02 September 2015

Tata Cara Pengelolaan Kelas dalam Proses Belajar Mengajar

A.    Tata Cara Pengelolaan Kelas dalam Proses Belajar Mengajar
Andri. F mengutip Wilford A. Weber mengemukakan bahwa Classroom management is a complex set of behaviors the teacher uses to establish and maintain classroom conditions that will enable students to achieve their instructional objectives efficiently – that will enable them to learn (manajernen kelas adalah "satu himpunan kompleks dari perilaku-perilaku guru gunakan untuk menetapkan dan memelihara kondisi-kondisi kelas yang akan memberdaya.kan para siswa. untuk mencapai instruksi -objektif mereka secara efisien itu akan memberdayakan mereka untuk belajar)”.[1]


Definisi di atas menunjukkan bahwa pengelolaan kelas merupakan seperangkat perilaku yang kompleks dimana guru menggunakan untuk menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efisien.
Lebih lanjut dikemukakan pandangan-pandangan yang bersifat filosofis dan operasional dalam pengelolaan kelas sebagai berikut :
1.      Pendekatan otoriter : siswa perlu diawasi dan diatur;
2.      Pendekatan intimidasi : mengawasi siswa dan tnenertibkan siswa dengan cara intimidasi;
3.      Pendekatan permisif : memberikan kebebasan kepada siswa, apa yang ingin dilakukan siswa, guru hanya tnemantau apa yang dilakukan siswa;
4.     
8
 
Pendekatan resep masakan : mengikuti dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah ditentukan, apa yang boleh dan apa yang tidak;
5.      Pendekatan pengajaran : guru menyusun rencana pengajaran dengan tepat untuk menghindari permasalahan perilaku siswa yang tidak diharapkan;
6.      Pendekatan modifikasi perilaku : mengupayakan perubahan perilaku yang positif pada siswa;
7.      Pendekatan iklim sosio-emosional : menjalin hubungan yang positif antara guru-siswa ;
8.      Pendekatan sistem proses kelompok/dinamika kelompok: meningkatkan dan memelihara kelompok kelas yang efektif dan produktif “.[2]

Guru sebagai pengelola kelas merupakan "orang yang mempunyai peranan yang strategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas, orang yang akan mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek siswa, orang menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan dengan berbagai kegiatan di kelas, dan guru pula yang akan menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul; maka dengan tiga pendekatan-pendekatan yang dikemukakan, akan sangat membantu guru dalam melaksanakan tugas pekerjaannya".[3]

Guru dalam melakukan tugas rnengajar di suatu kelas, perlu merencanakan dan menentukan pengelolaan kelas yang bagaimana yang perlu dilakukan dengan memperhatikan kondisi kemampuan belajar siswa serta materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas tersebut, menyusun strategi untuk mengantisipasi apabila hambatan dan tantangan muncul agar proses belajar mengajar tetap dapat berjalan dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.
Pengelolaan kelas akan menjadi sederhana untuk dilakukan apabila guru memiliki motivasi kerja yang tinggi, dan guru mengetahui bahwa gaga kepemimpinan situasional akan sangat bermanfaat bagi guru dalam melakukan tugas mengajarnya. Dengan demikian pengelolaan kelas tidak dapat terlepas dari motivasi kerja guru, karena dengan motivasi kerja guru ini akan terlihat sejauhmana motif dan motivasi guru untuk melakukan pengelolaan kelas, sedangkan dengan gaga kepemimpinan guru yang tepat yang digunakan dalam pengelolaan kelas akan mengoptimalkan dan memaksimalkan keberhasilan pengelolaan kelas tersebut.
Sekolah sebagai organisasi kerja terdiri dari beberapa kelas, baik yang bersifat paralel maupun yang menunjukkan penjenjangan. Setiap kelas merupakan untuk kerja  yang berdiri sendiri dan berkedudukan sebagai sub sistem yang menjadi bagian dari sebuah sekolah sebagai total sistem. Pengembangan sekolah sebagai total sistem atau satu kesatuan organisasi, sangat tergantung pada penyelenggaraan dan pengelolaan kelas. Baik di lingkungan kelas masing-masing sebagai unit kerja yang berdiri sendiri maupun dalam hubungan kerja antara kelas yang satu dengan kelas yang lain.
Oleh karena itu setiap guru kelas atau wali kelas sebagai pimpinan menengah (middle manager) atau administrator kelas, menempati posisi dan peran yang penting, karena memikul tanggung jawab rnengembangkan dan memajukan kela.s masing­masing yang berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan sekolah seem keseluruhan, setiap murid dan guru yang menjadi komponen penggerak aktivitas kelas, harus didayagunakan secara maksimal agar sebagai suatu kesatuan setiap kelas menjadi bagian yang dinamis di agar sebagai suatu kesatuan setiap kelas menjadi bagian yang dinamis-di dalam organisasi sekolah.
Dari uraian di atas jelas bahwa program kelas akan berkembang bilamana guru/wali kelas mendayagunakan secara maksimal potensi kelas yang terdiri dari tiga unsur yakni: guru, murid dan proses atau dinamika kelas.
1.    Kelas dalam arti sempit yakni ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses mengajar belajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan pada batas umur kronologis masing-masing.
2.    Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan mengaiar belajar yang keratif untuk mencapai suatu tujuan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perwujudan management kelas adalah:
a.       Kurikulum
b.      Bangunan dan Sarana
c.       Guru
d.      Murid
e.       Dinamika Kelas
f.       Lingkungan Sekitar.[4]

