat pendiam ataupun periang kemungkinan
anaknya juga memiliki sifat-sifat tersebut. Demikian juga kalau orang tuanya
memiliki bentuk tubuh yang pendek ataupun sebaliknya kemungkinan anaknya juga
memiliki bentuk tubuh yang demikian. Walaupun hal ini terbentuk oleh keturunan
namun tidak terlepas bagaimana individu itu membentuk dirinya sendiri, menjadi
seorang yang beragama.
Keturunan itu
bisa menimbulkan pengaruh pada anak, karena kalau keturunan sudah tidak baik
walaupun kita didik dalam lingkungan pendidikan yang baik anak itu tetap tidak
baik, sesuai dengan aliran Nativisme, bahwa anak tumbuh menurut
kemampuan dari dalam yang bersifat kodrati, sedangkan pengaruh luar/lingkungan
sama sekali tidak memberi bekas pada pertumbuhan anak.[5]
Apabila orang
tua baik, maka anaknya akan baik dan sebaliknya apabila orang tua seorang
penjahat akan diwarisi sifat jahatnya. Seseorang yang mempunyai faktor itu akan
mewarnai pada pendidikan agama sebagai pembawaan sejak lahir karena faktor
keturunan lebih menonjol dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya yang
mempengaruhi perkembangan anak.
Keluarga
adalah tempat pertama pembentukan kepribadian seseorang. Justru itu orang
tualah yang bertanggung jawab terhadap seluruh anggota keluarganya. Pangkal
ketentraman dan kedamaian hidup adalah terletak dalam keluarga yang harmonis.
Supaya tidak
terjadinya pengaruh yang tidak baik terhadap anggota keluarga. Orang tualah
yang dahulu membina dan membimbing mereka, agar benar-benar memahami dan
menghayati nilai-nilai agama secara menyeluruh, dan norma akhlak yang mulia
lagi terpuji. Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada keluarga, maka orang tua
mampunyai tanggung jawab untuk mendidik anggota keluarganya dengan pendidikan
yang baik dan terpuji, karena pada dasarnya anak itu adalah suci, bersih dari
segala ukiran dan gambaran. Maka untuk selanjutnya diserahkan kepada orang
tuanya apakah hendak diselamatkan atau di jerumuskan.
Oleh sebab itu
kedua orang tua dalam memberikan bimbingan dalam pembinaan agama mempunyai
kedudukan yang menentukan terhadap hari depan anaknya di dalam segala bidang,
terutama di bidang keyakinan agama dan sebagainya. Maka dengan demikian bila
anak itu diarahkan atau dibiasakan kepada kebaikan, besar kemungkinan menjadi
baik, dan bila anak dibiasakan yang jelek atau dalam kejelekan, maka akan rusak
dan binasalah anak tersebut dalam kehidupannya baik di dunia maupun di akhirat
kelak. Karena orang tua besar sekali pengaruh terhadap pembinaan anaknya di
dalam keluarga.
b. Psikologis Anak
Dalam keluarga
yang baik akan melahirkan anak yang baik pula begitu juga dengan pendidikan
keagamaan anak dan dalam hal ini sikap baik atau tidaknya orang tua akan
menurunkan kepada anaknya. Islam memandang bahwa pembawaan pribadi seseorang
secara mutlak akan berpengaruh kepada pembentukan kepribadian seseorang.
Keluarga merupakan tempat pertama bagi anak dalam memperoleh pendidikan, baik
buruknya pendidikan yang diperoleh anak yang pertama sekali sangat tergantung pada
kaluarga. Oleh sebab itu Islam menganjurkan untuk selalu menanamkan nilai-nilai
pendidikan Islami kepada anak semenjak dini, karena yang demikian akan membawa pengaruh
besar bagi perkembangan anak itu sendiri dimasa yang akan datang. Orang tualah
yang dapat memberi pendidikan anak secara dini.
Orang tua
diharapkan untuk selalu berbuat baik dan berlaku sopan, menyerukan kepada yang
makruf dan mencegah yang mungkar agar anak dapat mengambil contoh dari sikap
orang tua tersebut. Abdurrahman An-Nahlawi mengatakan : "Anak-anak akan
tumbuh dan dibesarkan di dalam rumah yang dibangun dengan dasar ketaqwaan
kepada Allah. Ketaatan pada syariat Allah, dan keinginan menengahkan syariat
Allah. Dengan sangat mudah, anak-anak akan meniru kebiasaan orang tua dan
akhirnya terbiasa untuk hidup yang Islami".[6]
Anak-anak
merupakan cermin dari keluarga apabila keluarga baik maka akan baik pula anak,
demikian pula sebaliknya. Mengingat anak tumbuh dan berkembang pertama sekali
dalam keluarga.
[1] Zakiah
Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di
Indonesia, (Jakarta
: Bulan Bintang, 2001), hal. 80
[2]
Abdullah ‘Ulwan, Tarbiyah Al-Aulad Fill Islam (Bairut : Dar Al-Salam,
2000), hal. 178
[3] Aisyah
Dahlan, Membina Rumah Tangga Bahagia dan
Peranan Agama dalam Rumah Tangga, (Jakarta
: Yamunu, 2000), hal. 20
[4] Umar
Hasyim, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, (Surabaya : PT. Bina Ilmu,
2001), hal. 166
[5] H.M.
Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan
Rohaniah Manusia, (Jakarta
: Bulan Bintang, 2001), hal. 23
[6]
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam
di Rumah Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta : Gema Insani Press, 1996), hal.
168