Hubungan Motivasi Dengan Hasil Belajar Siswa
Motivasi yang dilakukan guru merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
proses belajar dan juga terhadap hasil belajar seorang siswa, atau suatu yang
dapat diterima oleh akal atau berfikir secara logis, jika seorang siswa belajar
dengan tekun, dengan motivasi dan minat yang tinggi sehingga kepeduliannya
terhadap pelajaran akan meningkat rasional ini menunjukkan bahwa motivasi
belajar yang tinggi akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi.[1]
Dalam proses belajar mengajar, motivasi guru mempunyai peranan penting
untuk menumbuhkan minat belajar bagi siswa, karena peranan motivasi bagi
seorang siswa dapat mengembangkan berbagai aktivitas dan inisiatif, mengarhkan
dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajarnya. Oleh karena
demikian seorang guru harus mengetahui bagaimana caranya menumbuhkan motivasi
pada para peserta didiknya.
Sehubungan dengan hal tersebut, motivasi sangat perlu dimengerti,
terutama oleh guru sebagai pengajar dan pendidik, bagaimana caranya menumbuh
motivasi yang dapat dilakukan dengan berbagai jalan. Hal ini sesuai dengan yang
apa yang dikemukakan oleh Winkel “Manusia yang dikuasai oleh kebutuhan yang
tidak merasa puas, maka akan termotivasi untuk melakukan kegiatan guna memenuhi
kebutuhan tersebut”.[2]
Sehubungan dengan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa siswa
yang memiliki motivasi akan memperoleh prestasi tinggi, jika keinginan untuk
sukses benar-benar berasal dari dalam dirinya sendiri. Maka guru wajib berperan
aktif dalam proses belajar mengajar agar dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa motivasi yang tinggi
dalam diri siswa dalam belajar, siswa akan dapat memperoleh prestasi yang
optimal, begitu juga sebaliknya. Intinya peranan guru dalam pembelajaran khususnya
dalam penggunaan metode yang digunakan seorang guru berperan besar untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelum pembelajaran.
Untuk itu guru dituntut untuk
mengenal dan memahami makna dari hakikat belajar mengajar itu sendiri, sehingga
apa yang akan dilakukan guru tersebut mengetahui dan menghayati dengan penuh
rasa tanggung jawab dan percaya diri. Oleh karena itu tujuan dari
sertifikasi dan pembinaan guru Agama Islam adalah sebagai berikut:
a.
agar dapat memahami,
menghayati dan menjabarkan kurikulum pendidikan Agama Islam.
b.
agar mampu merumuskan tujuan pembelajaran, baik
tujuan umum maupun tujuan khusus.
c.
agar mampu menyusun rencana
pengajaran.
d.
agar mampu mengaplikasikan
program dalam kegiatan belajar mengajar.
e.
agar mampu mengaplikasikan pendekatan, meode dan
tehnik dalam mengajar.
f.
agar mampu mengintegrasikan mata pelajaran
pendidikan Agama Islam dengan mata pelajaran lain.
g.
agar mampu mengaplikasikan
prinsip- prinsip belajar mengajar.
h.
agar mampu mengembangkan
kretivitas dalam penggunaan media belajar.
i.
agar mampu memotivasi siswa
dalam belajar
j.
agar mampu melakukan
evaluasi yang objektif.
k.
agar mampu melaksanakan,
mengembangkan dan mengkoordinasi kegiatan ekstra kurikuler pendidikan Agama
Islam.[3]
Di samping tujuan tersebut di atas ada juga sebahagian lagi tujuan
sertifikasi dan pembinaan yang dilakukan pada guru pendidikan Agama Islam yang
bertujuan untuk peningkatan kapasitas, antara lain: wawasan kependidikan, keagamaan, kebangsaan, dan ilmu pengetahuan serta
teknologi.
Dari gambaran di atas jelas terlihat bahwa hubungan antara motivasi
dengan motivasi belajar siswa sangat erat. Hal ini dapat dilihat bahwa sebelum
dibangkitkan motivasi belajar siswa terlebih dahulu dibangkitkan motivasi
mengajar guru, yaitu melalui sertifkasi.
[1] Slameto, Belajar dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003), hal. 195
[2] Winkel. W.S, Psikologis
Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : Gramedia, 1994), hal. 35
[3] Hadirja Paraba, Wawasan Tugas
Tenaga Guru Dan Pembina Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Friska Agung
Insani, 2000), hal. 41