Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Hasil Belajar.
Dapat
diberikan suatu pengertian terhadap prestasi belajar sebagai suatu produk yang
diperoleh melalui kegiatan belajar, maka sudah menjadi suatu hal yang tidak
mengherankan bahwa berhasil tidaknya belajar itu sangat tergantung kepada
factor-faktor yang turut mempengaruhinya. Agar belajar itu mencapai hasil yang
lebih tinggi, maka factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar hendaknya
perlu diperhatikan dan dikondisikan sedemikian rupa, sehingga tidak akan
ditemukan hambatan dan kendala-kendala, kalau itu bisa diatasi sehingga tidak
akan menemukan kegagalan yang tentunya sangat tidak diharapkan.
Faktor-faktor yang
menunjang prestasi belajar adalah :
1.
Faktor Individual.
Faktor individual
merupakan faktor yang relatif besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar yang
berasal dari dalam diri siswa yang bersangkutan, yang membawa pengaruh terhadap
perkembangan prestasi belajar siswa. Faktor tersebut dapat dibagi dua yaitu
fisiologis dan psikologis seperti yang dikemukakan oleh Amiruddin Nur sebagai
berikut :
Faktor
fisiologis adalah keadaan jasmani seseorang itu segar, sehat, cukup gizi atau
tidak, sakit-sakitan yang kronis termasuk juga fungsi tubuh bekerja normal,
demikian juga alat indera baik. Faktor psikologis adalah merupakan kemampuan,
terutama pusat saraf atau otak. Selain itu dasar kejiwaan dan bakat memegang
peranan penting dalam belajar.[1]
Dari uraian di
atas jelas menunjukkan bahwa factor individual siswa turut memberi pengaruh
terhadap prestasi belajar.
2. Faktor
Bakat.
Bakat yang
dimiliki siswa merupakan salah satu factor yang mempengaruhi keberhasilan siswa
dalam belajar. Suatu kenyataan yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya,
bahwa seorang siswa yang menempuh pendidikan yang sesuai dengan bakat dan
keinginannya akan lebih berhasil, dibandingkan dengan siswa yang menempuh
pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan keinginannya, bahkan mereka ini
banyak mengalami hambatan-hambatan dan banyak juga diantaranya yang gagal total
dalam pendidikan di sekolah, sebab tidak sesuai dengan bakat dan keinginan
masing-masing siswa. Hal ini dapatlah diambil satu difinisi yang dikemukakan
oleh Ny. Martensi sebagai berikut :
“Siswa yang
menuntut pelajaran atau ilmu pengetahuan yang tidak sesuai dengan bakatnya
seringkali mengalami kesukaran dalam belajarnya, tetapi sebaliknya apabila
pelajaran yang diterimanya sesuai dengan bakat, prestasi belajarnya akan baik,
bergairah dan giat belajar”[2]
Dalam menuntut
ilmu pengetahuan, baik pengetahuan umum, agama maupun yang eksakta, bakat
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar siswa.
Justeru karena itu para pendidik harus sangat teliti dalam mengkatagorikan
siswa ke dalam sesuatu jurusan yang dipilihnya sesuai menurut bakat yang
dimiliki siswa itu sendiri.
3. Faktor
Intelegensi.
Setiap siswa
mempunyai tingkat kecerdasannya masing-masing, namun tingkat kecerdasan yang
dimiliki siswa adalah berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Maka untuk
itu bagi seorang guru dan orang tua perlu mengetahui tingkat kecerdasan yang
dimiliki siswanya, karena hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan
pendidikannya di sekolah.
Dalam belajar,
intelegensi merupakan hal yang sangat penting, karena kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya akan banyak problem yang
dapat diselesaikannya.
A. Tabrani
mengatakan :
Peserta didik
yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar karena ia lebih mudah
menangkap dan memahami pelajaran yang lebih mudah mengingat-ngingatkannya,
peserta didik yang cerdas akan mudah berpikir, kreatif dan cepat mengambil
keputusan. Hal ini berbeda dengan peserta didik yang kurang cerdas atau lamban.[3]
Jadi jelaslah
bahwa factor intelegensi ini merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan
dalam kegiatan belajar yang dimiliki oleh siswa di sekolah.
4. Faktor
Minat.
Salah satu
factor yang sangat menunjang keberhasilan dalam belajar adalah factor minat.
Wetherington dalam bukunya Psikologi Pendidikan menyebutkan bahwa “Minat adalah
kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang suatu soal atau suatu situasi
mengandung sangkut paut dengan dirinya”.[4]
Siswa yang
berminat akan belajar dengan pebuh gairah, tanpa paksaan selalu bersikap ingin
tahu lebih lanjut. Kegairahan dalam belajar dan keingintahuan tersebut akan
menghasilkan dampak positif di dalam belajar.
Salah satu
cara dalam membangkitkan minat siswa terhadap sesuatu pelajaran adalah dengan
menjelaskan kepada siswa pentingnya pelajaran tersebut dipelajari dan manfaat
yang diambil sesudah mempelajari pelajaran tersebut.
Jadi orang
yang paling berperan dalam usaha merangsang dan membangkitkan minat siswa
adalah guru, sehingga para ahli pendidikan menyebutkan bahwa keberhasilan
seorang guru dalam mengajar dapat diukur dengan melihat berhasil tidaknya guru
tersebut membangkitkan minat para anak didiknya sehingga mereka akan belajar
dengan perhatian dan rasa suka citanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Zakiah
Darajat : “Titik permulaan dalam mengajar yang berhasil adalah membangkitkan
minat anak didik karena rangsangan tersebut akan meningkatkan semangat mereka,
serta meningkatnya kepentingan mata pelajaran bagi mereka, manfaat dari
pekerjaan dan kegiatan mereka dengan sungguh-sungguh”.[5]
Dari itu
jelaslah bahwa siswa yang mempunyai minat terhadap sesuatu pelajaran merupakan
hal yang mutlak harus dimiliki dalam belajar mengajar, yang pada akhirnya akan
memperbesar prestasi belajar yang dicapai siswa.
5. Faktor
Lingkungan.
Lingkungan
merupakan factor yang berasal dari luar diri siswa, seperti lingkungan
kel;uarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa.
a.
Lingkungan Keluarga.
Keluarga
sebagai persekutuan hidup terkecil dari masyarakat yang luas. Satu keluarga
terdiri dari ayah dan ibu selaku orang tua, yang berfungsi sebagai pendidik,
pemelihara dan pelindung keluarga. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan
oleh Winarno Surachmad sebagai berikut :
Keluarga merupakan
lingkungan yang pertama dan utama yang memberikan pengaruh terhadap
perkembangan anak, situasi dalam keluarga aman, damai, gembira dan lain-lain
akan mewarnai sikap anak. Dan jumlah orang yang tinggal di dalam keluarga juga
mempengaruhi perkembangan anak,[6]
Berdasarkan
kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah rumah tangga sangat besar
pengaruhnya terhadap proses perkembangan anak, karena di dalam keluarga anak
menerima kesan-kesan yang merupakan pengalaman pertama sejak seorang anak itu
dilahirkan.
b.
Lingkungan Sekolah.
Sebagaimana
kita ketahui bahwa lingkungan sekolah merupakan suatu situasi yang sangat erat
kaitannya dengan keberhasilan pendidikan anak, dimana sekolah merupakan tempat
seseorang memperoleh atau menerima pendidikan dan pengetahuan. Sekolah
bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada anak serta berusaha supaya anak
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
c.
Lingkungan Masyarakat.
Kehidupan anak
bukan saja berlangsung di rumah tangga dan sekolah, tetapi sebagian dari
kehidupannya berada dalam lingkungan masyarakat yang luas. Dalam lingkungan
masyarakat seorang anak akan menerima bermacam-macam pengalaman, baik yang
sifatnya negative atau pun yang positif. Seperti apa yang diutarakan oleh para
ahli sebagai berikut :
Lingkungan masyarakat
merupakan factor yang cukup kuat mempengaruhi perkembangan remaja dan sulit
dikontrol pengaruhnya. Orang tua dan sekolah adalah lembaga khusus, mempunyai
anggota tertentu, serta mempunyai tujuan dan tanggung jawab yang pasti dalam
mendidik anak berbeda dengan masyarakat.[7]
Dari kutipan
diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa lingkungan masyarakat sangat kuat
mempengaruhi perkembangan remaja, sulit untuk dikontrol, karena lingkungan
masyarakat adanya kegiatan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
[1]
Amiruddin Nur, Psikologi Pendidikan, Lembaga Penerbit dan Penyiaran (LPP), IAIN
Jami’ah Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh, 1983, hal. 17
[2]
Ny. Martensi, Identifikasi Kesulitan Belajar, Bagian Penerbitan FIP-IKIP, Semarang, 1980, hal. 14
[3] A.
Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Remaja Karya, Bandung, 1989, hal. 25.
[4]
H.C. Wetherington, Psikologi Pendidikan,
Aksara, Jakarta,
1982, hal. 122.
[5]
Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, Bulan Bintang, Jakarta, 1980, hal. 26
[6]
Winarno Surachmad, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta,
1972, hal. 31
[7]
A.H. Harahap, Bina Remaja, Yayasan Bina Pembangunan Indonesia,
Medan, 1982,
hal. 143
No comments:
Post a Comment