Keenam faktor tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi saling bertautan atau saling mempengaruhi, walaupun untuk kepentingan uraian secara teoritis akan diketengahkan satu persatu di bawah ini.
a.    Kurikulum
Sebuah kelas tidak boleh sekedar diartikan sebagai tempat siswa berkumpul untuk mempelajari sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian juga sebuah sekolah bukanlah sekedar sebuah gedung tempat murid mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik anak-anak, yang tidak hanya harus didewasakan dari aspek intelektualnya saja, akan tetapi dalam seluruh aspek kepribadiannya. Untuk itu bagi setiap tingkat dan jenis sekolah diperlukan kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam perkembangannya. Kurikulum yang dipergunakan di sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas kelas dalam mewujudkan proses belajar rnengajar yang berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa. Dengan kata lain aktivitas sebuah kelas sangat dipengaruhi oleh kurikulum yang dipergunakan di sekolah. Suatu kelas akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat apabila kurikulum yang dipergunakan di sekolah dirancangkan sesuai dengan dillalllika masyarakat.

b. Bangunan dan Sarana
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasi nya yang barus disesuaikan dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat berubah. sedangkan ruang/gedung bersifat permanen, rnaka diperlukan kreativitas dalam mengatur pendayagunaan ruang/gedung yang tersedia berdasarkan kurikulum yang dipergunakan".[5]
Sekolah yang mempergunakan kurikulum tradisional pengaturan ruangan bersifat sederhana karena kegiatan belajar mengajar diselenggarakan di kelas yang tatap untuk sejumlah murid yang sama tingkatannya.
Bagi sekolah yang mempergunakan kurikulum modern, ruangan kelas diatur ­menurut jenis kegiatan berdasarkan program-program yang telah dikelompokkan secara integrated. Di samping ruangan disusun berdasarkan bidang studi yang bersifat integrated itu disediakan juga ruangan untuk kegiatan bersama berupa ruang kelas untuk mendengarkan ceramah dan ruangan lain seperti perpustakaan, ruang olahraga dan lain-lain.
Bagi sekolah yang mempergunakan kurikulum gabungan pada umumnya ruangan kelas masih diatur menurut keperluan kelompok murid sebagai satu kesatuan menurut jenjang dan pengelompokan kelas secara permanen. Ruang khusus biasanya disediakan secara terbatas berupa laboratorium. perpustakaan, sebuah aula untuk kegiatan olah raga, kesenian dan kegiatan ekstra kelas Iainnya.
Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa bagi sekolah yang mempergunakan kurikulum tradisional dan kurikulum gabungan (tradisional dan modern), jumlah kelas sangat dipengaruhi oleh perencanaan penerirnaan murid atau jumlah murid yang dimiliki. Oleh karena itu dalam rencana pembangunan gedung atau penambahan ruang kelas, diperlukan catatan kependudukan yang teliti dengan memperkirakan juga berapa jumlah yang telah terserap oleh sekolah lain dalam suatu wilayah tertentu.
Untuk mendirikan sebuah sekolah diperlukan perencanaan yang fisibel (layak) sebagai hasil penelitian atau survey yang teliti terutama untuk memperoleh lokasi yang tepat. Penelitian itu selain mengenai aspek kependudukan harus dilakukan juga terhadap situasi lingkungan, kondisi tanah, pendapat masyarakat, kernungkinan berkomunikasi dengan sumber-sumber kependidikan di lingkungan sekitar yang sesuai dengan kurikulum/program yang akan dilaksanakan dan lain-lain.

c.    Guru
Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid suatu kelas secara etimologi atau dalam arti sempit guru yang berkewajiban mewujudkan suatu program kelas adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau kelas. Secara lebih luas guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalain membantu anak-anak untuk mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam pengertian terakhir bukan sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya.
Setiap guru harus memahami fungsinya karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara bertindak dan berbuat dalam menunaikan pekerjaan sehari-hari di sekolah maupun di kelas, Pengetahuan dan pemahamannya tentang kompetensi guru akan mendasari pola kegiatannya dalam menunaikan profesi sebagai guru. Kompetensi guru yang dimaksud antara lain mengenai kompetensi-kompetensi pribadi, kompetensi profesi dan kompetensi kemasyarakatan. Kompetensi itu berkenaan dengan kemampuan dasar teknis edukatif dart administratif sebagai berikut:
1.      Penguasaan bahan
2.      Pengelolaan program belajar mengajar
3.      Mengelola kelas
4.      Penggunaan media/sumber
5.      Mampu mengelola dan mempergunakan intraksi belajar mengajar
6.      Memiliki kemampuan melakukan penilaian prestasi belajar siswa secara obyektif
7.      Memahami fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.[6]

