02 September 2015

Ciri-Ciri Dari Anak Usia Dini


Ciri-Ciri Dari Anak Usia Dini
Adapun ciri-ciri anak usia pra sekolah adalah sebagai berikut:
  1. Ciri fisik anak
Pada umumnya anak usia pra sekolah sangatlah aktif. Mereka telah memiliki penguasaan, kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri, seperti lari, memanjat dan melompat. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup.
  1. Ciri Sosial Anak
Dimana anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang disekitarnya. Umumnya anak pada tahap ini memiliki satu atau dua sahabat tetapi sahabat ini cepat berganti. Adapun kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
  1. Ciri Emosional
Anak TK cendrung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka, sikap marah juga sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
Sementara itu Soemiarti Patmonodewo dalam buku “Pendidikan Anak Prasekolah” mengatakan bahwa “anak selain mempunyai ciri emosional juga mempunyai ciri kognitif yaitu anak prasekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa khususnya dalam kelompoknya sendiri. Begitu juga kompetensinya perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang”.[1]
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu yaitu pertumbuhan dan perkembangannya. Kedua proses ini berlangsung secara Interdependen (saling bergantung satu sama lainnya). Kedua proses itu tidak dapat dipisahkan, akan tetapi bisa dibedakan agar lebih mudah memahaminya.
a.       Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan ialah “perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses Pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam passage (peredaran waktu) tertentu”.[2]
Hasil pertumbuhan biasanya berwujud bertambah panjang badan anak, tumbuh bertambah berat, tulang-tulang jadi bertambah besar-panjang-berat-kuat, perubahan dalam sistim persyarafan, dan perubahan-perubahan pada struktur jasmaniah lainnya. Dengan begitu perubahan bisa disebutkan pula sebagai proses pematangan fisik.
b.      Pengertian perkembangan
Perkembangan biasa disebut sebagai proses pematangan fungsi-fungsi non fisik. Di dalam buku “Psikologi Perkembangan Anak” Kartini Kartono mengatakan: “perkembangan adalah perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses kematangan fungsi-fungsi fisik pada anak. Ditunjang dari faktor lingkungan dan faktor belajar dalam passage waktu tertentu menuju kedewasaan”.[3]
1). Periodesasi Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung melalui fase demi fase kearah kesempurnaan. Banyak ahli membagi periodesasi perkembangan dan pertumbuhan manusia. Sebagaimana Aristoteles (384-322 SM). “Membagi masa periode selama 3 fase didasarkan pada paralelitas (persamaan) jasmaniah dengan perkembangan jiwani anak, pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
-          Usia 0-7 tahun disebut sebagai masa anak-anak kecil, masa bermain.
-          Usia 7-14 tahun disebut masa anak-anak masa belajar atau masa sekolah rendah.
-          Usia 14-21 tahun disebut masa remaja atau pubertes; masa peralihan dari anak menjadi dewasa dan seterusnya”.[4]

M. Arifin dalam buku “Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga” menjelaskan bahwa “masa sebelum masuk sekolah dengan periode sekolah ibu pada masa ini ibu sebagai guru (pendidik) utama yang sangat berpengaruh pada awalnya. Karena hampir semua usaha, bimbingan dan pendidikan (ditambah perawatan dan pemeliharaan) berlangsung di tengah-tengah keluarga terutama sekali aktivitas ibu sangat menentukan kelancaran proses pertumbuhan dan perkembangan anak”.[5]

Di dalam Islam juga disebutkan bahwa pertumbuhan anak berlangsung secara fase demi fase.
Fase-fase pertumbuhan manusia itu berlangsung sebagai berikut:
-          Masa embrio (masa dalam kandungan)
-          Masa kanak-kanak (sejak lahir sampai umur 6 tahun)
-          Masa kuat (jasmani dan rohani atau fikiran)
-          Masa tua dan masa meninggal dunia.
­2). Kebutuhan Anak Usia Dini
Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia dini sangat erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan yang baik dan seimbang, karena pertumbuhan dan perkembangan tidak akan berlangsung sebagaimana mestinya, apabila pemenuhan kebutuhan tidak secara benar, misalnya berupa kasih sayang, kebutuhan terhadap makanan dan kesehatan dan bermain, kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan perkembangan intelektual.
a). Kebutuhan Akan Kasih Sayang
Kasih sayang orang tua merupakan modal dalam perkembangan intelejensi anak. Anak-anak yang kurang mendapatkan kasih sayang secara langsung dapat mempengaruhi terhadap pembentukan kepribadiannya.
Untuk dapat memberikan rasa kasih sayang terhadap anak, memerlukan pemeliharaan langsung dari ibunya dalam suasana rumah tangga yang aman dan tentram. Kasih sayang seorang ibu sifatnya menghangatkan, menanamkan rasa aman dan percaya. Kasih sayang seorang ayah sifatnya mengemangkan kepribadian, menamkan disiplin serta bimbingan agar si anak kian hari semakin berani dalam menghadapi kehidupan.
“Rasa kasih sayang sangat dibutuhkan oleh anak pada masa usia kanak-kanak lebih-lebih pada tahun pertama kelahirannya. Bagaimanapun alasan dan sebab hilangnya pemeliharaan ibu bapak pada tahun-tahun pertama dari umur si anak namun akibatnya tidak baik terhadap pertumbuhan baik fisik, perasaan, kecerdasan atau sosial”.[6]
Berdasarkan dari uraian di atas, anak balita sangat membutuhkan kasih sayang terutama dari kedua orang tuanya secara sempurna. Kurangnya perhatian orang tua kepada anak merupakan suatu faktor penghambat dalam mengembangkan kepribadian serta membina sikap hidup yang agamis.
b). Kebutuhan terhadap makanan dan kesehatan
Makanan merupakan pokok dan sumber tenaga bagi seseorang, khususnya bagi anak diusia kanak-kanak dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Karena itu anak yang mendapatkan makanan secara teratur dan bergizi akan tumbuh dan berkembang secara baik.
Makanan yang bergizi merupakan “salah satu faktor yang penting dalam upaya mencapai kesehatan anak secara optimal. Namun dalam kenyataan pada saat ini dalam masyarakat masih terdapat berbagai tingkat kekurangan gizi dan zat-zat lain yang belum mencukupi kebutuhan tubuh”.[7]
Semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti : Karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral adalah diperoleh melalui makanan. Apabila kebutuhan gizi tersebut tidak terpenuhi, maka anak akan mengalami berbagia penyakit dan menghambat perkembangan bahkan mengakibatkan anak meninggal dunia.
c). Kebutuhan bermain
Pada usia kanak-kanak fungsi bermain mempunyai pengaruh besar sekali bagi perkembangan anak. Jika pada orang dewasa, sebagian besar dari perbuatan di arahkan pada pencapaian tujuan dan prestasi dalam bentuk kegiatan kerja, maka kegiatan anak sebagian besar bertindak aktivitas bermain.
Dalam hal ini Zakiah Darajat antara lain mengemukakan : “anak pada umur dua dan empat tahun bermain bertujuan menumbuhkan dan memperkuat otot-ototnya, untuk itu ia akan mendorong kursi, turun naik tangga, memanjat, melompat, jungkir balik dan sebagainya”.[8]
Melalui permainan anak mendapatkan macam-macam pengalaman yang menyenangkan, sambil mengiatkan usaha belajar dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, semua pengalaman dari kegiatan bermain-main akan memberikan dasar yang kokoh bagi percapaian, macam-macam keterampilan yang sangat diperlukan bagi pemecahan kesulitan hidup dikemudian harinya.
Selain itu anak juga memperoleh pengalaman melalui bermain seperti : mengendalikan perasaan, baik berupa perasaan senang, takut, kecewa, marah, sedih dan sebagainya, bahkan persoalan-persoalan yang sukar diketahuinya, dapat disalurkan melalui bermain.
d). Kebutuhan Untuk Dihargai dan Perkembangan Intelektual
Kebutuhan akan harga diri merupakan keinginan semua, insan, apakah dia orang dewasa maupun si anak yang masih kecil, lebih-lebih lagi di usia kanak-kanak yang selalu ingin mendapatkan penghargaan dari orang tuanya perlu mendapatkan perhatian secara serius dan memandang kearahnya. Berhubungan dengan penjelasan ini, Zakiah Daradjat antara lain menjelaskan : “Apabila si anak berbicara dengan kita, maka usahakan melihat kepadanya, karena hal itu baik sekali bagi si anak, apabila kita mendengar pembicaraannya sambil melengah atau acuh tak acuh, ia merasa kurang dihargai”.[9]
Dengan pendapat di atas, maka jelas bahwa anak memerlukan perhatian serius dari oarng tuanya sebagai tanda penghargaan terhadap dirinya.
“Selain diharga anak juga harus diperhatikan perkembangan intelektualnya. Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui pendidikan, pendidikan Agama maupun pendidikan Umum. Dalam mencapai kebutuhan ini baik dirumah tangga, di sekolah maupun di masyarakat anak memerlukan kebebasan untuk bergerak dan bertindak. Sekolah modern memperhatikan prinsip gerak seluruh badan atau tingkah laku manusia yang berintegrensi dalam melakukan aktivitas”.[10]
Dari penjelasan di atas bahwa dalam memberikan pendidikan kepada anak usia kanak-kanak orang tua dituntut harus mampu berbuat sesuatu yang sesuai dengan perkembangan anak secara keseluruhan baik yang bersifat kepribadian maupun yang lainnya.


[1] Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, Cet. I, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 35.
[2] Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), Cet. V, (Bandung: Mandar Maju, 1995), hal. 18.
[3] Ibid., hal. 21.
[4] M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama (di Lingkungan Sekolah dan Keluarga), Cet. II, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), hal. 45.
[5] Ibid, hal. 46.
[6] Abdul Aziz Al-Qudsy : Perawatan Jiwa Untuk Anak, (Alih Bahasa Zakiah Darajat), Cet II, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), hal. 77.
[7] Srikarjati, Dkk, Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita, Yayasan Obore Indonesia, Cet. II, (Jakarta: Balai Pustaka, t.t), hal. 87.
[8] Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, cet. III, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hal. 80.
[9] Ibid., hal. 75.
[10] Whitheringon, Psikologi Pendidikan, (Terjemahan M. Bukhari), Cet. I, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), hal. 83.

No comments: