Ciri Khas Pengelolaan Kelas dalam Proses Belajar Mengajar
Penggunaan pendekatan proses kelompok dalam pengelolaan kelas didasarkan
atas prinsip-prinsip psikologi
sosial dan dinamika kelompok merupakan salah satu ciri
khas pengelolaan kelas guna melancarkan proses belajar mengajar Pendidikan
Agama. Anggapan dasar yang dipakai ialah bahwa :
1.
Kegiatan
siswa di sekolah berlangsung dalam suatu ketompok tertentu.
2.
Kelas
adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki oleh sistem sosial lainnya.
Penggunaan pendekatan proses kelompok menekankan pentingnya ciri-ciri kelompok yang ada didalam kelompok kelas
dan saling hubungan antar siswa yang menjadi anggota kelompok kelas itu. Dalam
hal ini "peranan guru yang paling utama ialah mengembangkan dan
mempertahankan keeratan hubungan antar siswa, semangat produktivitas dan orientasi pada tujuan dari
kelompok kelas ini".[1]
Dalam hal ini ditekankan perlunya guru meningkatkan daya tarik dan ikatan
kelompok bagi
anggota-anggotanya dengan jalan menumbuhkan sikap saling menghargai dan mengembangkan komunikasi
yang tepat antar anggota kelompok. Tugas kedua ialah mernbantu siswa
mengembangkan aturan atau norma-norma kelompok yang produktif dan menyenangkan. Hal ini mencakup, rnisalnya pengembangan aturan bekerja yang dapat
diteritna oleh semua anggota. Sekali kelompok yang
kompak dan produktif terbentuk, selanjutnya adalah tugas guru untuk mempertahankan kesatuan dan norma-norma kelompok
itu.
Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas, pemakaian pendekatan proses kelompok didasarkan atas pertimbangan bahwa
tingkah laku yang menyimpang pada dasarnya
bukanlah peristiwa yang menimpa seorang individu yang kebetulan menjadi anggota
kelompok kelas tertentu, namun adalah peristiwa sosial yang menyangkut kehidupan kelompok dimana individu
itu menjadi anggotanya.
Di dalam GBPP PAI dari sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan sisa
dalam meyakini, memahami, menghayati
dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan
tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara ummat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Pembelajaran di sekolah dipengaruhi oleh guru, siswa, sistem dan
lingkungan masyarakat serta
keluarga. Guru agama merupakan salah satu komponen dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada
sering dimintai tanggung jawab berlebihan dan tidak proporsional. Jika ada siswa nakal, bikin
onar, Guru Agama mendapat pesanan
untuk menyelesaikannya dalam penyampaian mata pelajaran misalnya.
Depdiknas
1992) hal. 52
No comments:
Post a Comment