Setiap guru sebagai petugas profesional ikut bertanggung jawab pada tercapainya tujuan pendidikan secara efektif.  Oleh karena itu guru--harus ikut dalam menentukan kebijakan kependidikan di kelas/sekolah.
Guru yang memahami kedudukan dan fungsinya sebagai pendidik professional, selalu terdorong untuk tumbuh dan berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap pendidik persiapan yang telah diterimanya. Dan sebagai pernyataan dari kesadarannya terhadap perkembangan dan kemajuan bidang tugasnya yang harus diikuti, sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d.   Murid
Murid merupakan potensi kelas yang harus dimanfaatkan guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif. Murid adalah anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikologis dalam rangka mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan formal, khusus nya berupa sekolah.
Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap murid harus memiliki perasaan diterima (membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas.
Kelas merupakan unit tersendiri yang pcngelolaannya secara maksimal haws dilakukan dengan mengikutsertakan murid. Pengelolaan kelas yang berhasil akan menumbuhkan kebanggaan kelas sehingga ineningkatkan rasa solidaritas dan keinginan untuk ikut berpartisipasi di kalangan murid di kelas tersebut.
e.       Dinamika Kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan oleh setiap wali/guru kelas untuk kepentingan murid dalam kependidikannya. .Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas. Yang meliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreatifitas dan insiatif murid sebagai suatu kelompok.
Dinamika kelas dipengaruhi oleh cara wali/guru kelas menerapkan administrasi pendidikan dan kepemimpinan pendidikan serta dalam mempergunakan pendekatan pengelolaan kelas, penerapan kegiatan itu antara lain sebagai berikut.

1)       Kegiatan administratif management
Pengelolaan kelas memerlukan tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi, komunikasi dan kontrol sebagai langkah­langkah kegiatan management admnistratif
2)       Kegiatan Operatif management kelas
Kegiatan management administratif kelas harus ditunjang dengan kegiatan management operatif agar seluruh program kelas beriangsung efektif bagi pencapaian tujuan. Kegiatan management operatif kelas meliputi
a).    Tata usaha kelas
b).    Kegiatan Pembekalan kelas
c).    Kegiatan keuangan kelas
d).      Kegiatan pembinaan personal atau kepegawaian di kelas.
e).       Humas dilingkungannya kelas
3)      Kepemimpinan wali/guru kelas
Dinamika kelas dipengaruhi secara langsung oleh kepemimpinan wali atau guru kelas, untuk itu kepemimpinan diartikan sebagai proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi, atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang lain.
Tiga bentuk kepemimpinan mungkin diwujudkan wall/guru kelas dalam usaha menggerakkan personal di lingkungan kelas masing-masing adalah:
a)      Wali atau guru kelas sebagai pemimpin yang bersifat otoriter
b)      Wali atau guru kelas sebagai pemimpin yang bersifat laissez faire.
c)      Wali atau guru kelas sebagai pemimpin yang bersifat demokratif
4)      Disiplin kelas
Disiplin kelas merupakan bagian yang penting dalam dinamika kelas, disiplin kelas diartikan sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang telah disetujui bersama dalam melaksanakan kegiatan kelas, agar pemberian hukuman pada seorang atau sekelompok orang dapat dihindari.
Disiplin kelas dapat diartikan juga sebagai suasana tertib dan terpaut akan tetapi penuh dinamika dalam melaksanakan program kelas terutama dalam mewujudkan proses belajar mengajar.
5)      Beberapa pendekatan dalam pengelolaan kelas
Seorang wali atau guru kelas "harus mampu menetapkan pilihan yang tepat dalam melakukan pendekatan untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang efektif. Untuk memperjelas masalah pendekatan yang akan dipergunakan itu, di bawah ini akan diketengahkan beberapa alternatif yang dapat dipilih diantaranya:"
a).    Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah la.ku (behm,iorisme)
b).    Pendekatan berdasarkan suasana emosi dan hubungan sosial (sosio emosional climate approach)
c).    Pendekatan berdasarkan proses kelompok (group process approach)
d).   Pendekatan electis (electic approach.[7]



[1] Andri. F, Jurnal Pendidikan, (Jakarta, Universitas Nasional Indonesia, 2002) hal. 66

[2] Ibid., hal. 68

[3] Ibid., hal. 70
[4] Andyarto sujana, Efektifitas…, hal. 8
[5] Arikunto, S. Menjadi Guru Profesional (Bandung : Rosda Karya, 2006) hal. 35

[6] Didi. R, Psikologi Pengajaran (Jakarta, Gramedia. 2003) hal. 12

[7]  Ibid., hal. 28

No comments: