02 September 2015

Ciri Khas Pengelolaan Kelas dalam Proses Belajar Mengajar

Ciri Khas Pengelolaan Kelas dalam Proses Belajar Mengajar  
Penggunaan pendekatan proses kelompok dalam pengelolaan kelas didasarkan atas prinsip-prinsip psikologi sosial dan dinamika kelompok merupakan salah satu ciri khas pengelolaan kelas guna melancarkan proses belajar mengajar Pendidikan Agama. Anggapan dasar yang dipakai ialah bahwa :

1.      Kegiatan siswa di sekolah berlangsung dalam suatu ketompok tertentu.
2.      Kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki oleh sistem sosial lainnya.
Penggunaan pendekatan proses kelompok menekankan pentingnya ciri-ciri kelompok yang ada didalam kelompok kelas dan saling hubungan antar siswa yang menjadi anggota kelompok kelas itu. Dalam hal ini "peranan guru yang paling utama ialah mengembangkan dan mempertahankan keeratan hubungan antar siswa, semangat produktivitas dan orientasi pada tujuan dari kelompok kelas ini".[1]

Dalam hal ini ditekankan perlunya guru meningkatkan daya tarik dan ikatan kelompok bagi anggota-anggotanya dengan jalan menumbuhkan sikap saling menghargai dan mengembangkan komunikasi yang tepat antar anggota kelompok. Tugas kedua ialah mernbantu siswa mengembangkan aturan atau norma-norma kelompok yang produktif dan menyenangkan. Hal ini mencakup, rnisalnya pengembangan aturan bekerja yang dapat diteritna oleh semua anggota. Sekali kelompok yang kompak dan produktif terbentuk, selanjutnya adalah tugas guru untuk mempertahankan kesatuan dan norma-norma kelompok itu.
Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas, pemakaian pendekatan proses kelompok didasarkan atas pertimbangan bahwa tingkah laku yang menyimpang pada dasarnya bukanlah peristiwa yang menimpa seorang individu yang kebetulan menjadi anggota kelompok kelas tertentu, namun adalah peristiwa sosial yang menyangkut kehidupan kelompok dimana individu itu menjadi anggotanya.
Di dalam GBPP PAI dari sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan sisa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara ummat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Pembelajaran di sekolah dipengaruhi oleh guru, siswa, sistem dan lingkungan masyarakat serta keluarga. Guru agama merupakan salah satu komponen dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada sering dimintai tanggung jawab berlebihan dan tidak proporsional. Jika ada siswa nakal, bikin onar, Guru Agama mendapat pesanan untuk menyelesaikannya dalam penyampaian mata pelajaran misalnya.






[1]  Departernen Pendidikan dan Kebudayaan Modul Pengelolaan Kelas (Jakarta, Balitbang
Depdiknas 1992) hal. 52

No comments: