Ciri-Ciri Dari Anak Usia Dini
Adapun
ciri-ciri anak usia pra sekolah adalah sebagai berikut:
- Ciri fisik anak
Pada umumnya
anak usia pra sekolah sangatlah aktif. Mereka telah memiliki penguasaan,
kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri,
seperti lari, memanjat dan melompat. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan,
anak membutuhkan istirahat yang cukup.
- Ciri Sosial Anak
Dimana anak
prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang disekitarnya. Umumnya
anak pada tahap ini memiliki satu atau dua sahabat tetapi sahabat ini cepat
berganti. Adapun kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu
terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat
berganti-ganti.
- Ciri Emosional
Anak TK
cendrung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka, sikap marah juga
sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
Sementara itu Soemiarti Patmonodewo dalam buku “Pendidikan Anak Prasekolah” mengatakan bahwa “anak
selain mempunyai ciri emosional juga mempunyai ciri kognitif yaitu anak
prasekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa khususnya dalam kelompoknya
sendiri. Begitu juga kompetensinya perlu dikembangkan melalui interaksi, minat,
kesempatan, mengagumi dan kasih sayang”.[1]
Dalam
kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu yaitu pertumbuhan
dan perkembangannya. Kedua proses ini berlangsung secara Interdependen (saling
bergantung satu sama lainnya). Kedua proses itu tidak dapat dipisahkan, akan
tetapi bisa dibedakan agar lebih mudah memahaminya.
a.
Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan ialah “perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari
proses Pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak
yang sehat dalam passage (peredaran waktu) tertentu”.[2]
Hasil pertumbuhan biasanya berwujud bertambah panjang badan anak,
tumbuh bertambah berat, tulang-tulang jadi bertambah besar-panjang-berat-kuat,
perubahan dalam sistim persyarafan, dan perubahan-perubahan pada struktur
jasmaniah lainnya. Dengan begitu perubahan bisa disebutkan pula sebagai proses
pematangan fisik.
b.
Pengertian perkembangan
Perkembangan
biasa disebut sebagai proses pematangan fungsi-fungsi non fisik. Di dalam buku
“Psikologi Perkembangan Anak” Kartini Kartono mengatakan: “perkembangan adalah
perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses kematangan fungsi-fungsi
fisik pada anak. Ditunjang dari faktor lingkungan dan faktor belajar dalam
passage waktu tertentu menuju kedewasaan”.[3]
1). Periodesasi
Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan
merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung melalui fase demi fase kearah
kesempurnaan. Banyak ahli membagi periodesasi perkembangan dan pertumbuhan
manusia. Sebagaimana Aristoteles (384-322 SM). “Membagi masa periode selama 3
fase didasarkan pada paralelitas (persamaan) jasmaniah dengan perkembangan
jiwani anak, pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
-
Usia 0-7 tahun disebut sebagai masa anak-anak kecil,
masa bermain.
-
Usia 7-14 tahun disebut masa anak-anak masa belajar
atau masa sekolah rendah.
-
Usia 14-21 tahun disebut masa remaja atau pubertes;
masa peralihan dari anak menjadi dewasa dan seterusnya”.[4]
M. Arifin dalam
buku “Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga” menjelaskan bahwa “masa sebelum masuk sekolah dengan periode sekolah
ibu pada masa ini ibu sebagai guru (pendidik) utama yang sangat berpengaruh
pada awalnya. Karena hampir semua usaha, bimbingan dan pendidikan (ditambah
perawatan dan pemeliharaan) berlangsung di tengah-tengah keluarga terutama
sekali aktivitas ibu sangat menentukan kelancaran proses pertumbuhan dan perkembangan
anak”.[5]
Di dalam Islam
juga disebutkan bahwa pertumbuhan anak berlangsung secara fase demi fase.
Fase-fase
pertumbuhan manusia itu berlangsung sebagai berikut:
-
Masa embrio (masa dalam kandungan)
-
Masa kanak-kanak (sejak lahir sampai umur 6 tahun)
-
Masa kuat (jasmani dan rohani atau fikiran)
-
Masa tua dan masa meninggal dunia.
2). Kebutuhan
Anak Usia Dini
Pertumbuhan
dan perkembangan anak pada usia dini sangat erat kaitannya dengan pemenuhan
kebutuhan yang baik dan seimbang, karena pertumbuhan dan perkembangan tidak
akan berlangsung sebagaimana mestinya, apabila pemenuhan kebutuhan tidak secara
benar, misalnya berupa kasih sayang, kebutuhan terhadap makanan dan kesehatan
dan bermain, kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan perkembangan intelektual.
a). Kebutuhan Akan Kasih Sayang
Kasih sayang
orang tua merupakan modal dalam perkembangan intelejensi anak. Anak-anak yang
kurang mendapatkan kasih sayang secara langsung dapat mempengaruhi terhadap
pembentukan kepribadiannya.
Untuk dapat
memberikan rasa kasih sayang terhadap anak, memerlukan pemeliharaan langsung
dari ibunya dalam suasana rumah tangga yang aman dan tentram. Kasih sayang
seorang ibu sifatnya menghangatkan, menanamkan rasa aman dan percaya. Kasih
sayang seorang ayah sifatnya mengemangkan kepribadian, menamkan disiplin serta
bimbingan agar si anak kian hari semakin berani dalam menghadapi kehidupan.
“Rasa kasih
sayang sangat dibutuhkan oleh anak pada masa usia kanak-kanak lebih-lebih pada
tahun pertama kelahirannya. Bagaimanapun alasan dan sebab hilangnya
pemeliharaan ibu bapak pada tahun-tahun pertama dari umur si anak namun
akibatnya tidak baik terhadap pertumbuhan baik fisik, perasaan, kecerdasan atau
sosial”.[6]
Berdasarkan
dari uraian di atas, anak balita sangat membutuhkan kasih sayang terutama dari
kedua orang tuanya secara sempurna. Kurangnya perhatian orang tua kepada anak
merupakan suatu faktor penghambat dalam mengembangkan kepribadian serta membina
sikap hidup yang agamis.
b). Kebutuhan terhadap makanan dan kesehatan
Makanan
merupakan pokok dan sumber tenaga bagi seseorang, khususnya bagi anak diusia
kanak-kanak dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Karena itu anak
yang mendapatkan makanan secara teratur dan bergizi akan tumbuh dan berkembang
secara baik.
Makanan yang
bergizi merupakan “salah satu faktor yang penting dalam upaya mencapai
kesehatan anak secara optimal. Namun dalam kenyataan pada saat ini dalam
masyarakat masih terdapat berbagai tingkat kekurangan gizi dan zat-zat lain
yang belum mencukupi kebutuhan tubuh”.[7]
Semua zat gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh seperti : Karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral adalah diperoleh melalui makanan. Apabila kebutuhan gizi tersebut tidak
terpenuhi, maka anak akan mengalami berbagia penyakit dan menghambat
perkembangan bahkan mengakibatkan anak meninggal dunia.
c). Kebutuhan bermain
Pada usia
kanak-kanak fungsi bermain mempunyai pengaruh besar sekali bagi perkembangan
anak. Jika pada orang dewasa, sebagian besar dari perbuatan di arahkan pada
pencapaian tujuan dan prestasi dalam bentuk kegiatan kerja, maka kegiatan anak
sebagian besar bertindak aktivitas bermain.
Dalam hal ini
Zakiah Darajat antara lain mengemukakan : “anak pada umur dua dan empat tahun
bermain bertujuan menumbuhkan dan memperkuat otot-ototnya, untuk itu ia akan
mendorong kursi, turun naik tangga, memanjat, melompat, jungkir balik dan
sebagainya”.[8]
Melalui
permainan anak mendapatkan macam-macam pengalaman yang menyenangkan, sambil
mengiatkan usaha belajar dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, semua
pengalaman dari kegiatan bermain-main akan memberikan dasar yang kokoh bagi
percapaian, macam-macam keterampilan yang sangat diperlukan bagi pemecahan
kesulitan hidup dikemudian harinya.
Selain itu
anak juga memperoleh pengalaman melalui bermain seperti : mengendalikan
perasaan, baik berupa perasaan senang, takut, kecewa, marah, sedih dan
sebagainya, bahkan persoalan-persoalan yang sukar diketahuinya, dapat
disalurkan melalui bermain.
d). Kebutuhan Untuk Dihargai dan Perkembangan
Intelektual
Kebutuhan akan
harga diri merupakan keinginan semua, insan, apakah dia orang dewasa maupun si
anak yang masih kecil, lebih-lebih lagi di usia kanak-kanak yang selalu ingin
mendapatkan penghargaan dari orang tuanya perlu mendapatkan perhatian secara
serius dan memandang kearahnya. Berhubungan dengan penjelasan ini, Zakiah
Daradjat antara lain menjelaskan : “Apabila si anak berbicara dengan kita, maka
usahakan melihat kepadanya, karena hal itu baik sekali bagi si anak, apabila
kita mendengar pembicaraannya sambil melengah atau acuh tak acuh, ia merasa
kurang dihargai”.[9]
Dengan
pendapat di atas, maka jelas bahwa anak memerlukan perhatian serius dari oarng
tuanya sebagai tanda penghargaan terhadap dirinya.
“Selain
diharga anak juga harus diperhatikan perkembangan intelektualnya. Kebutuhan ini
dapat dipenuhi melalui pendidikan, pendidikan Agama maupun pendidikan Umum.
Dalam mencapai kebutuhan ini baik dirumah tangga, di sekolah maupun di
masyarakat anak memerlukan kebebasan untuk bergerak dan bertindak. Sekolah
modern memperhatikan prinsip gerak seluruh badan atau tingkah laku manusia yang
berintegrensi dalam melakukan aktivitas”.[10]
Dari
penjelasan di atas bahwa dalam memberikan pendidikan kepada anak usia
kanak-kanak orang tua dituntut harus mampu berbuat sesuatu yang sesuai dengan
perkembangan anak secara keseluruhan baik yang bersifat kepribadian maupun yang
lainnya.
[1] Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan
Anak Prasekolah, Cet. I, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2000), hal. 35.
[2] Kartini Kartono, Psikologi Anak
(Psikologi Perkembangan), Cet. V, (Bandung: Mandar Maju, 1995), hal. 18.
[4] M. Arifin, Hubungan Timbal Balik
Pendidikan Agama (di Lingkungan Sekolah dan Keluarga), Cet. II, (Jakarta :
Bulan Bintang, 1976), hal. 45.
[6] Abdul Aziz Al-Qudsy : Perawatan
Jiwa Untuk Anak, (Alih Bahasa Zakiah Darajat), Cet II, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1972), hal. 77.
[7]
Srikarjati, Dkk, Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita, Yayasan Obore Indonesia , Cet. II, (Jakarta : Balai Pustaka, t.t), hal. 87.
[8] Zakiah
Darajat, Ilmu Jiwa Agama, cet. III, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hal.
80.
[9] Ibid.,
hal. 75.
[10]
Whitheringon, Psikologi Pendidikan, (Terjemahan M. Bukhari), Cet. I,
(Jakarta: Bina Aksara, 1982), hal. 83.
No comments:
Post a Comment